Bahkan hampir di setiap pelancongan, selalu berhadapan dan dipertemukan dengan penyamun juga penyihir__ serta penggemar guna-guna tanpa diduga-duga membuhulkan api kebencian__
aku ditakdir Tuhan, mungkin untuk melawan para penggemar penyesatan guna guna tidak berguna_ agar kembali pada titik nadir kebenaran yang berguna__
-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 04 Januari 2022
Aku
Penyihir Berkampus Akademis
Oleh:
Maman A Majid Binfas
(Penyair,
Akademisi)
Orang sangat cerdas,
adalah mereka yang menghargai dan mengakui kelebihan orang lain. Untuk
ber_fantasyiru__
Sebaliknya, orang yang
hanya merasa lebih cerdas dari orang lain karena arogan. Sesungguhnya, ia
adalah orang yang hanya mengawetkan kebodohannya menjadi ketololan yang sungguh
sangat tulen. Tentu, tiada ber_fantasyiru__ termasuk dinamika akademis di
kampus.
Bila kampus bersifat
akademis, dikelola dengan halusinasi pimpinan yang berkarakter siluman, serigala
bertopeng domba, maka jubah akademis pun ternodai dan berbau amis darah
dupa-dupa.
Tidak, mengherankan jubah
demikian, mungkin dan memang telah menggerogoti keluhuran nilai akademis, baik
berjubah agama maupun nasionalis, dan terlebih lagi tanpa jubah apapun.
Keluhuran apapun sistem
yang dipoles seakan bernuansa akademis akan sia-sia dan fatamorgana. Manakala
para sebagian pengelolanya selalu bernuansa misi terselubung “Musang berbulu
ayam” apalagi dengan cara-cara yang kurang sehat, dan misi demikian, sebenarnya
mesti diberantas oleh logika akademis.
Namun, sayang justru
sebaliknya masih dimainkan demi kuasa siluman berpoles jubah seakan senyum
terlihat santun di dalam menyapa atau bersalaman.
Tetapi, sungguh di dalam
dadanya bergelora dendam serigala yang ganas juga lebih buas dari biasanya.
Sungguh disesalkan,
kenapa masih ada di era modern begini, masih ada saja dan lebih dipercaya pula
bagaikan tersihir oleh dupa-dupa dipoles secara akademis yang tiada terasa bau
amis darah persembahan silumannya.
Mungkin, ini menjadi
bagian dari keresahan di lubuk hati sanubari penulis. Hal demikian, berhingga
menulis narasi berjudul 'Aku Penyihir', tanggal 27 November 2021, hari Sabtu
pagi, tepatnya pukul 07:55, sebagaimana berikut ini.
AKU
PENYIHIR
Hidupku mungkin
ditakdirkan untuk berada di tengah gelora rasa iri dan dengki sehingga aku
rajin berzikir.
Bahkan hampir di setiap
pelancongan, selalu berhadapan dan dipertemukan dengan penyamun juga
penyihir__ serta penggemar guna-guna tanpa diduga-duga membuhulkan api
kebencian__
aku ditakdir Tuhan,
mungkin untuk melawan para penggemar penyesatan guna guna tidak berguna_ agar
kembali pada titik nadir kebenaran yang berguna__
walaupun,
mereka juga pengguna tak
berguna, tetapi aku mungkin ditakdirkan agar menunjukkan tapak sikap kearifan
mencerahkan hati dan pikiran agar kembali pada titik langkah kebenaran__
Bukan juga aku, mesti
merasa diri ditakdirkan untuk jadi nabi sebagai logika penyesatan keimanan
tauhidan pada Tuhan__
_aku hanya hamba biasa
pencari titik kisar berhingga berkalam pada ars Shiratal Mustaqim_
_ atau mungkin juga ibrar
bagi mereka, terlebih bagi diriku untuk bersyukur dan terus berzikir mengingat
Tuhan seru sekalian alam__
hingga dihadapkan dengan
beragam kebodohan berlogika sakit hati, arogan juga hasad, hasud, iri, dan
dendam berdengkulan penuh kedengkian bara api__ berhingga jadi kayu bakar
neraka jahanam, nan setia menanti dikemudian nanti__
Mungkin, aku hamba biasa
berhingga dijadikan tapak batasan menjadi manusia biasa, __mesti ber-Tuhan
secara totalitasan
_ tanpa menyekutukan
dengan kutukan-Nya telah pasti menjadi bara api Jahanam_
Terkadang, aku dihadapkan
pada lingkungan beragam perilaku aneh, juga berkesesatan nyata, sungguh
memilukan dan memalukan__
Dan berbagai langgam
arogan logika kesurupan asfala safilin berlebihan__
__di perkampungan kumuh
hingga merasa merpolitan sekalipun, juga tiada terkecuali pada kampung
halamanku
__ di bale-bale
perkebunan kampungan juga kompleks perumahan, merasa dikotakan sok elitan
sekalipun
_ di sekolah dilabelin
agama juga modern liberalisme pun dihadapkan demikian, masih ada nan gemar
berprilaku demikian_ apalagi bersifat nasionalisme murahan tanpa Tuhan__
Bahkan di tempat Ibadah
sekalipun, masih ada mentalan demikian,
Para penggemar demikian,
di antarannya ada yang predikat, tidak terkecuali pendidikan tinggi
berhingga doktoran juga bermentalan menyesatkan pula, dan apalagi rendahan__
__ aku bukan jua
ditakdirkan jadi Nabi apalagi Penyihir
Tetapi
aku Penyihir perangkai
diksi syair
_dan juga pengkias ilmu
logika akan kebenaran anugerah dari Tuhan, __berguna untuk tetap bersyukur
tanpa guna guna_
Bukan mungkin lagi,
_memang aku pengagum para
Nabi Nabi yang ditakdir Tuhan, berpeta atlas logika titik jalan kebenaran
berkalamullah hampa berakhiran_
Akhirnya,
aku penyihir rangkain
diksi tentang Kemahabesaran Tuhan semata, __tentu narasi logis bermata
hatinurani
mesti diyakini__
Tetapi aku juga bukan
penyihir berbungkus jubah akademis demi kuasa dan arogansi " bertopeng
apapun, baik di kampus maupun kampung kumuh sekalipun.
27 November 2021
*__Bale-bale (Makassar)
atau Santawo (Bima), dikenal secara umum di Indonesia serperti pos kamling di
kampung-kampung.