-----
Jumat,
26 November 2021
Rusdin Tompo Berbagi Tips Menulis Puisi di MTs Arifah
Gowa
Juga Bagikan Buku Kumpulan Puisi “Kata Sebagai Senjata”
GOWA, (PEDOMAN KARYA). Penulis buku dan penulis puisi Rusdin Tompo berbagi
tips menulis puisi di hadapan sejumlah santri Madrasah Tsanawiyah (MTs) Arifah,
Kabupaten Gowa, Rabu, 24 November 2021.
“Kalau
mau menulis puisi, harus diniatkan. Jangan menunggu ide datang, tapi kondisikan
diri agar ide itu muncul,” kata Rusdin.
Penulis
puisi “Panggil Aku Daeng” itu lalu memberi contoh. Katanya, ketika menjelang
Hari Guru Nasional (HGN), misalnya, sebagai pelajar kita mau menulis puisi
sebagai persembahan untuk guru.
“Nah,
saat itu kita mengkondisikan ide dan pikiran untuk mencipta puisi. Jadi, ide
itu tidak ditunggu, tapi diniatkan dan dikondisikan supaya hadir,” kata Rusdin.
Rusdin
Tompo, yang belakangan memilih profesi sebagai penulis dan editor itu
melanjutkan, kita perlu membiasakan diri menulis dan mendokumentasikan
pengalaman dan pandangan-pandangan kita, termasuk dalam bentuk puisi.
Menurutnya,
ini tips yang bisa digunakan agar kita produktif. Yakni, dengan memotivasi diri
untuk mendokumentasikan momen-momen tertentu atau hari istimewa dalam hidup
kita. Begitu sudah ada tema yang akan ditulis, maka tulis saja dulu apa yang
mau dituangkan. Tidak usah pikirkan judul, apalagi kesempurnaan tulisan.
“Judul
bisa dikasi belakangan, karena bisa saja, ada revisi atau perbaikan judul agar
lebih kuat,” saran Rusdin.
Rusdin
Tompo berbagi pengalaman dan tips menulis puisi kepada siswa-siswi peserta
ekstrakurikuler (ekskul) literasi. Mereka rerata duduk di kelas 7 dan kelas 8.
Ada
tiga kelas literasi di MTs Arifah, yakni kelas puisi, menulis, dan teater.
Ekskul ini merupakan implementasi misi MTs Arifah. Yakni, membimbing dan
mengembangkan minat serta bakat peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
secara efektif.
Sembari
memberikan tips, sesekali penggiat literasi itu berinteraksi dengan siswa-siswi
yang hadir. Dia bertanya, siapa yang berkeinginan punya buku sendiri? Lebih
setengah anak yang hadir mengacungkan tangan. Mereka rupanya bercita-cita
menulis buku sendiri.
Anak-anak
memang mengaku membaca dan membeli buku, sehingga ini jadi modal untuk menulis
buku. Buku yang dibeli itu berupa novel islami dan komik remaja.
Rusdin
Tompo menekankan, untuk menulis dan jadi penulis mesti rajin membaca buku. Buku
apa saja yang dapat memperkaya wawasan. Disampaikan, agar anak-anak mulai
menulis dan mendokumentasikan karyanya. Karena tulisan dalam bentuk puisi,
cerpen, novel, artikel atau bentuk lainnya, dapat dijadikan sebagai media
dakwah.
Mantan
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah Sulawesi Selatan itu melanjutkan
tipsnya.
Dikatakan,
setelah puisi jadi, coba baca ulang puisi tersebut. Mungkin ada yang perlu
dikoreksi atau direvisi. Pada proses koreksi atau revisi ini, bisa dilihat
kata-kata yang typo, bisa juga mencari diksi yang lebih kuat, kata yang berima,
atau kalimat metafora yang lebih relevan.
“Selanjutnya,
endapkan saja puisi itu. Lalu baca ulang. Mungkin perlu lagi dikoreksi dan
direvisi. Kalau puisi itu punya tema yang berkaitan dengan budaya atau sejarah,
perlu melakukan riset. Perlu juga membaca buku-buku referensi untuk memperkaya
wawasan dan pengetahuan terkait tema puisi yang ditulis,” lanjut Rusdin.
Dia
mengatakan, “Membaca buku-buku karya penulis lain juga perlu, sebagai
pembanding dan untuk jadi motivasi, sekaligus proses belajar.”
Saat
berbagi tips menulis puisi dengan siswa-siswi MTs Arifah, hadir pula salah
seorang guru pembina ekskul, Rizka Nurul Qalbi. Dia mengajak anak-anak
memanfaatkan kesempatan menimba ilmu dari penulis, penyair dan satrawan yang
akan hadir di sekolahnya.
Sebelumnya,
Rusdin Tompo bertemu dengan Kepala Madrasah (Kamad) MTs Dra Hj St Satiah dan
guru-guru pembina ekskul literasi, pada Senin, 22 November 2021.
Saat
bertemu dengan guru-guru pembina ekskul literasi itu, dia banyak berdiskusi
tentang kepenulisan. Mantan jurnalis radio itu juga menyampaikan pentingnya
publikasi bagi sekolah.
Sebagai
cendera mata, dia menyerahkan buku kumpulan puisi “Kata Sebagai Senjata” dan
buku antologi puisi karya bersama Komunitas Puisi (KoPi) Makassar berjudul “2020:
Resolusi Dalam Puisi.” (rt)