MENULIS PUISI. Duduk dari kiri Agus K Saputra, Rusdin Tompo, Asnawin Aminuddin, dan para remaja masjid seusai Pelatihan Menulis Puisi Bersama Satupena Sulawesi Selatan, di Masjid Khadijah Binti Khuwailid, Kompleks Bumi / Griya Pallangga Mas 1, Desa Bontoala, Kec. Pallangga, Kab. Gowa, Sulsel, Ahad, 17 April 2022. (ist)
------
Senin, 18 April 2022
Perbanyak
Membaca Agar Kaya Diksi dalam Menulis Puisi
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Untuk menulis puisi, anak-anak perlu memperbanyak
membaca, termasuk buku-buku puisi para penyair berbeda, agar wawasannya luas,
bisa menambah diksi baru, punya referensi untuk pola penulisan, dan bisa jadi
pembanding terhadap karyanya.
Namun diingatkan, agar
anak-anak jujur, percaya diri, tidak nyontek pada ungkapan penyair lain atau
menggunakan bahasa klise, serta menjaga orisinalitas karyanya.
Hal ini ditekankan dua pembicara
yakni Rusdin Tompo dan Agus K Saputra pada Pelatihan Menulis Puisi Bersama
Satupena Sulawesi Selatan, di Masjid Khadijah Binti Khuwailid, Kompleks Bumi /
Griya Pallangga Mas 1, Desa Bontoala, Kec. Pallangga, Kab. Gowa, Sulsel, Ahad,
17 April 2022.
Rusdin Tompo dan Agus K
Saputra adalah sastawan yang sudah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi. Peserta
pelatihan ini terdiri atas anak-anak usia SD, SMP, dan SMA yang tergabung dalam
Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) Khadijah Binti Khuwailid. Hadir saat pembukaan,
Ketua DKM Khadijah Binti Khuwailid, H. Aladdin Habib, Ketua RT, Abdul Rahman.
Pembina DKM Khadijah
Binti Khuwailid, Asnawin Aminuddin, berharap pelatihan ini bisa membuat tulisan
anak-anak lebih beragam bukan hanya berupa reportase, tapi juga puisi, cerpen,
esai, atau bentuk tulisan lainnya.
“Memanfaatkan kehadiran kak
Rusdin Tompo dan Kak Agus Saputra, agar bisa belajar dari proses kreatif dalam
menulis puisi,” kata Asnawin.
Wartawan senior yang
akrab disapa Tetta oleh anak-anak remaja masjid, mengatakan, pada Ahad pecan sebelumya,
10 April 2022, anggota IRMAS Khadijah Binti Khuwailid juga sudah mengikuti Pelatihan
Jurnalistik Dasar dan Pembuatan Blog di tempat yang sama.
Ide
Menulis Puisi
Rusdin Tompo, penggiat
literasi yang merupakan Koordinator Perkumpulan Penulis Satupena Sulawesi
Selatan, mengatakan bahwa ide menulis puisi bisa dari mana saja dan tentang apa
saja.
Ketika kucing Persia-nya
hilang, muncul ide membuat puisi tentang kucing. Meski di dalam puisinya tidak
ada kata kucing. Dia lalu membaca puisi yang dia bikin, sebagai contohnya.
Anak-anak juga bisa
membuat puisi tentang nenek, saat melihat kulit nenek yang keriput, atau puisi
tentang kampung halaman ketika sedang mudik. Begitupun, kalau melihat daun
tertiup angin, bisa saja muncul ide menulis puisi, seolah daun itu memanggil
diri kita untuk merasakan teduhnya.
Peserta diminta tidak
ragu menggunakan kata-kata yang berbeda, bukan meniru kata-kata dari
puisi-puisi yang sudah ada. Karena mereka punya hak istimewa sebagai penulis
puisi, yakni licentia poetica.
Rusdin, yang aktif di
Komunitas Puisi (KoPi) Makassar, menyampaikan bahwa anak-anak bukan saja bisa
menulis, tapi terpenting juga mau menulis, dan menuntaskan tulisan itu.
Kalau menulis puisi yang
terkait budaya atau sejarah maka perlu riset. Dia lalu mecontohkan puisi
Panggil Aku Daeng yang diputar melalui kanal YouTube.
Puisi
Bantimurung
Agus K Saputra memulai
materinya dengan bercerita pengalamannya ke objek wisata Bantimurung, Maros.
Dari situ, dia memotret, lalu dibuatkan
puisi berjudul Bantimurung. Selanjutnya, puisi itu dibuat lagi jadi
musikalisasi puisi oleh sahabatnya, Soni Hendrawan.
Diakui, dia sering
menyimpan foto atau video yang nanti jadi inspirasi puisi-puisinya. Kalau puisi
sudah selesai, dia kirim ke temannya, dan kemudian dijadikan musikaliasi puisi
dengan menggunakan gitar bambu yang direkam melalui smartphone.
Menurut pegawai BUMN yang
setiap hari menulis puisi itu, anak-anak yang datang pasti punya dorongan kuat
ingin belajar menulis puisi. Katanya, menulis itu kebiasaan, yang perlu
dilatihkan, asal jangan takut salah. Anak-anak diajak untuk rajin membaca,
minimal bacaan yang jadi kesukaannya.
Pada akhir kegiatan, Agus
K Saputra membagikan buku kumpulan puisi karyanya, berjudul “Bermain di Pasar
Ampenan” untuk semua peserta, sedangkan Rusdin Tompo memberikan buku antologi
puisi “Resolusi Dalam Puisi” karya penyair KoPi Makassar, kepada Nurjazilah
Jamal (Lala), salah seorang peserta yang menang games kosakata.
“Ini tanggung jawab kami
sebagai penggiat literasi untuk mendorong anak-anak menulis, dan menyukai karya
sastra, khusuanya puisi,” kata Rusdin. (ima)