-----
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 22 Januari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (82):
Orang
Mekah Terkejut Tak Percaya Pasukan Quraisy Kalah di Perang Badr
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Mekah
Terkejut
Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa
Mekah. Al Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i tergesa-gesa memasuki Mekah.
Diberitakannya kehancuran pasukan Quraisy dan bencana yang telah menimpa para
pemimpin, pembesar, dan bangsawan mereka. Mulanya orang Mekah tidak percaya,
tetapi setelah yakin bahwa Al Haisuman tidak mengigau, seluruh kota menjadi
penuh dengan jerit tangis.
Abu Lahab yang tidak ikut berperang sangat
terpukul mendengarkan berita mengerikan itu.
“Tidak mungkin!” kata Abu Lahab.
“Tidak mungkin!” demikian igaunya.
Keesokan harinya, ia jatuh sakit dan
menderita demam selama tujuh hari sebelum akhirnya meninggal.
Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk
memutuskan yang akan mereka lakukan.
“Ingat, sesedih apa pun hati kita jangan
menunjukkan duka cita secara berlebihan,” demikian kata salah seorang di antara
mereka.
“Jika Muhammad dan teman-temannya
mendengar ini, mereka akan mengejek kita habis-habisan,” kata yang lain.
“Jangan cepat-cepat datang membawa tebusan
untuk membebaskan para tawanan,” usul yang lain lagi.
“Nanti Muhammad akan meminta harga yang
terlampau tinggi! Kita tunggu kesempatan baik untuk menebus mereka,” kata salah
seorang di antara mereka.
Setelah beberapa lama barulah orang-orang
Quraisy berdatangan untuk menebus para tawanan. Salah seorang di antaranya
adalah Mikraz bin Hafz. Dia datang untuk menebus Suhail bin Amir. Suhail
dikenal suka menjelek-jelekkan Rasulullah ﷺ. Begitu mengetahui Suhail akan
dibebaskan Umar Bin Khattab menjadi sangat geram.
Ia mendatangi Rasulullah ﷺ sambil berkata,
“Rasulullah ijinkan saya mencabut dua gigi seri Suhail bin Amir supaya lidahnya
tidak terjulur keluar dan tidak lagi berpidato mencercamu di mana-mana.”
Namun Rasulullah ﷺ menjawab permintaan
Umar itu dengan kata-kata yang sangat agung, “Aku tidak akan memperlakukannya
secara kejam, supaya Allah tidak memperlakukan aku demikian, Sekali pun aku
seorang nabi.
Hindun
Seberapa pun kuatnya orang-orang Quraisy
menutupi kesedihannya, luka yang dalam itu tidak terbendung juga. Para wanita
Quraisy selama sebulan penuh menangisi mayat-mayat para pejuang mereka. Mereka
menggunting rambutnya sendiri, lalu membawa kuda dan unta orang yang sudah
mati. Setelah itu mereka menangis sambil mengelilinginya.
Hampir semua wanita yang kehilangan
kerabatnya berlaku demikian, kecuali Hindun binti utbah, istri Abu Sufyan.
Ketiga orang yang mati dalam duel sebelum
pertempuran adalah orang-orang terdekat yang sangat disayangi Hindun. Utbah bin
Rabiah adalah ayahnya, Syaibah bin Rabiah adalah pamannya, dan Walid Bin Utbah
adalah kakaknya.
Belum lagi beberapa keluarganya yang lain
yang juga mati dalam pertempuran. Bisa dikatakan di antara wanita Quraisy
Hindun-lah yang paling banyak kehilangan sehingga pantaslah jika ia menunjukkan
duka cita lebih banyak dibanding yang lain.
Melihat Hindun tidak menangis, para wanita
Quraisy keheranan. Beberapa dari mereka mendatangi Hindun sambil bertanya, “Kau
tidak menangisi ayahmu, saudaramu, pamanmu, dan keluargamu yang lain?”
Hindun berpaling dan menatap
kawan-kawannya dengan tajam. Para wanita itu terkejut mengetahui bahwa bukan
air mata yang mereka lihat di mata Hindun, melainkan api dendam yang
berkobar-kobar.
Hindun menjawab dengan kata-kata keras, “Aku
menangisi mereka supaya nanti didengar oleh Muhammad dan teman-temannya
sehingga mereka bisa menyoraki kita, begitu? Dan supaya wanita-wanita Khazraj
juga bisa menyoraki kita? Tidak! Aku harus menuntut balas kepada Muhammad dan
teman-temannya! Haram bagi kita memakai minyak wangi sebelum kita dapat
memerangi Muhammad.”
“Sungguh, kalau aku dapat mengetahui bahwa
kesedihan dapat hilang dari hatiku, tentu aku menangis. Tetapi kesedihan ini
baru akan hilang, kalau mayat orang yang telah membunuh orang-orang yang
kucinta itu sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri!” kata Hindun.
Setelah itu, Hindun benar-benar
menjalankan sumpahnya. Ia tidak memakai minyak wangi atau mendekati suaminya.
Ia terus dan terus membakar semangat dendam orang-orang Quraisy sampai kemudian
tiba saat Perang Uhud.
Abu Sufyan sendiri bersumpah tidak akan
mencuci kepala dengan air sebelum ia memerangi kembali Rasulullah.
Kisah
Menantu Rasulullah
Salah seorang tawanan perang Badar adalah
Abul Ash bin Rabi. Ia adalah menantu Rasulullah. Karena ia menikahi Putri
beliau Zainab. Untuk menebus suaminya, Zainab mengirimkan seuntai kalung
peninggalan ibunya kepada Rasulullah.
Ketika melihat kalung milik Khadijah itu,
Rasulullah ﷺ amat terharu, air mata pun menetes di pipi beliau.
Melihat duka Rasulullah ﷺ, para sahabat
setuju untuk membebaskan Abul Ash bin Rabi tanpa harus membayar tebusan. Rasulullah
ﷺ mengembalikan kalung Khadijah kepada Abul Ash dan meminta agar Abul Ash
menceraikan Zainab.
Menurut hukum Islam, seorang wanita mukmin memang tidak boleh menikahi laki-laki kafir. Abul Ash menyetujui permintaan itu. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Umar Usulkan Tawanan Perang Dibunuh, Abu Bakar Berpendapat Lain
Abu Jahal Terbunuh, Pasukan Muslimin Raih Kemenangan Gemilang pada Perang Badr Kubra