- Haedar Nashir -
(Ketua Umum PP Muhammadiyah)
-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 03 April 2022
Haedar
Nashir: Luruskan Niat Berpuasa
Ketua Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir membuat tulisan pada Sabtu, 02 April 2022, dengan
judul “Luruskan Niat Berpuasa” pada laman resmi Muhammadiyah (https://muhammadiyah.or.id/luruskan-niat-berpuasa/).
Tulisan tersebut kemudian
tersebar di berbagai media sosial. Berikut tulisan Haedar Nashir.
…
Sabtu, 02 April 2022,
hari pertama kaum muslim Indonesia berpuasa Ramadhan bagi yang melaksanakannya.
Terdapat 24 negara-negara
Islam lain yang melaksanakan puasa pada hari Sabtu, 02 April 2022, menurut
informasi media, antara lain Saudi, Emirat, Qatar, Lebanon, Suriah, Palestina,
Tunis, Aljazair, dan Mesir.
Di sejumlah negara di
mana muslim minoritas seperti di Australia dan USA juga ada yang melaksanakan
hari yang sama.
Kaum muslim lainnya ada
yang mulai puasa besok hari, termasuk ketetapan pemerintah Indonesia melalui
sidang isbat Kementerian Agama.
Perbedaan ini sering dan
akan terus terjadi karena dunia Islam belum memiliki kalender tunggal global
yang disepakati bersama. Muhammadiyah sudah lama mengusulkan kalender global
tersebut. Bukan hanya antar-negara, tetapi di dalam satu negara pun bisa
terjadi perbedaan.
Kini yang diperlukan
sikap toleran, rendah hati, dan bijaksana dari semua warga muslim dan
pemerintah, maupun para pihak lainnya. Tidak perlu heboh dan saling
menyalahkan, apalagi bikin pernyataan-pernyataan yang menghakimi disertai sikap
merasa benar sendiri.
Khusus para pejabat atau
tokoh yang mewakili organisasi keagamaan milik publik, seperti Majelis Ulama
Indonesia (MUI), perlu semakin bijaksana untuk berdiri di atas semua golongan
dan tidak membuat pernyataan-pernyataan penghakiman secara negatif dan
mengundang keresahan atau kontroversi.
Jangan sampai membuat
vonis keagamaan dengan manyatakan, “Siapa yang ingin aman dan selamat dunia
akhirat, ikutilah keputusan pemerintah”. Nanti, sebelum puasa dimulai malah
bisa-bisa sudah batal puasanya, karena mencela dan menghakimi perbedaan ijtihad
dengan otoritas keagamaan yang monolitik, padahal setiap ijtihad hatta yang
dilakukan atas nama pemerintah pun terbuka untuk benar atau salah.
Para ulama tingkat tinggi
(ar-rasihuna fil-‘ilmi) itu sejatinya memiliki ilmu dan hikmah, sehingga dari
pikiran dan lisannya keluar kearifan dan kebajikan utama. Beragama tidak boleh
merasa paling benar dan paling suci, karena hanya Allah Yang Maha Tahu siapa
yang paling bertaqwa di antaramu (QS An-Najm: 32).
Hal yang paling penting
justru sambut dan mulailah puasa Ramadhan, apakah yang hari Sabtu maupun Ahad,
dengan niat ikhlas, rendah hati, sabar, dan khusyuk, untuk beribadah lillahi-ta’ala.
La’allakum tattaquun, agar setiap muslim yang berpuasa menjadi lebih bertaqwa
sebagaimana tujuan berpuasa (QS Al-Baqarah: 183).
Mari siapapun muslim yang
mulai berpuasa apakah Sabtu atau Ahad, berlomba untuk menjadikan diri makin
bertaqwa. Menjadi orang yang lebih baik, makin saleh, berilmu, bijaksana, dan beramal
kebajikan yang melampaui sehingga menebar rahmat bagi semesta alam.
Laksanakan segala amalan
ibadah di bulan Ramadhan dengan ikhlas dan benar, serta mau berbagi kebaikan
dengan tetangga dan sesame, apapun agama, golongan, dan perbedaan lainnya.
Instrospeksilah untuk
diri sendiri apakah puasa dan hidup kita di bulan Ramadhan tahun ini menjadi
semakin baik atau tidak. Bismillahirrahmanirrahim. Luruskan niat berpuasa
Ramadhan dengan benar, baik, dan bersih. Jauhkan sikap angkuh beragama yang
merasa menjadi pemilik kebenaran dan penghuni surga sendirian.