Saat itu, di dekat Ka'bah telah berkumpul para pembesar Quraisy. Mereka melihat Rasululllah, Abu Jahal bertanya dengan congkak, “Hai Muhammad! Adakah engkau mendapat suatu perkara baru lagi?”
“Ya, aku baru mendapat suatu perkara yang baru,” jawab Rasulullah.
“Apa itu? Ceritakanlah,” Abu Jahal bersiap mengejek.
“Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis,” jawab Rasulullah.
-------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 12 Desember 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (55):
Abu
Jahal dan Orang Quraisy Tak Percaya Rasulullah ke Baitul Maqdis dalam Satu
Malam
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Quraisy
Gempar
Saat itu, di dekat Ka'bah telah berkumpul para
pembesar Quraisy. Mereka melihat Rasululllah, Abu Jahal bertanya dengan
congkak, “Hai Muhammad! Adakah engkau mendapat suatu perkara baru lagi?”
“Ya, aku baru mendapat suatu perkara yang baru,” jawab
Rasulullah.
“Apa itu? Ceritakanlah,” Abu Jahal bersiap mengejek.
“Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis,” jawab Rasulullah.
Senyum Abu Jahal melebar, “Ke Baitul Maqdis dan
pagi-pagi begini sudah kembali tiba disini?”
“Ya, semalam aku pergi di Baitul Maqdis,” kata
Rasulullah.
Abu Jahal tertawa sambil menggeleng-geleng heran, “Apakah
kamu berani menyatakan hal ini di muka kaumku? Kalau memang berani, saya akan
memanggil mereka. Ceritakanlah kepada mereka hal yang telah kamu katakan
kepadaku tadi!”
“Baik, panggil mereka kemari,” tegas Rasulullah.
Seketika itu juga, Abu Jahal pergi memanggil semua
pembesar Quraisy dan orang-orang biasa. Dalam waktu singkat, semua orang
berduyun-duyun ke hadapan Rasulullah.
“Hai Muhammad!” Seru Abu Jahal.
“Katakanlah kepada kaumku sekarang seperti yang kamu
katakan tadi kepadaku!” kata Rasulullah.
Rasulullah pun bersabda, “Semalam saya pergi ke Baitul
Maqdis.”
Orang-orang terperangah. Semua orang yang hadir disitu
bersikap seolah-olah kurang jelas mendengar kata-kata Rasulullah.
“Pergi kemana, Muhammad?” tanya mereka.
“Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis,” jawab
Rasulullah.
Seketika itu, gemparlah suasana. Suara tawa dan cemooh
menggemuruh. Mengalahkan suara-suara itu Abu Jahal berteriak, “Muhammad itu
memang selalu mengada-ada dengan ucapannya!”
Olok-olok makin terdengar riuh. Ada yang mengejek. Ada
yang tertawa. Ada yang bertepuk tangan.
Bagi bangsa Arab, tepuk tangan adalah bukan tanda
semangat. Tepuk tangan atau menaruh tangan di atas kepala adalah tanda mengejek
dan hinaan bagi seseorang yang kata-katanya dianggap tidak bisa dipercaya.
Orang-orang itu memanggil Abu Bakar. Mereka ingin tahu
yang akan dikatakan Abu Bakar, orang yang selama ini begitu kukuh
kepercayaannya kepada Rasulullah.
Abu
Bakar Membenarkan Cerita Rasulullah
“Kalian berdusta,” kata Abu Bakar kepada orang-orang
yang datang kepadanya.
“Sungguh, Muhammad kini berada di Ka'bah sedang
berbicara dengan orang banyak,” kata mereka.
“Kalaupun itu yang dikatakannya,” kata Abu Bakar, “Tentu
dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku bahwa ada berita dari
Tuhan, dari langit ke bumi pada waktu malam atau siang aku percaya. Padahal
tadi itu lebih mengherankan daripada berita sekarang ini.”
Abu Bakar kemudian mendatangi Rasulullah. Saat itu,
orang-orang Quraisy sedang meminta Rasulullah menggambarkan bentuk Baitul
Maqdis. Mereka tahu, Rasulullah belum pernah satu kali pun berkunjung ke tempat
itu. Sementara itu, beberapa orang dari mereka telah terbiasa berdagang sampai
ke Syam dan melewati Baitul Maqdis berkali-kali. Abu Bakar adalah salah seorang
yang pernah berdagang ke sana.
Mendengar Rasulullah begitu tepat menggambarkan
keadaan Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata di hadapan semua orang, “Rasulullah,
saya percaya!”
Bahkan, orang-orang kafir sekali pun menggeleng-geleng
kepala, heran bercampur kagum mendengar kata-kata Abu Bakar. Mereka menghormati
kesetiaan dan tingginya rasa percaya Abu Bakar kepada Rasulullah.
Rasulullah sendiri sangat gembira mendengar perkataan
Abu Bakar. Padahal saat itu, semua orang di hadapannya tengah bertanya-tanya,
mengejek, dan mencaci. Bahkan yang lebih menyakitkan, beberapa orang yang sudah
memeluk Islam kembali murtad karena tidak percaya dengan apa yang Rasulullah
sampaikan.
Sejak saat itu Rasulullah memberi julukan kehormatan
dan kesayangan “As-Shiddiq” kepada Abu Bakar. Artinya adalah “yang tulus hati”,
“yang sangat jujur."”
Bukti
dari Kafilah
Merasa belum cukup mendengar betapa tepat gambaran
Rasulullah tentang Baitul Maqdis, orang-orang Quraisy meminta bukti yang lain.
Rasulullah mengatakan, bahwa dalam perjalanan, beliau
melewati beberapa kafilah yang sedang dalam perjalanan menuju Mekah atau ke
arah Syam. Rasulullah mengatakan bahwa di salah satu kafilah, seekor unta
terjerembab karena terkejut oleh kehadiran Buraq. Rasulullah juga mengatakan
tempat kafilah itu berada.
“Saya melanjutkan perjalanan,” demikian sabda
Rasulullah, “Sampai tiba di Dhajanan, melewati sebuah kafilah bani fulan.
Kutemukan mereka semua sedang tertidur. Mereka mempunyai sebuah guci yang
tertutup. Saya membuka tutupnya dan meminum air itu lalu menutupnya kembali.”
Sudah menjadi kebiasaan kafilah Arab untuk menyediakan
guci minum yang bisa dinikmati oleh siapa pun tanpa perlu izin lagi. Bahkan
biasanya yang disediakan adalah susu.
“Sebagai bukti kafilah itu sekarang sedang menuruni
dataran tinggi Baydha di celah Tan'im. Kafilah itu dipimpin seekor unta
berwarna kelabu dengan muatan dua kantong, yang satu hitam dan yang lain belang,”
kata Rasulullah.
Orang-orang kemudian bergegas menuju celah itu. Mereka
menemukan bahwa unta pertama yang mereka jumpai sedang memimpin kafilah memang
persis seperti yang digambarkan Rasulullah.
Orang-orang juga bertanya kepada anggota kafilah itu
tentang guci air.
“Ketika kami bangun pada pagi hari tadi, guci itu
masih tertutup, tetapi isinya kosong. Padahal semalam guci itu penuh berisi
air,” jawab anggota kafilah.
Orang-orang saling berpandangan mengakui yang
Rasulullah katakan. Terlebih lagi setelah itu, mereka bertanya pada rombongan
kafilah lain tentang unta yang terjerembab.
“Kami memang terkejut mendengar sesuatu seperti apa
yang bergerak cepat di langit. Sesuatu itu membuat seekor unta kami terkejut
dan terjerembab,” ungkap mereka.
Demikian bukti-bukti kebenaran Isra' Mi'raj sudah begitu kuat. Namun, orang-orang seperti Abu Jahal tidak bisa berubah menjadi orang beriman. (bersambung)
Kisah sebelumnya:
Rasulullah Dibawa ke Langit dan Menerima Perintah Shalat
Allah Menghibur Rasulullah dengan Perjalanan Isra’ dan Mi’raj