-------
Ahad, 14 November 2021
Syamsuddin
Radjab: Oligarki Harus Dilawan
JAKARTA,
(PEDOMAN KARYA). Situasi Indonesia dalam kondisi tidak
menentu karena kebijakan pemerintah gonta-ganti di tengah kondisi pandemi Covid-19,
bahkan kebijakan seperti dalam kasus PCR yang membebani rakyat diciptakan untuk
meraup keuntungan berjumlah triliunan demi kepentingan pejabatnya dan oligarki.
Hal ini memberi pengaruh
terhadap penanganan kasus covid-19 tak tertangani secara baik, iklim investasi
terganggu, dan perbaikan ekonomi melambat.
Di sisi lain, pejabatnya
mengambil rente dari kebijakannya sendiri dengan konco-konconya dan bukan untuk
rakyat. Oligarki adalah penyebabnya karena para elit tengah membajak demokrasi
ke arah yang sangat membahayakan masa depan bangsa ini.
“Oligarki harus dilawan. Oligarki tak bisa dibiarkan tumbuh subur di negara ini. Semua pihak, terutama kaum intelektual dan aktivis, harus menyampaikan ide, sudut pandang dan solusi untuk membendung pembajakan demokrasi yang dilakukan para elit negeri ini,” kata Direktur eksekutif Jenggala Center, Syamsuddin Radjab.
Hal tersebut disampaikan Syamsuddin saat menjadi pembicara tunggal dalam diskusi dengan tema “Aktivis dan Hukum” yang diinisiasi media Tribun Timur dan Tribun Network secara virtual, Sabtu, 13 November 2021.
“Itu penting menurut saya, karena suatu ide baik sekalipun, kalau dia tidak diperjuangkan akan susah diraih, karena kadang-kadang negara atau pemerintah, mengabaikan atau lalai terhadap tanggung-jawabnya untuk membangun negara ini sendiri menjadi negara yang adil, sejahtera dan makmur. Bahkan cenderung kekuasaannya digunakan untuk mengeksploitasi rakyatnya demi kepentingan pribadi dan oligarki, termasuk era sekarang ini, dan ini harus dilawan,” tandas Syamsuddin.
Kaum intelektual dan aktivis, kata Syamsuddin, harus duduk bersama menyamakan persepsi dan mengkonsolidasi semua kekuatan, untuk menemukan solusi dalam rangka menghadang pergerakan oligarki tumbuh subur di negara ini.
“Karena itu, dunia
aktivisme itu adalah dunia gerakan, gerakan untuk menginginkan sesuatu dan
dengan ideologi-ideologi yang dia yakini untuk diwujudkan. Jadi dia masuk dalam
kerangka yang sangat idealitas di dalam pikiran yang ingin diwujudkan di dalam
kenyataan,” tutur mantan Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia
(PBHI) dan mantan aktivis HMI.
Menurut Syamsuddin,
aktivis jangan hanya mengandalkan pergerakan. Pergerakan tidak akan berarti jika
tidak diimbangi dengan pengetahuan (knowledge).
“Pergerakan dan
pengetahuan sama-sama penting dalam dunia aktivisme,” kata Ollenk, sapaan akrab
Syamsuddin Radjab. (win)