Seketika amarah Umar bin Khattab meledak, “Kudengar kalian telah mengikuti ajaran Muhammad!”
Belum sepatah kata pun keluar dari mulut kedua suami istri itu, pedang Umar sudah terayun dan gagangnya mengenai Sa’id hingga ia jatuh terjerembab di lantai dan luka. Melihat suaminya berdarah, Fatimah bangkit berupaya melerai, tetapi tangan Umar cepat sekali menampar wajahnya. (int)
------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 19 November 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (39):
Kudengar
Kalian Telah Mengikuti Ajaran Muhammad
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Berita
untuk Umar
Umar melanjutkan
langkahnya menuju Darul Arqam. Dalam hati ia berkata, “Sudah jelas,
Muhammad-lah yang menyebabkan semua kesengsaraan ini! Aku harus membunuhnya
agar Mekah kembali damai dan tenang. Mengenai Hamzah, aku akan bertarung
dengannya. Aku yang mati atau Hamzah yang mati, itu tidak terlalu membuatku
risau.
Tiba-tiba, lamunannya
buyar ketika Nu’aim bin Abdullah menegurnya, “Hendak kemana, wahai putra
Khattab?”
“Aku akan menemui
Muhammad! Dia yang menukar agama nenek moyang kita. Dia yang memecah belah
masyarakat Quraisy. Dia memiliki banyak angan-angan bodoh. Dia yang mencaci
tuhan-tuhan kita. Untuk semua kesalahannya itu, aku akan menebas lehernya!”
kata Umar.
“Demi Allah, engkau telah
tertipu oleh dirimu sendiri, wahai Umar! Apakah tindakanmu membunuh Muhammad
akan dibiarkan saja oleh Bani Abdi Manaf? Tidakkah lebih baik engkau pulang dan
mengurusi keluargamu sendiri?” kata Nu’aim.
Umar berhenti melangkah
dan bertanya tajam, “Keluargaku yang mana?”
“Saudara sepupumu
sendiri, Sa’id bin Zaid bin Ammar dan istrinya yang tak lain adalah adik
perempuanmu, Fatimah binti Khattab. Mereka telah mengikuti ajaran Muhammad,
urusi saja mereka dulu!” sebut Nu’aim.
Umar segera membalikkan
badan dan melangkah cepat menuju ke rumah adiknya, sambil berkata, “Kalau itu
benar, aku akan bertindak pada Sa’id bin Zaid seperti yang pernah dilakukan
oleh ayahku yang garang. Al Khattab, kepada ayah Sa’id, Zaid bin Ammar!
Berani-beraninya dia memeluk Islam, sedangkan dia tahu aku membenci agama itu!”
Dengan keras, Umar bin Khattab
menggedor pintu rumah Sa’id bin Zaid dan Fatimah. Suaranya berdentum-dentum
keras mengejutkan siapa saja yang ada di dalam rumah. Sudah bisa diduga, kali
ini akan jatuh lagi korban dalam penganiayaan yang menimpa kaum Muslimin.
Amuk
Umar bin Khattab
Di dalam rumah, Sa'id dan
Fathimah binti Khattab sedang mengikuti ayat Al Qur'an yang dibacakan oleh
Khabbab bin Al Arat. Begitu pintu berguncang diketuk Umar, Sa'id dan Fathimah
segera menyembunyikan Khabbab. Fathimah segera menyembunyikan lembaran-lembaran
yang tadi mereka baca di bawah pahanya.
Sa’id membuka pintu dan Umar
bergegas masuk.
“Suara apa yang baru
kudengar itu?” bentak Umar.
“Tidak.... kami tidak
mendengar suara apa pun tadi,” jawab Sa’id.
Seketika amarah Umar bin
Khattab meledak, “Kudengar kalian telah mengikuti ajaran Muhammad!”
Belum sepatah kata pun keluar
dari mulut kedua suami istri itu, pedang Umar sudah terayun dan gagangnya
mengenai Sa’id hingga ia jatuh terjerembab di lantai dan luka. Melihat suaminya
berdarah, Fatimah bangkit berupaya melerai, tetapi tangan Umar cepat sekali
menampar wajahnya.
Fatimah jatuh di samping
suaminya dengan darah mengucur dari wajahnya. Meski garang, Umar terkenal
lembut dan penyayang kepada keluarganya sendiri. Melihat darah Fatimah, Umar
tertegun.
“Fatimah berdarah,”
pikirnya, “Mengapa aku bisa sampai begitu? Aku menyayangi adikku itu sepenuh
hati, bahkan lebih mirip rasa sayang antara ayah kepada putrinya!”
Fatimah yang lembut dan
biasanya selalu patuh kepada Umar, kali ini mengangkat wajah, menentang
langsung paras kakaknya itu.
“Baiklah,” seru Fatimah,
“Lakukanlah apa saja yang engkau kehendaki!”
Fatimah sudah siap
menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Ia siap disiksa oleh
kakaknya sendiri yang dari kecil begitu menyayanginya, ia bahkan siap untuk
mati. Kedua tangannya terentang, seolah siap menerima tikaman pedang Umar ke
dadanya.
Al-Qur'an bukan Mantra Syair
Suatu hari, Umar bin
Khattab diam-diam mendengar Rasulullah ﷺ membaca Al-Qur’an pada malam hari,
Umar terpesona. Namun, ia berkata dalam hati, “Ah, ini pasti ucapan seorang
penyair.”
Saat itu Rasulullah ﷺ
membaca surah Al Haqqah ayat 41,
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ
ۚ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ
“Dan Al-Qur’an itu
bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.”
Kembali, Umar bin Khattab
diam-diam datang ke rumah Rasulullah pada tengah malam dan mendengar Rasulullah
membaca Al-Qur’an.
Umar berkata dalam hati,
“Kalau ini bukan ucapan tukang tenung, ini pasti ucapan Muhammad, bukan Firman
Tuhan.”
Namun, sesegera itu juga,
Rasulullah membaca Surah Al Haqqah ayat 43:
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Ia (Al Qur'an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.” (bersambung)
Kisah sebelumnya: