Rasulullah ﷺ segera menyiapkan pasukan yang terdiri atas 100 personil lengkap dengan kendaraannya di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah al Kilabi. Zaid pun segera berangkat, dan di daerah Najad yakni di Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah yang sedang lengah. Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan para pengawalnya melarikan diri tanpa perlawanan.
-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 08 Februari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (90):
Pasukan
Zain bin Kharitsah Sergap Kafilah Quraisy di Daerah Najad
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Tim itu kemudian kembali. Ketika itu, Al Haris bin Aus
terkena ujung pedang sebagian sahabatnya sehingga terluka dan mengucurkan
darah. Setelah tiba di Hurrotul Aridl, ternyata Al Haris tidak ada di
tengah-tengah mereka. Mereka kemudian mencarinya, lalu mereka gotong.
Setelah tiba di Baqi' Gharqad, mereka bertakbir dan
takbir mereka didengar oleh Rasulullah ﷺ, sehingga beliau mengetahui bahwa
mereka telah berhasil membunuh Ka’ab, dan beliau kemudian bertakbir.
Setelah mereka sampai di hadapan beliau, beliau
berkata, “Wajah kalian berseri-seri.”
“Wajah Anda juga wahai Rasulullah,” sahut mereka.
Mereka meletakkan kepala sang thaghut tersebut di
hadapan beliau, dan beliau memuji Allah atas terbunuhnya sang thaghut itu.
Beliau kemudian mengobati luka Al Haris dan sembuh seketika itu juga.
Setelah orang-orang Yahudi mengetahui kematian
pemimpinnya, Kaab bin Asyraf, mereka sangat ketakutan. Mereka baru menyadari
bahwa Rasulullah ﷺ tidak segan-segan menggunakan kekuatan ketika nasehat sudah
tidak diindahkan lagi oleh orang-orang yang ingin menghancurkan keamanan,
menimbulkan keresahan, dan tidak menghormati perjanjian.
Mereka tidak berani bertindak sesuka hati, bahkan
mereka menunjukkan sikap seolah-olah mentaati perjanjian. Mereka bersembunyi di
benteng bagaikan ular yang terburu-buru masuk ke dalam liangnya untuk
bersembunyi.
Demikianlah untuk sementara waktu, Rasulullah ﷺ dapat
mencurahkan seluruh perhatiannya dalam menghadapi berbagai bahaya yang
kemungkinan muncul di luar Madinah. Beban kaum muslimin semakin berkurang,
sebagian besar masalah-masalah intern mereka telah terselesaikan.
Ekspedisi
Zaid Ibnul Harits
Ekspedisi ini merupakan operasi militer yang terakhir
dan paling berhasil yang dilakukan oleh kaum muslimin sebelum Perang Uhud.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir Tahun ketiga Hijrah.
Urutan peristiwa tersebut adalah kaum Quraisy selalu
dirundung kesedihan setelah terjadinya peristiwa Badar. Ketika tiba musim panas
dan musim dagang Islam telah dekat, mereka dirundung kesedihan yang lain yakni
perniagaannya merasa terancam.
Safwan Bin Umayyah berkata kepada orang-orang Quraisy,
“Muhammad dan para sahabatnya telah merintangi perniagaan kita. Kita tidak tahu
apa yang harus kita perbuat terhadap mereka, karena mereka tidak membiarkan
daerah pantai. Penduduk daerah pantai berdamai dengan mereka, dan sebagian
besar dari mereka telah memeluk Islam. Kita tidak tahu cara menanggulangi, apa
yang dapat ditempuh kalau kita tetap tinggal di rumah.”
Dia menbambahkan, “Modal kita akan habis dimakan,
sementara penghidupan kita di Mekkah tergantung pada perniagaan kita ke Syam di
musim panas dan ke Habasyah di musim dingin.”
Terjadilah dialog sekitar topik tersebut. Al Aswad bin
Abdul Muthalib berkata kepada Sofwan, “Tinggalkan jalan lewat daerah pantai,
dan ambillah jalan lewat Irak.”
Jalan lewat Irak merupakan jalan yang panjang melewati
Najad sampai ke Syam, dan melewati sebelah timur Madinah. Orang-orang Quraisy
sangat tidak mengetahui jalur tersebut, maka Al Aswad bin Abdul-Muththalib
menyarankan agar menjadikan Farat bin Hayyan dan Bani Bakar bin Wa'il sebagai
pemandunya, dan dia sendiri adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut.
Berangkatlah kafilah Quraisy dipimpin oleh Safwan bin
Umayyah lewat jalan baru. Namun berita tentang keberangkatan kafilah ini telah
sampai ke Madinah, sebab Khalid bin an-Nu'man telah masuk Islam.
Khalid bin an-Nu'man kemudian bertemu dengan Nu'aim
Bin Mas’ud Al Asyja'i (ketika itu belum memeluk Islam) di sebuah tempat minum
khamr (ketika itu khamr belum diharamkan).
Dalam kesempatan tersebut Shalith bin Nu'man mendengar
informasi dari Nu'aim bin Mas' tentang perjalanan kafilah Quraisy. Maka Salith
bin Nu’man segera menghadap Nabi ﷺ menyampaikan informasi yang didengarnya.
Rasulullah ﷺ segera menyiapkan pasukan yang terdiri
atas 100 personil lengkap dengan kendaraannya di bawah pimpinan Zaid bin
Haritsah al Kilabi. Zaid pun segera berangkat, dan di daerah Najad yakni di
Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah yang sedang lengah.
Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan
para pengawalnya melarikan diri tanpa perlawanan.
Kaum muslimin menawan pemandu kafilah, yaitu Farrat
bin Hayyan. Dikatakan pula bahwa kaum muslimin juga menangkap dua orang yang
lain. Mereka mengangkut bahan ghanimah besar berupa perak dan barang-barang
berharga lainnya, yang diangkut oleh kafilah semua. Barang itu nilainya sekitar
100.000.
Rasulullah ﷺ membagi-bagikan barang-barang ghanimah
tersebut kepada para personil ekspedisi itu, setelah beliau ambil seperlimanya,
Farrat bin Hayyan akhirnya masuk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ .
Peristiwa itu merupakan tragedi dan bencana besar bagi
orang-orang Quraisy, sehingga mereka semakin resah dan bertambah sedih. Di
hadapan mereka tidak ada jalan kecuali dua pilihan:
~ Menghentikan kesombongan dan mengambil langkah
perdamaian dengan kaum muslimin
~ Menempuh langkah peperangan untuk mengembalikan
kewibawaan mereka dan melumpuhkan kekuatan kaum muslimin.
Namun mereka memilih langkah yang kedua, sehingga
tekat mereka semakin kuat untuk melakukan tindakan pembalasan.
Mereka giat mengadakan persiapan guna menghadapi kaum
muslimin dengan kekuatan maksimal, semua itu, merupakan penyebab terjadinya
Perang Uhud. (bersambung)