-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 26 Desember 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (62):
Rasulullah
dan Abu Bakar Tinggalkan Mekah, Musyrikin Quraisy Kelabakan
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Menuju
Yatsrib
Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah
dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur. Selama tiga hari itu pula, musyrikin Quraisy
kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar menjalankan tugasnya dengan sangat baik.
Setiap hari ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan menyampaikan ke Gua
Tsur ketika petang tiba.
Asma binti Abu Bakar setiap sore
mengantarkan makanan bersama Abdullah. Sementara itu, Amir bin Fuhairah yang
menggembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu memerah susu kambing agar
Rasulullah dan Abu Bakar tidak kehausan sekaligus memberi tahu jika ada orang
yang mendekat.
Ketiga orang itu menjalankan tugasnya
dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy yang mencurigai gerak-gerik
mereka.
Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah
sudah agak mereda. Saat itulah Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah.
Mereka diiringi Abdullah bin Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu
masih kafir.
Ketika akan berangkat, ternyata tidak ada
tali yang dapat digunakan untuk menggantungkan makanan dan minuman di pelana
unta. Asma memecahkan masalah itu. Dengan sigap ia merobek sabuknya menjadi dua
helai kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal dengan Dzatun Nithaqain (yang
bersabuk dua).
Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan
yang sulit dan tidak bisa dilalui orang. Beliau memilih jalan memutar ke tepi
laut. Mereka berusaha secepatnya
menjauhi Mekah dan menghindari daerah pemukiman.
Di Mekah orang ribut mendengar sebuah
pengumuman yang sangat menarik,
“Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad
dan membawanya sampai ke Mekah, akan mendapat hadiah 100 ekor unta.”
Dengan cepat, berita itu menyebar sampai
ke dusun-dusun yang jauh, suraqah bin Malik, kepala kabilah Bani Mudlij, turut
mendengar berita itu.
Suatu saat, ia didatangi seorang anggota
kabilahnya yang datang tergopoh-gopoh.
“Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada
beberapa unta lewat di tepi pantai. Mungkin itulah Muhammad!” kata anggota
kabilahnya.
“Bukan, itu orang lain!” kata Suraqah.
Namun, setelah berkata begitu, Suraqah
cepat-cepat pulang dan mengambil senjata lengkap. Ia pacu kudanya ke arah yang
ditunjukkan orang tadi dan ternyata yang diburu Suraqah memang benar rombongan
Rasulullah.
Suraqah
bin Malik
Dengan cepat, Suraqah telah berada di
belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang selalu waspada menoleh dan
melihat musuh mendekat,
“Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita!
Kita tentu akan tertangkap!”
Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa
menoleh ke belakang, beliau bersabda, “Tenanglah sahabatku, jangan bersusah
hati. Sesungguhnya Allah bersama kita.”
Kemudian, Rasulullah berdoa, “Ya Allah,
cukupkanlah kami akan dia (Suraqah) sekehendak Engkau.”
Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir
dan penunggangnya terpelanting. Suraqah terdiam sejenak. Ia merasa ada yang
tidak beres. Suraqah pun memaksa kudanya bangkit dan mengejar lagi.
Dengan keras kepala, Suraqah memaksa
berdiri kudanya yang hampir tidak mampu bangkit. Ia lalu kembali mengejar.
Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah terjatuh lagi. Saat itu hilanglah niat
jahat dalam hatinya.
Ia memanggil-manggil Rasulullah dan
Rasulullah pun berhenti dan membiarkan Suraqah mendekat.
“Maafkan saya, beribu-ribu maaf!” kata
Suraqah.
“Jangan engkau balas perbuatan saya, wahai
Muhammad! Berilah saya sebuah surat jaminan bahwa engkau tidak akan membalas
saya saat engkau dan agamamu kelak telah menguasai seluruh jazirah Arab,” kata
Suraqah.
Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.
“Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy
menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa pun yang dapat membawa Anda kembali?” ungkap
Suraqah.
Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan
hati.
Dengan penuh semangat, Suraqah menawarkan
bekal dan peralatan untuk perjalanan jauh. Namun, Rasulullah menolaknya dengan
halus. Beliau hanya berpesan agar Suraqah merahasiakan pertemuan ini.
Sebelum kembali berangkat, Rasulullah
bersabda, “Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan memakai
perhiasan, gelang, serta emas yang biasa dipakai raja-raja Persia.”
Dengan hati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah
memandang wajah Rasulullah yang pergi menjauh.
Memerah
Susu
Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah
melewati kemah seorang ibu yang bernama Ummu Ma’bad. Mereka pun berhenti untuk
membeli kurma, daging, dan susu. Tempat seperti itu memang biasa menyediakan
perbekalan untuk para musyafir yang lewat. Namun sayang, apa yang mereka
inginkan ternyata sudah habis. Ummu Ma'bad yang baik hati merasa iba.
“Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang tuan-tuan
butuhkan, silakan mengambilnya, Tuan-tuan tidak perlu membayar,” kata Ummu Ma’bad.
Rasulullah melihat kambing kurus dan
bertanya, “Bagaimana keadaan kambing itu, Ummu Ma'bad? Apakah ia bisa
mengeluarkan susu?”
“Kambing itu adalah kambing yang
sakit-sakitan, tuan. Ia sama sekali tidak menghasilkan susu,” jawab Ummu Ma’bad.
“Apakah engkau memperkenankan saya memerah
susunya?” tanya Rasulullah lagi.
“Silahkan jika memang tuan mengira ia
dapat menghasilkan susu,” kata Ummu Ma’bad.
Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan
itu menghasilkan susu ketika Rasulullah memerahnya. Susu itu beliau berikan
kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin Uraiqith, dan terakhir untuk beliau
sendiri.
Sesudah itu, beliau memerahkan susu untuk
Ummu Ma'bad. Dan, beliau memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu Ma'bad.
“Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad
jika nanti ia datang,” kata Rasulullah.
Setelah itu, Rasulullah dan rombongannya
pun meneruskan perjalanan. Sesudah matahari terbenam, datanglah Abu Ma'bad.
Melihat segelas susu telah disediakan untuknya, ia keheranan dan bertanya pada
istrinya, “Dari mana segelas susu ini Ummu Ma'bad?”
“Ini dari kambing kita yang sakit-sakitan,”
jawab Umm Ma’bad.
Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang
lebar. Abu Ma'bad segera keluar dan memerah susu kambing yang kurus itu. Ternyata
sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu selalu menghasilkan banyak susu.
Abu Ma'bad berkata kepada istrinya, “Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat berjumpa dengan orang yang kau ceritakan itu, saya hendak menjadi pengikut dan sahabatnya.” (bersambung)
-------
Kisah sebelumnya:
Gua Tsur Tertutup Sarang Laba-laba, Pengejar Rasulullah Pulang Tanpa Hasil
Rasulullah Meloloskan Diri dari Kepungan dan Bersembunyi di Gua Tsur