------
Ahad, 12 Desember 2021
Ketua
STAI Al Bayan Raih Gelar Doktor, Kampus Hidayatullah Makassar Raih Predikat
Unggul
Pertama, Ketua Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI) Al Bayan Hidayatullah Makassar, Ustadz Irfan Yahya,
berhasil meraih gelar doktor dalam bidang Ilmu Sosiologi dari Universitas
Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Kedua, Kampus Utama
Pesantren Hidayatullah Makassar meraih peringkat “A” dengan predikat Unggul di
antara 7 kampus utama Hidayatullah se-Indonesia.
Penganugerahan piagam
predikat “Unggul” tersebut diserahkan oleh Ketua Bidang Tarbiyah DPP
Hidayatullah, Ustadz Abu Ala Abdullah MPd, dan diterima Ketua Yayasan Al Bayan
Ustadz Suwito Fatta MM, pada sela pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
Hidayatullah di Kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah di Jakarta,
Kamis, 09 Desember 2021.
Ketua STAI Al Bayan
Hidayatullah Makassar Dr Irfan Yahya ST MSi, meraih gelar doktor Ilmu Sosiologi
seusai mempertahankan disertasi berjudul “Konstruksi Sosial Miniatur Peradaban
Islam Merujuk pada Pola Sistematika Wahyu Ormas Hidayatullah”, pada Ujian
Promosi Doktoral, di Aula Prof Syukur Abdullah Fisip Unhas, Makassar, Rabu,
08 Desember 2021.
Tim penguji yang terdiri
atas Prof Tahir Kasnawi (promotor), Dr Suparman Abdullah dan Drs Hasbi MSi PhD
(Co Promotor), Dr Firdaus Muhammad (penguji eksternal), Dr Rahmat Muhammad, Dr
Mansyur Radjab dan Dr Nuvida (penilai), mengganjar dengan predikat kelulusan
Cumlaud (nilai 91,28), atas ujian disertasi yang mengupas Sistimatika Wahyu
yang merupakan manhaj gerakan/perjuangan dakwah dan tarbiyah Hidayatullah
tersebut.
Dalam uraiannya pada sidang
Promosi Doktor yang dipimpin Rektor Unhas diwakili Wakil Dekan I Fisip Unhas Dr
Phil Sukri MSi, Irfan Yahya yang mantan Staf Ahli Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
dari senator Sulsel tiga periode Dr Abd Aziz Qahhar Mudzakkar tersebut,
memastikan nilai-nilai agama dapat dijadikan filter dalam mengkonstruksi sebuah
peradaban yang eksis dalam masyarakat.
“Dengan bukti-bukti dari
pola interaksi dan prilaku jamaah Hidayatullah sebagai sistem sosial,
Sistematika Wahyu yang merupakan manhaj gerakan telah menjadi rujukan/metode
dalam melakukan konstruksi sosial miniatur peradaban Islam dengan proses dialektik
fundamental dari tiga momentum yaitu internalisasi, obyektivasi dan
eksternalisasi,” urai Irfan.
Dari ketiga proses
dialektik fundamental tersebut, kata Irfan, peran aktor dan lingkungan
merupakan faktor penentu dominan.
“Sekaligus ini juga yang
menjadikan Hidayatullah berbeda dengan Ormas lain, menjadikan wahyu sebagai
rujukan metode tapi secara parsial, sementara Hidayatullah menjadikan wahyu
sebagai rujukan secara utuh, khususnya lima surah pertama yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi washalla,” ungkap Irfan.
Turut hadir secara
langsung pada kesempatan tersebut Ketua Dewan Murabi Wilayah Hidayatullah
Sulsel Ustadz Abdul Majid, Ketua Komisi A DPRD Sulsel Selle Ks Dalle, Ketua
Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar Ustadz Suwito Fatta, dan jajaran, Dekan
FTI UMI Dr Zakir Sabara, dan komunitas UPPM UMI.
Tampak pula politisi
senior Sulsel H Majid Tahir, dan pengusaha Palua H Ismail, Wakil Ketua Komisi
Infokom MUI Sulsel H Firmansyah Lafiri, serta didampingi pihak keluarga arsitek
Muaz Yahya, istri Dewi Yuliana, dan putra-putri. Juga disaksikan secara virtual
melalui Zoom Meeting.
Pada pemaparan ringkasan
dari disertasi setebal 400-an halaman itu, sosok pehobi Ikan Koi itu
menguraikan hal yang menjadi alasan kenapa Hidayatullah terus berkembang dan
meraih kepercayaan ummat dalam berbagai program dakwah dan tarbiyahnya hingga
sekarang berusia 50 tahun.
Hal inilah membuat Prof
Tahir Kasnawi dalam sambutan penutup sidang tersebut mengatakan, nilai-nilai
Islam perlu terus diketengahkan di masyarakat, sebagaimana Hidayatullah telah
menerapkan pada 600an pesantrennya sebagai miniatur peradaban Islam. (win)