PEMIMPIN BERMARTABAT. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, memberikan sambutan pada peluncuran bukunya yang berjudul “Indonesia: Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa”, di Balai Sidang Muktamar 47 Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh), Jl Sultan Alauddin, Makassar, Ahad, 15 Mei 2022. (Foto: Herul / Humas Unismuh Makassar)
-----
Ahad, 15 Mei 2022
Haedar
Nashir: Indonesia Butuh Pemimpin Bermartabat
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Jika ingin menjadi bangsa yang maju, Indonesia membutuhkan ideologi yang kuat dan pemimpin bermartabat. Ibarat tubuh manusia, ideologi sebagai jantung, sedangkan pemimpin adalah kepala.
“Bila jantung berhenti
berdetak, maka tubuh akan mati. Ada pula pepatah mengatakan, ikan busuk dimulai
dari kepala, artinya keburukan atau kejatuhan suatu bangsa tergantung
kepalanya, yakni para pemimpin,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Prof Haedar Nashir.
Hal tersebut ia sampaikan saat meluncurkan buku terbarunya “Indonesia: Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa”, di Balai Sidang Muktamar 47 Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh), Jl Sultan Alauddin, Makassar, Ahad, 15 Mei 2022.
Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengatakan, pemerintahan negara yang direpresentasikan oleh eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta kelembagaan pemerintahan negara lainnya dari pusat sampai daerah, wajib hukumnya merujuk pada pemikiran dasar tersebut, termasuk kekuatan partai politik.
“Jangan bermain-main
dengan mengakalinya demi melanggengkan politik kekuasan dan kepentingan
apapun,” tandas Haedar.
Pengamat Politik
Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr Adi Suryadi Culla, yang didaulat
memberikan testimoni, mengaku telah membaca tulisan-tulisan Haedar sejak tahun
1990-an.
Dia menilai Haedar
memaparkan hubungan Islam dan Ideologi Pancasila secara sangat apik dalam
bukunya tersebut.
“Pak Haedar tidak sekadar
membahas Pancasila sekadar sebagai refleksi abstrak, melainkan refleksi
historis dan faktual bagaimana pergumulan ideologi bangsa oleh para founding
fathers bangsa ini,” ungkap Adi.
Dosen Hubungan
Internasional Fisip Unhas merekomendasikan buku ini dibaca, bukan hanya untuk
internal warga Muhammadiyah, melainkan untuk masyarakat luas.
“Pak Haedar memberikan
ulasan yang sangat jelas bagaimana relasi Islam dan Pancasila yang tidak lagi
harus dipertentangkan,” ungkap ungkap Adi.
Rektor Unismuh Prof Ambo
Asse juga memberikan pengantar yang mengapresiasi kejernihan berpikir Haedar
Nashir dalam merefleksikan persoalan-persoalan bangsa.
“Prof Haedar mengulas
bagaimana Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia. Jadi
kalau ada upaya untuk mendiskreditkan umat Islam dari pentas sejarah Indonesia,
berarti mereka buta sejarah,” kata Ambo Asse yang juga Ketua Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Sulsel.
Peluncuran buku ditandai
dengan sentuhan buku terbaru Haedar ke layar LED yang ada di atas panggung.
Setelah itu muncul video tayangan buku-buku yang pernah ditulis Haedar Nashir,
hingga buku “Indonesia: Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa.”
Kemudian dilanjutkan
dengan penandatanganan figura sampul buku tersebut oleh penulisnya Prof Haedar
Nashir.
Kegiatan ini dihadiri
sekitar 300 orang peserta yang merupakan utusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah, utusan
perguruan tinggi Muhammadiyah se-Sulsel, serta kader dan simpatisan
Muhammadiyah. (zak)