“Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!” jawab mereka.
“Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!” lapor yang lain. “Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak.”
---------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 24 Desember 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (61):
Gua
Tsur Tertutup Sarang Laba-laba, Pengejar Rasulullah Pulang Tanpa Hasil
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Memburu
Rasulullah
Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik.
Para pembesar berkumpul sepagi mungkin. Dengan segera, pasukan berkuda disebar
ke beberapa perkampungan seputar Mekah, untuk mencari Rasulullah.
“Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah
kita telah mengepung begitu rapat sampai tidak seekor ular gurun pun dapat
lolos?” teriak seorang pembesar.
Semua orang terdiam. Mereka berusaha
mencari jawabannya. Namun, tidak seorang pun bisa menjelaskan apa yang terjadi.
“Sudahlah, itu tidak penting!” akhirnya
seseorang berseru.
“Sekarang yang paling mendesak adalah
menemukan Muhammad secepat mungkin! Ada yang punya usul?” lanjutnya.
“Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh
dia melacak jejak Muhammad!” usul yang lain.
Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak
yang amat ahli itu mengikuti jejak yang ditinggalkan Rasulullah. Pasukan
bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya dengan wajah tidak sabar. Sebagian
besar dari mereka adalah para pemuda yang semalam ditugaskan menyergap
Rasulullah.
Setelah bekerja dengan teliti, pencari
jejak itu menarik napas sambil menggeleng, “Jejaknya sudah terhapus oleh orang
yang lalu lalang tadi pagi!”
“Gawat!” gemas seseorang, “Apa kau punya
usul lain, pencari jejak?”
“Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya
kepada sahabat Muhammad yang paling dekat!”
Orang Quraisy saling pandang dan serempak
bergumam, “Abu Bakar!”
Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu
tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu Bakar keluar membukakan pintu.
“Di mana ayahmu?” bentak Abu Jahal.
“Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana
perginya,” jawab Asma dengan berani.
“Jangan berdusta! Katakan ke mana
perginya?” tanya Abu Jahal dengan marah.
“Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu
dan saudari saya,” jawab Asma.
“Ah, terlalu!” sambil bersungut, Abu Jahal
menampar wajah Asma keras-keras.
Sarang
Laba-laba
Ketika mereka keluar kota dan menjajaki
beberapa jalan, sang pencari jejak menemukan jejak mencurigakan. Kemudian, satu
kelompok pasukan berkuda mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki Gunung Tsur.
Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.
“Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?”
tanya komandan pasukan, “Apakah Muhammad masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki
ke puncak?”
“Aku tidak tahu,” geleng si Pencari Jejak.
Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka
menanyainya.
“Mungkin saja mereka ke dalam gua itu,”
jawab sang gembala, “Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke sana.”
Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar
keluar, ketika mendengarnya,
“Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke
dalam sini? Bukan keselamatanku yang aku khawatirkan, melainkan keselamatan
Rasulullah!” kata Abu Bakar dalam hati.
Beberapa pemuda naik dan melongok-longok
ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia berbisik, “Ya Rasulullah,
kalau ada yang menengok ke bawah, pasti kita akan terlihat.”
Rasulullah menjawab mantap, “Jangan takut
Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Para pemuda itu turun, kembali ke
pasukannya.
“Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?”
tanya komandan mereka dingin.
“Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak
mungkin Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!” jawab mereka.
“Lagi pula ada dua ekor merpati hutan
bersarang tepat di mulut gua!” lapor yang lain. “Jika Muhammad masuk ke dalam,
sarang itu juga pasti akan rusak.”
Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke
arah lain sambil menghela napas, “Baiklah, naik kudamu! Kita cari ke arah lain!” Pasukan pun menjauh.
Sarang laba-laba dan burung merpati yang
menutupi gua itu adalah pertolongan yang diberikan Allah, padahal sebelum
Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada laba-laba dan burung merpati yang
bersarang.
Selain laba-laba dan burung merpati, di
mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan
masuk.
Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega.
Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin bertambah kuat.
Perjuangan
Anak Muda
Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya,
Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika mereka membantu hijrah Rasulullah dan
ayah mereka. Abdullah bertugas mencari berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan
Asma mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para pemuda Muslim sepanjang
zaman. Mereka tidak hanya tekun beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan
seluruh kesanggupanya untuk berjuang.
Menenteramkan
Kakek
Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia
buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah mendatangi Asma. Sang kakek
khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan sepeser pun untuk putrinya.
Memang demikian, karena Abu Bakar membawa
semua uangnya untuk perjuangan Islam di Madinah.
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang untuk kami. Abu Quhafah meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia menyangka Abu Bakar memang meninggalkan uang yang banyak. (bersambung)
------
Kisah sebelumnya:
Rasulullah Meloloskan Diri dari Kepungan dan Bersembunyi di Gua Tsur
Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab Menantang Pembesar Quraisy