Dalam menulis, saya memiliki kredo:
“Bacalah diri dan alam besar. Tulislah yang terbaik dan jangan merasa pintar sendiri. Lalu, bayangkan, betapa tidak sedikit orang sombong yang bertaubat karena hatinya terbedah oleh tulisan itu.”
-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 10 Februari 2022
KREDO
ESAI:
Iqra’:
Dan Tulislah Bismirabbika!
Oleh:
Mahrus Andis
(Kritikus Sastra)
Boleh jadi banyak orang
menulis esai karena haus pujian dan ingin populer. Jika ini yang menjadi
motivasi, maka celakalah “kedua tangan Abu Lahab” (baca: sia-sialah bakat
menulisnya).
Allah SWT memerintahkan
hamba-Nya “iqra”, bacalah. Itu sebuah diksi imperatif- simbolisme universal,
yakni perintah yang bersifat simbolistis untuk memahami alam makhluk secara
luas.
Dunia kecil kita membaca
alam sadar, menafsir, kemudian menuangkan hasilnya ke ruang konsepsi literatif
berupa tulisan. Maka sebuah tanggung jawab literasi-keilahian telah kita
kantongi.
Umat manusia berhak,
secara azasi, mengonsumsi tulisan kita untuk kepentingan sendiri-sendiri. Kita,
sebagai penulis esai, harus tabah dan bijak menanti reaksi “iqra” dari dunia
besar yang bernama “sekeliling” itu.
Inilah konsep diri saya.
Esai yang saya tulis selalu berikhtiar hadir dari alam sekeliling. Saya tidak
suka bermimpi menulis yang banyak, namun hanya sedikit yang benar. Mungkin
inilah yang membedakan saya dari banyak penulis lain di negeri ini.
Dalam menulis, saya
memiliki kredo:
“Bacalah diri dan alam
besar. Tulislah yang terbaik dan jangan merasa pintar sendiri. Lalu, bayangkan,
betapa tidak sedikit orang sombong yang bertaubat karena hatinya terbedah oleh
tulisan itu.”
Bulukumba, 08 Februari 2022
-----
Baca juga: