KULIAH TAMU. Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti (paling kiri) didampingi Rektor Unismuh Prof Ambo Asse (tengah) dan Ketua BPH Unismuh Prof Gagaring Pagalung, saat mengisi kuliah tamu, di Ruang Rrapat Senat, lantai 17 Menara Iqra, Kampus Unismuh, Jl Sultan Alauddin, Makassar, Sabtu, 08 Januari 2022. (ist)
-----
Ahad, 09 Januari 2022
Muhammadiyah
Pencetak Dokter Terbesar di Indonesia
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Muhammadiyah turut terlibat menyelesaikan
berbagai persoalan kebangsaan. Dalam membantu mengatasi pandemi Covid-19
misalnya, Muhammadiyah melibatkan 116 rumah sakit, dengan mengucurkan anggaran
lebih dari Rp1 triliun.
Keterlibatan Muhammadiyah
di bidang kesehatan, bukan sekadar bersifat reaktif dan sporadis. Persyarikatan
yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini, memiliki 12 Fakultas Kedokteran di perguruan
tinggi Muhammadiyah (PTM).
“Dengan kata lain, Muhammadiyah
merupakan lembaga pencetak dokter terbesar di Indonesia. Orang bisa saja tidak
senang dengan Muhammadiyah, namun mereka tidak bisa membantah kiprah
Muhammadiyah yang mencetak SDM Kesehatan yang tersebar di berbagai penjuru
nusantara,” kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti.
Hal itu kemukakan pada
acara Silaturrahim dan Kuliah Tamu yang dihadiri pengurus Muhammadiyah Sulsel
dan puluhan civitas akademika Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, di Ruang
Rrapat Senat, lantai 17 Menara Iqra, Kampus Unismuh, Jl Sultan Alauddin, Makassar,
Sabtu, 08 Januari 2022.
Abdul Mu’ti mengatakan, beberapa
media internasional mulai menyadari bahwa organisasi keagamaan bukan sekadar mengurusi
persoalan spiritual, melainkan mampu memberikan dampak sosial yang nyata.
“Hingga saat ini,
Muhammadiyah masih terus mendampingi para penyintas gempa di Kabupaten Selayar
yang terkena gempa berkekuatan 7,5 skala richter pertengahan Desember tahun
lalu. Muhamamdiyah sedang membangun 250 hunian darurat bagi masyarakat yang
kehilangan tempat tinggal akibat gempa,” ungkap Mu’ti.
Dengan cara itulah, kata Guru
Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammadiyah
membangun bangsa dan bukan sekadar berteriak dan mengkritik pemerintah.
“Selama ini banyak yang
bilang bahwa Muhammadiyah ini tidak kritis ke pemerintah, padahal tidak semua langkah
yang dilakukan Muhammadiyah harus kita publikasikan,” kata Mu’ti yang mantan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.
Mu’ti menyebut, AR
Fachruddin saat memimpin Muhammadiyah di Era Orde Baru, tidak pernah mengkritik
Soeharto di depan umum. Namun, ia sering menulis surat kritik dengan
menggunakan Bahasa Jawa Kromo, atau Bahasa Jawa dengan tingkat kehalusan yang
tinggi.
Pada era kepemimpinan PP
Muhamamdiyah saat ini, kata Mu’ti, model AR Fachruddin juga kerap digunakan.
“Saat menyampaikan
masukan soal UU Omnibus Law, PP Muhammadiyah menemui Pak Jokowi memberikan
masukan. Meski tak semua masukan kami didengar, setidaknya ada lima Undang-Undang
yang tidak jadi masuk Omnibus Law, termasuk urusan pendidikan,” tutur Mu’ti.
Acara Silaturrahim dan Kuliah Tamu dihadiri Rektor Unismuh Prof Ambo Asse, Ketua BPH Unismuh Prof Gagaring Pagalung, Sekretaris Muhammadiyah Sulsel Prof Irwan Akib, para Wakil Rektor Unismuh, para dekan, para Ketua Lembaga, serta sejumlah sivitas akademika Unismuh. (zak)
-----
Berita terkait Unismuh Makassar:
Bertambah Dua Doktor Baru, Unismuh Siap Buka Prodi S2 Matematika
Unismuh Makassar Peringkat ke-8 Video Penelitian MBKM PTS Terbaik se-Indonesia