MENDONGENG. Mami Kiko (memegang boneka, pakai topi lebar) foto bersama murid-murid seusai mendongeng, di SD Inpres Banta-bantaeng 1, Makassar, Kamis, 17 Maret 2022. (ist)
-----
Jumat, 18 Maret 2022
Mami
Kiko Mendongeng di SD Inpres Banta-bantaeng Makassar
GOWA,
(PEDOMAN KARYA). Ada banyak cara untuk menggugah anak-anak
agar gemar membaca. Salah satunya lewat mendongeng atau bercerita. Penggiat
literasi yang tergabung dalam LISAN menggunakan pendekatan dongeng ini ketika
tampil di SD Inpres Banta-bantaeng 1, Makassar, Kamis, 17 Maret 2022.
Cerita yang dibawakan
oleh pendongeng Mami Kiko ini berjudul “Monyet Kecil dan Bukunya.” Kisah monyet
kecil ini disampaikan secara menarik, apalagi Mami Kiko membawakan materinya
dengan ditemani boneka Kiko. Kegiatan ini diadakan menyongsong Hari Dongeng se-Dunia.
Hari Dongeng se-Dunia,
biasa diperingati setiap tanggal 20 Maret. Kegiatan mendongeng yang diadakan di
teras sekolah ini diikuti oleh murid-murid kelas 1-6. Pendekatan dongeng ini
merupakan bagian dari Program Pacarita, akronim dari Panggung Cerita Ceria
Kita.
“Monyet Kecil dan Bukunya”
bercerita tentang seekor monyet kecil yang tinggal bersama neneknya. Sepulang
sekolah, monyet kecil itu sedih dan tak percaya diri karena diejek kecil, bodoh
dan bau. Neneknya kemudian menyarankan agar dia rajin membaca supaya tahu
jawabannya, kenapa temannya bilang begitu kepadanya.
Menurut Mami Kiko, pesan
moral dari cerita ini ingin mengingatkan pada anak-anak bahwa hidup itu selalu
ada masalah. Monyet kecil memang kecil karena masih kecil dan belum banyak
tahu. Dia bau lantaran belum bisa mandi sendiri 2x sehari karena masih kecil. Dikhawatirkan
dia akan terseret derasnya air sungai bila pergi mandi sendiri.
Setelah si monyet banyak
membaca dan belajar, akhirnya dia banyak tahu. Tak cuma itu, bahkan monyet
kecil menjadi juara. Dia disukai semua binatang di hutan karena kepintarannya.
Mami Kiko melihat respons
anak-anak dan guru begitu antusias. Mereka terkesan senang mendengarkan cerita
yang dibawakan. Dia berharap, melalui dongeng bisa menginspirasi mereka untuk
lebih suka membaca.
Rahmatia SIP, pustakawan
SD Inpres Banta-bantaeng 1, menambahkan bahwa awalnya hanya sedikit anak yang
ikut mendengarkan dongeng tapi lama-lama bertambah dan menjadi banyak. Bahkan
beberapa orangtua murid yang tengah mengantar anaknya ikut singgah. Katanya,
mereka juga mau melihat dongeng yang dibawakan Mami Kiko.
Alumnus Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Alauddin, Makassar, tahun 2020 ini menjelaskan, mendongeng bagus
jadi bagian dari strategi literasi, terutama untuk membudayakan kegemaran
membaca. Karena kalau anak-anak sudah tertarik dengan ceritanya maka mereka
akan mencari bukunya di perpustakaan.
Perpustakaan SD Inpres
Banta-bantaeng 1 merupakan perpustakaan dengan akreditasi A. Sejauh ini, buku
yang diminati anak-anak adalah buku-buku cerita. Khusus untuk anak kelas
rendah, mereka lebih suka membaca buku-buku cerita bergambar.
Rusdin Tompo, penggiat
literasi yang tengah mengembangkan program gerakan literasi sekolah, Adiwiyata,
dan Sekolah Ramah Anak (SRA) di sekolah yang terletak di Kelurahan Ballaparang,
Kecamatan Rappocini itu, berupaya agar ada inovasi di sekolah tersebut.
Perlu ada ciri program
yang akan jadi kebanggan sekolah. Salah satu cirinya, yakni pembelajaran aksara
lontaraq dan sastra Makassar yang akan dibimbing oleh penyair, Syahrir Rani
Patakkak.
Bersama Kepala UPT SPF SD
Inpres Banta-bantaeng 1, Hj Baena SPd MPd, mereka merancang kegiatan launching
SRA, yang akan diadakan dalam waktu dekat.
Baena membuat ancar-ancar
bahwa deklarasi Sekolah Ramah Anak (SRA), akan diadakan pada tanggal 30 Maret
2022, sebelum memasuki Ramadan. Kegiatan SRA ini akan didahului dengan
sosialisasi dan pelatihan hak dan perlindungan anak, kepada murid-murid, guru,
dan orangtua siswa. (zak)