------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 18 Maret 2022
Mamasach
Negeri Goreng
Oleh:
Maman A Majid Binfas
(Akademisi, Sastrawan,
Budayawan)
Bahkan, kata As-Sadr
(2012), orang-orang Zoroastrian membenarkan penantian mereka terhadap
Bahramsyah. Hal serupa juga diyakini orang-orang Kristen Al-Ahbasy yang
menantikan kembalinya raja mereka bernama Theodore, seperti Imam Mahdi pada
akhir zaman.
“Begitu juga orang-orang Hindu
menyakini kembalinya Wishnu, dan orang-orang Majusi meyakini hidupnya kembali
Usyider,” tutur As-Sadr.
Filosof Bertrand Russel
sempat berkata, “Sesungguhnya dunia sedang menunggu tokoh reformasi yang akan menyatukan
dunia di bawah bendera tunggal dan satu panji.”
Soal kemunculan sosok
Mahdi juga sempat diutarakan ilmuwan Albert Einstein (Republika, 2012).
Mungkin, keyakinan berupa
halunisasi bukan saja menjadi monopoli yang mengidentikkan dengan cendekia yang
berkeilmuan keagaman, namun non beragama pun getaran nurani ilahiyahnya tidak
bisa disumbatinnya.
Namun, terlepas pro
kontra tentang kehadiran Mamasach/Imam Mahdi dengan berbagai logika
diluncurkan, manakala kita kembali pada esensi akar agama, sebenarnya sungguh
sangat sederhana.
Esensi pesan agama
sederhana tanpa berlebihan,
_ bukan berarti mesti
kumuhan, _
tetapi dimensinya
pencerahan tanpa meresahin__apalagi digorengin demi arogan kekuasan mengatas
namakan dimensi jubah agama.
Dua hari berlalu, penulis
menggores tulisan dari akumulasi meresakan publik mengenai kondisi terkini yang
menggoreng negeri ini, demi atas nama palu beton kekuasaan, __ seakan merasa
sebagai mamasach telah hadir di negeri ini. Padahal krestivitasnya kerja hanya
mampu meresahakan dan menggoreng isu ece-ece yang membosankan dan melelahkan
publik itu sendiri.
Gorengan
Silakan luncurin pelor
apapun, di dalam menggorengin isu hingga bara jadi debu__ tentu resiko
pantulannya akan terpulang pada tuan juga, untuk memanen kembali__
kami tak gentar
menghadapi karena telah kebal dengan apologi melebihi logika keiblisan
digorengi hampa akumulasi__
Kalian mainin jerami
makar untuk mekar bara api, kami telah lalui, walau kepedihan nurani melebihi
sembilu tiada berhingga__
Kalian mainin teror tanpa
akhir dituduh terorisime, berhingga belum ada tanda-tanda akhiran juga, _kami
maklumi_
tetapi ingat kematian
berpulang pada keadilan Tuhan__
Kalian, gorengi sembako
juga tembakau __ hingga tak terjangkau,
kami sadari logika tuan
memang kerikilan mesti kami fahami___
Kalian, mainin lafalan
Allah juga bukan baru kali ini__ sejak lampau juga kembali menampari hingga
kini, kami fahami dan tidak kaget karena berjejak Fir'aun juga Namrud hingga
Abulahab terlalap api pun telah bertautan__
Tentu, Tuhan tidak
tinggal diam,
termasuk ilmu kelam dan
hitam membara dimainin iblis sejak jaman Nabi Sulaiman dan Nabi Musa pun juga
masih digorengin hingga kini, __
Mau diapalagi,
memang demikian terus
diwarisin__
Tetapi,
ingat pula, kalau boleh
saran:
_ jangan paksakan
kematian tuan sebelum mautan ditakdirkan Tuhan_
Kalau begitu, tuan tuan
dikenang hanya sebagai aktefak GORENGAN
...
Eloknya, gorengan gurih
dengan membaca tanda-tanda siapa yang dihadapi
Jangan seenak dewe, lalu
semague
hantam kromo. Padahal
martil beton pun terpentalin bahkan juga pelor kendali terpantul kembali
padamu,
apalagi pistolan buatan
kemarin
Baca tanda siapa yang
dihadapi, jangan asal seruduk gaya anak kambing masih balibu
_biar induk banteng
ditanduknyatanpa ending beraduhai_
Negeri kita ini
adalah hasil perjuangan yang sungguh aduhai: dengan pengorbanan jiwa raga
leluhur dalam memperjuangkan kemerdekaan, berhingga nikmati bersama bukan
dimonopoli dengan dagelan sontoloyo.
Indonesia tumpah
darahku__
Bukan, berteriak
mantap_sekalipun, lagi muntah darahDemi kuasa nafsu serakah_
Sekali lagi kalau boleh
saran, siapapun pengelola negeri tercinra ini:_Jangan berlebihan main tikusan,_
perlu dusadari_siapa tahu esok pagi tanpa diduga terbaring kaku di dalam
kuburan_ dan tak perlu merindukan dan atau memimpikan Mamasach akan hadir di
negeti ini.__ Apalagi mau halunisasikan dengan mengidentikan srbagai Mamasach
pemimpin saat ini, dikarena keasihkan gorengan, dan itu sungguh memalukan
berhingga kesan kurang warasan.
Wallahu
a'lam bish-shawabi
Tamalate, 17 Maret 2022
------
Baca juga: