-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 25 Januari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (84):
Kaum
Muslimin Menang di Perang Badr, Banyak Orang Berpura-pura Masuk Islam
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Berbagai
Operasi Militer Antara Badar dan Uhud
Perang Badar merupakan awal pertarungan
bersenjata antara kaum muslimin dan kaum musyrikin, dan merupakan peperangan
yang menentukan, kaum muslimin memperoleh kemenangan besar yang diakui oleh
seluruh orang Arab.
Orang yang menyesali akibat perang
tersebut adalah mereka yang secara langsung memperoleh kerugian berat, yaitu
kaum musyrikin atau orang-orang yang memandang kemuliaan dan kemenangan kaum
muslimin merupakan pukulan telak terhadap eksistensi keagamaan dan perekonomian
mereka yaitu kaum Yahudi.
Sejak kaum muslimin meraih kemenangan
dalam Perang Badar, dua kelompok tersebut menyimpan amarah terhadap kaum
muslimin.
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ
آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا ۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً
لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ
قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di
antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (Surah
ke-5 / Al-Ma'idah, ayat 82)
Di Madinah terdapat para pendukung dua
kelompok tersebut, dan mereka berpura-pura masuk Islam tatkala tidak ada tempat
lagi untuk meraih kewibawaan mereka. Mereka adalah Abdullah bin Ubay dan
teman-temannya, kelompok ketiga ini lebih besar lagi kemarahannya daripada dua
kelompok di atas.
Selain itu, terdapat kelompok keempat. Mereka
adalah orang-orang Baduy yang tinggal di sekitar Madinah. Masalah kekufuran dan
keimaman mereka tidaklah menjadi perhatian bagi mereka, tetapi mereka adalah
para perampok dan perampas.
Mereka mulai goncang karena kemenangan
yang diraih kaum muslimin. Mereka khawatir akan tegak di Madinah suatu negara
yang kuat, yang akan menghalangi mereka untuk meraih kesuksesan atau kekuatan
melalui perampokan dan perampasan, sehingga mereka pun membenci kaum muslimin
dan menjadi musuh mereka.
Perang
Bani Sulaim
Berita pertama yang disampaikan oleh
utusan dari Madinah kepada Nabi ﷺ setelah Perang Badar adalah Bani Sulaim. Bani
Sulaim ini berasal dari kabilah Ghathafan. Mereka menggalang kekuatannya untuk
menyerang Madinah.
Nabi ﷺ dengan pasukan kavaleri yang
berkekuatan 200 personel mendatangi kabilah tersebut di perkampungannya.
Sesampainya beliau di wilayah mereka di daerah al-Kudr, Bani Sulaim melarikan
diri dan meninggalkan 500 ekor unta. Mereka meninggalkan untanya di suatu
lembah yang dikuasai oleh pasukan Madinah.
Unta-unta tersebut diambil seperlimanya
oleh Rasulullah ﷺ . Rasulullah membagikan unta-unta tersebut kepada para
sahabatnya. Setiap orang mempunyai dua ekor onta.
Beliau juga mendapatkan seorang budak yang
bernama Yasar yang kemudian dibebaskan.
Di perkampungan Bani Sulaim tersebut Nabi ﷺ
tinggal selama tiga hari. Kemudian beliau kembali ke Madinah.
Peperangan tersebut terjadi pada bulan
Syawal tahun kedua Hijriyah, tujuh hari setelah pulang dari Perang Badar. Dalam
peperangan tersebut Nabi ﷺ menyerahkan urusan Madinah kepada Siba' bin Arfatah.
Persekongkolan
untuk Membunuh Nabi Muhammad
Kekalahan kaum musyrikin dalam Perang
Badar menimbulkan dampak yang mendalam. Kaum Quraisy di Mekah menjadi marah dan
mulai meluap-luap emosinya terhadap Nabi Muhammad ﷺ.
Ada dua orang tokoh Quraisy yang melakukan
persekongkolan untuk membunuh Nabi Muhammad ﷺ.
Tidak beberapa lama seusai Perang Badar,
Umair bin Wahab Al jami' dan Safwan Bin Umayyah duduk bersama di sebuah batu.
Umair adalah salah seorang “Syaithan” Quraisy yang selalu menyakiti Nabi
Muhammad ﷺ dan para sahabat beliau ketika masih berada di Mekkah, sedangkan
anaknya yang bernama Wahab bin Umair menjadi tawanan Badar.
Umair menyebutkan para tokoh korban perang
Badar, lalu Sofwan berkata, “Sesungguhnya setelah kematian mereka akan datang
kehidupan yang baik.”
Umair berkata kepadanya, “Sungguh, kamu
benar. Demi Allah, seandainya aku tidak mempunyai tanggungan hutang, dan tidak
khawatir terlantar setelah aku mati, pasti aku akan mendatangi Muhammad dan membunuhnya.
Aku mempunyai alasan yaitu anakku yang menjadi tawanan mereka.”
Safwan pun menjawab, “Utangmu aku
tanggung, aku yang akan melunasinya, dan keluargamu bersama keluargaku selama
mereka masih hidup. Hal itu tidak berat bagiku.”
Umair kemudian berkata, “Rahasiakanlah
persoalan ini, akan kulakukan.”
Selanjutnya Umair mengambil pedangnya,
lalu dia berangkat ke Madinah. Ketika sudah sampai di pintu masjid dia
menderumkan untanya. Terlihat olehnya Umar Ibnul Khattab yang sedang
berbincang-bincang dengan beberapa orang dari kaum muslimin tentang kemenangan
perang Badr.
Maka Umar berkata, “Ini musuh Allah. Umair
tidaklah datang kecuali untuk maksud jahat.”
Kemudian Umar masuk mendatangi Nabi
Muhammad ﷺ seraya berkata, “Wahai nabi Allah, Umair musuh Allah telah datang
dengan menyandang pedangnya.”
Nabi menjawab, “Suruhlah masuk menemui aku.”
Umar pun menemui Umair, dan sambil menarik tali pedang Umair ia berkata kepada beberapa orang dari kaum Anshar, “Masuklah, temui Rasulullah ﷺ dan duduklah di sisi beliau, serta jagalah beliau dari orang jahat ini, karena dia perlu diwaspadai.” (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Hadiah Hari Raya Idul Fitri Seusai Kemenangan pada Perang Badr
Orang Mekah Terkejut Tak Percaya Pasukan Quraisy Kalah di Perang Badr