--------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 24 November 2021
KALAM
Tidak
Perlu Berdo’a Panjang Umur
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wakil Ketua Majelis
Pustaka dan Informasi Muhammadiyah Sulsel)
Nabi Adam sebagai manusia
pertama yang diciptakan Allah SWT, memiliki banyak keistimewaan. Salah satu
keistimewaan beliau adalah diberi umur panjang, bahkan sangat panjang. Nabi
Adam konon berusia sekitar 1000 tahun.
Siti Hawa, istri Nabi
Adam, dalam berbagai riwayat disebutkan melahirkan sebanyak 20 kali, dan setiap
melahirkan selalu kembar. Dengan demikian, Adam dan Hawa memiliki anak sebanyak
40 orang, terdiri atas 20 anak laki-laki dan 20 anak perempuan.
Apakah ada manusia di
zaman sekarang ini yang usianya hingga 1000 tahun seperti Nabi Adam? Apakah ada
wanita di zaman sekarang ini yang mampu melahirkan sebanyak 20 kali dan setiap
melahirkan selalu anak kembar? Jawabannya tentu saja, “Tidak ada.”
Nabi Nuh konon berusia
lebih dari 1000 tahun. Dalam usianya yang sangat panjang itu, Nabi Nuh disebutkan
berdakwah selama 950 tahun, terhitung sejak beliau diangkat menjadi nabi dan
rasul.
Allah SWT menyebutkan
dalam Al-qur’an, Surah Al-Ankabut, surah ke-29, ayat 14, “Dan sungguh, Kami
telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama
seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar,
sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Mengapa Nabi Adam dan
Nabi Nuh bisa berusia hingga 1000 tahun, sementara kita, umat Muhammad, bahkan
Rasulullah SAW sendiri, rata-rata hanya berusia kurang dari 100 tahun.
Rasulullah sendiri hanya berusia sekitar 62 tahun.
Salah satu penyebabnya
mungkin karena tubuh Nabi Adam dan tubuh Nabi Nuh memang jauh lebih besar dan
jauh lebih tinggi dibanding tubuh Nabi Muhammad dan manusia akhir zaman.
Dalam berbagai riwayat
disebutkan tinggi badan Nabi Adam sekitar 60 hasta. Hasta adalah ukuran panjang
yang diukur dari ujung jari tengah hingga siku. Satu hasta disepakati panjangnya
sama dengan 45 sentimeter.
Jika dikalikan, 60 hasta
dikalikan 45 sentimeter, maka jumlahnya sama
2.700 sentimeter atau 27 meter. Dengan demikian, maka tinggi badan Nabi
Adam diperkirakan sekitar 27 meter, sementara tinggi badan rata-rata manusia
sekarang ini kurang dari 2 meter.
Maka wajar kalau Nabi
Adam bisa berusia sekitar 1000 tahun. Mungkin tidurnya juga tidak seperti kita
sekarang ini. Boleh jadi, Nabi Adam dan manusia pada zamannya, satu kali tidur
mungkin tidurnya berhari-hari atau berminggu-minggu lamanya, sementara kita
hanya tidur antara lima jam hingga delapan jam per hari.
Ulang
Tahun
Sekarang ini, banyak
orang yang berdo’a agar umurnya dipanjangkan. Banyak orang yang setiap tahun
merayakan ulang tahunnya dan meminta kepada keluarga dan teman-temannya agar
mendo’akan dirinya panjang umur.
Dalam acara peringatan
hari ulang tahun, mereka menyanyikan lagu, “Panjang umurnya, panjang umurnya,
panjang umurnya, serta mulia, serta mulia, serta mulia”. Lagu ulang tahun ini
sebenarnya bukan lagu Islami. Lagu ini berasal dari tradisi orang Nasrani
(Kristen).
Acara perayaan ulang
tahun sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Rasulullah Muhammad SAW tidak
pernah merayakan ulang tahunnya. Rasulullah juga tidak pernah berdo’a agar
umurnya dipanjangkan.
Usia Rasulullah terbilang
paling pendek dibandingkan nabi-nabi sebelumnya, kecuali Nabi Isa yang hanya
berusia sekitar 33 tahun pada saat diangkat ke langit.
Rasulullah pernah diberi
tawaran dari Allah SWT untuk diperpanang umurnya, tetapi beliau menolak. Nabi
Musa juga pernah ditawari umur panjang, tetapi beliau menolak.
Peringatan
Allah
Sekarang, justru banyak
orang yang berdo’a agar umurnya dipanjangkan. Untuk apa meminta umur panjang?
Orang yang panjang umurnya kebanyakan tidak produktif lagi di usia tua, bahkan
ada yang jadi pikun.
Dan celakanya, ada juga
orang tua yang karena dianggap tidak lagi bisa mengurus dirinya sendiri dan
dianggap membebani keluarga, akhirnya dibawa ke panti jompo.
Niat sang anak atau
keluarganya mungkin baik, supaya orang tua mereka bisa mendapat perawatan dan
bisa berkumpul sesamanya orang jompo, tapi orang tua yang dibawa ke panti jompo
belum tentu senang, belum tentu bahagia.
Di sisi lain, dimana hati
nurani Anda sebagai anak yang telah dihamilkan selama sembilan bulan lebih,
dilahirkan, diberi ASI, dirawat, dibesarkan, dididik, di sekolahkan, hingga
akhirnya bekerja dan berkeluarga, tapi setelah itu orang tua yang melahirkan
Anda, Anda bawa ke panti jompo, hanya karena dianggap tidak bisa lagi mengurus
diri sendiri atau dianggap hanya menjadi beban keluarga.
Tentang umur yang panjang
ini, Allah SWT sudah mengingatkan dalam Al-Qur’an, Surah Yasin, surah ke-36,
ayat 68, “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia
kepada awal kejadian(nya, lemah). Maka, mengapa mereka tidak mengerti?”
Dalam ayat lain, Surah
An-Nahl, surah ke-16, ayat 70, Allah SWT berfirman, “Dan Allah telah menciptakan
kamu, kemudian mewafatkanmu; di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur
yang tua renta (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah
diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa.”
Jangan
Meminta Mati
Meskipun tidak disarankan
untuk meminta umur panjang, kita juga dilarang meminta agar kematian kita
dipercepat. Kita dilarang berputus asa, meskipun kita mendapat cobaan berat.
Rasulullah SAW dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, bersabda, “Jangan kamu minta mati
kepada Allah karena masalah yang Allah berikan kepadamu, akan tetapi lebih baik
engkau berdo’a kepada Allah, ‘Ya Allah, hidupkan aku selama Engkau izinkan aku
hidup dalam keadaan yang baik buat aku, dan wafatkanlah aku apabila Engkau
kehendaki aku wafat dalam keadaan yang baik buat aku.”
Dalam hadits yang
diriwayatkan Ahmad dan Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda, “Manusia yang terbaik (adalah) orang yang panjang umurnya dan baik
amalnya.”
Sebaliknya, “Orang yang
terburuk (adalah) orang yang berumur panjang dan buruk amalnya.” (HR. Ahmad)
Orang
Yang Dipanjangkan Umurnya
Sebenarnya tanpa meminta,
Allah SWT bisa saja memperpanjang umur manusia. Salah satu kisah orang yang diperpanjang
umurnya oleh Allah SWT, terjadi pada zaman Nabi Ibrahim.
Suatu hari, Nabi Ibrahim
kedatangan seorang tamu, yang tak lain ialah sahabat sekaligus muridnya
sendiri. Setelah tamunya pergi, datanglah Malaikat Izrail, malaikat pencabut
nyawa.
“Siapa anak muda yang
tadi mendatangimu, wahai Ibrahim?” tanya Malaikat Izrail.
“Itu sahabat sekaligus
muridku,” jawab Ibrahim.
“Ada apa dia datang
menemuimu?” tanya Malaikat Izrail.
“Dia menyampaikan akan
melangsungkan pernikahannya besok pagi,” jawab Nabi Ibrahim.
“Sayang sekali,” kata
Malaikat Izrail.
“Sayang kenapa?” tanya
Nabi Ibrahim.
“Saya diperintahkan
mencabut nyawanya malam ini,” jelas Malaikat Izrail.
Setelah berkata seperti
itu, Malaikat Izrail pun langsung pergi meninggalkan Nabi Ibrahim. Hampir saja
Nabi Ibrahim tergerak untuk memberitahu anak muda tersebut, untuk mensegerakan
pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu. Tapi
langkahnya terhenti. Nabi Ibrahim memilih membiarkan kematian dan umur manusia menjadi
rahasia Allah.
Keesokan harinya, Nabi
Ibrahim pergi ke rumah muridnya dan menyaksikan anak muda tersebut
melangsungkan pernikahannya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan
berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabi Ibrahim malah melihat anak muda itu
panjang umurnya.
Hingga muridnya itu
berumur 70 tahun. Ketika itulah Malaikat Izrail datang dan Nabi Ibrahim langsung
bertanya kepadanya.
“Apakah tempo hari engkau
berbohong kepadaku? Bukankah engkau mengatakan akan mencabut nyawa muridku itu
pada malam sebelum ia menikah? Nyatanya, ia masih hidup sampai saat ini dan
usianya sudah 70 tahun?” tanya Nabi Ibrahim.
“Saya memang
diperintahkan oleh Allah SWT untuk mencabut nyawanya pada malam itu, tapi Allah
menahannya,” ungkap Malaikat Izrail.
“Apa gerangan yang
membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawanya ketika itu?” tanya
Nabi Ibrahim.
“Wahai Ibrahim, di malam
menjelang pernikahannya, anak muda tersebut mensedekahkan separuh kekayaannya.
Dan ini yang membuat Allah memutuskan memanjangkan umurnya, hingga engkau masih
melihatnya hidup sampai saat ini,” tutur Malaikat Izrail.
Perbanyak
Beribadah
Dari kisah tersebut,
kiranya kita dapat mengambil pelajaran, bahwa umur manusia itu sudah ditentukan
oleh Allah SWT. Tidak perlu berharap panjang umur. Tidak perlu berdo’a panjang
umur.
Perbanyak saja beribadah.
Shalat lima waktu secara berjamaah di masjid, shalat di awal waktu, rajin
berpuasa, rajin shalat malam, rajin bersedekah, rajin membantu orang lain,
rajin bersilaturrahim, dan sebagainya.
Jika Allah SWT
menghendaki, dengan ibadah kita, dengan sedekah kita, dengan silaturrahim kita
sesama manusia, insya Allah umur kita diperpanjang agar dapat lebih lama
beribadah dan melakukan kebajikan.