-------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 14 Januari 2022
In
Memoriam KH Dahlan Yusuf:
Sang
Da’i Teduh Penuh Dedikasi Itu Telah Pergi
Oleh:
Syandri Syaban
(Dosen Sekolah Tinggi
Ilmu Islam dan Bahasa Arab / STIBA Makassar)
Warga Muhammadiyah dan
masyarakat muslim Sulsel kembali berduka karena kehilangan tokoh dakwah
terbaiknya pada hari Kamis 13 Januari 2022, sekitaran pukul 16.00 WITA. Berita
duka itu tersebar melalui media social. KH Drs. Dahlan Yusuf Rahimahullah
meninggal dunia di umur 80 tahun.
KH Dahlan Yusuf adalah
salah satu kader senior terbaik persyarikatan Muhammadiyah Sulsel yang telah
mendedikasikan hampir seluruh waktu dan pikirannya berbakti mengembangkan
dakwah melalui organisasinya.
Beliau lahir di Kabupaten
Sidrap yang merupakan salah satu lumbung kader Muhammadiyah, tepatnya di
Lautang Salo, pada tahun 1942. Daerah ini memang merupakan salah satu basis
gerakan Muhammadiyah yang juga merupakan tempat kelahiran dua tokoh dan ulama
Muhammadiyah Sulawesi Selatan lainnya, yaitu KH Abdul Djabbar Asyiri dan KH
Muchtar Waka.
Kiai Dahlan Yusuf sejak
kecil telah mengenyam pendidikan ke-Muhammadiyah-an, selain memang lahir di
satu daerah dimana paham Muhammadiyah begitu kental.
Dalam rentetan perjalanan
pendidikannya, beliau tercatat sebagai salah satu alumni Muallimin Muhammadiyah
Makassar, sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Prof Dr Buya Hamka pada
tahun 1932, saat bertugas sebagai da’i muda utusan Muhammadiyah pusat kala itu.
Ketokohan dan keulamaan Kiai
Dahlan Yusuf mulai muncul melalui tempaan ulama-ulama senior kharismatik
Muhammadiyah. Beliau dididik langsung oleh “imam empat” Muhammdiyah sebagai
peserta pendidikan ulama tarjih pada pertengahan tahun 1960-an.
Imam empat yang dimaksud
sebagaimana yang diistilahkan oleh Dr Mustari Bosra, yaitu Dr S Majidi, KH
Ahmad Marzuki Hasan, KH Abdul Djabbar Asyiri, dan KH Fathul Mu’in Dg Maggading.
Semangat juang dan
militansinya sebagai kader Muhammadiyah betul-betul terasah di bawah bimbingan
langsung para ulama senior tersebut.
Pada tahun 1968/1969,
beliau ikut ditahan bersama beberapa ulama, da’i, dan peserta pendidikan ulama
tarjih, karena peristiwa penggayangan Lotto. Sebuah peristiwa yang terjadi
akibat merajalelanya perjudian dan dilegalkan oleh Pemerintah Kota Makassar
kala itu.
Keikut-sertaan beliau
dalam mengembangkan Persyarikatan Muhammadiyah sangat besar. Tercatat sejak
masih mudah sudah menjadi kader, lalu pada tahun 1970-an pernah memimpin
Muhammadiyah Cabang Bontoala, menggantikan KH Ahmad Marzuki Hasan, lalu
mendampingi KH Fathul Muin Dg Maggading sebagai Wakil Ketua Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Makassar, juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Sulsel periode 2010-2015.
Dedikasi dalam dakwah dan
pendidikian sebagai seorang pengajar, beliau adalah salah satu sosok yang
dikenal berdakwah penuh keteduhan, tawadhu’, dan mampu bergaul dengan lintas
masyarakat.
Pada bidang pendidikan,
beliau adalah seorang guru yang mampu menggabungkan antara ketegasan dan
kelembuatan, serta sesekali jenaka mencairkan suasana kelas yang sudah mulai
membosankan menjadi penuh semangat dan keceriaan.
Beliau telah meninggalkan
ratusan, ribuan, atau bahkan puluhan ribu anak didik dan kader binaan di Sulawesi
Selatan, bahkan di luar Sulsel yang terus berkhidmat untuk umat. Semua akan
menjadi kebaikan dan amal jariyah baginya sebagai bekal hidup akan datang.
Penulis sendiri sempat
berjumpa dan wawancara sekitaran awal tahun 2016, di kediaman beliau. Waku itu,
tampak ketawadhuan dan keterbukaan kepada orang-orang baru yang berjumpa
dengannya.
Semoga apa yang beliau
telah upayakan semasa hidup, cita-cita dan usaha, menjadi bekal bagi seluruh
anak didiknya untuk terus melanjutkan perjuangan.
Catatan singkat, Antang, Makassar,
14-01-2022