-----
Senin, 16 Mei 2022
Murid
SD Inpres Banta-bantaeng I Makassar Belajar Mendongeng
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). “Siapa yang mau jadi pendongeng?” tanya
Mami Kiko, pendongeng yang biasa berkisah ditemani bonekanya. Ada beberapa anak
mengacungkan tangan.
Mami Kiko kemudian
bertanya lagi kepada sejumlah anak yang duduk di depannya, “Siapa yang mau jadi
pendakwah seperti Ustaz Das'ad Latif?”
Anak-anak itu merupakan
murid-murid SD Inpres Banta-bantaeng I Makassar yang tengah mengikuti Pelatihan
Mendongeng, di sekolahnya, di Jl Mongisidi Baru, Makassar, Sabtu, 14 Mei 2022.
Pelatihan ini merupakan
bagian dari Program PaCarita yang dikembangkan SD Inpres Banta-bantaeng I.
PaCarita merupakan
akronim dari Panggung Cerita Ceria Kita. Program yang memadukan aktivitas
literasi dan kreativitas seni ini dikerjasamakan dengan para penggiat literasi
dari LISAN. Pendiri LISAN adalah Rusdin Tompo, yang dikenal sebagai aktivis
anak dan penulis buku.
Mami Kiko memberi
motivasi kepada anak-anak itu dengan mengatakan bahwa mendongeng merupakan bagian dari kemampuan
public speaking.
“Anak-anak penting punya
kemampuan public speaking yang baik. Karena akan bermanfaat, bukan hanya ketika
mereka mau jadi pendongeng atau pencerita. Juga kalau mereka mau jadi
pendakwah, pembicara seminar, motivator, MC, dan profesi lainnya,” kata Mami
Kiko.
Para peserta lalu
diajarkan kemampuan teknis memproduksi suara. Mereka dilatih tentang bagaimana
mengucapkan artikulasi yang jelas, serta menyebutkan vokal yang benar, jelas
tapi tidak berteriak.
Mereka terlihat antusias
meniru suara yang dikeluarkan Mami Kiko, yang biasa mendongeng dalam kegiatan
Dinas Perpustakaan Kota Makassar.
“Kalau tarik nafas,
perutnya menggembung ya, seperti kodok. Kita mau belajar diafragma. Jadi saat
dikeluarkan, suara kita itu dibantu angin,” jelas Mami Kiko.
Pemberian materi yang
interaktif membuat anak-anak senang. Mereka sesekali menjawab, bila ditanya,
dan tertawa jika ada yang dirasa lucu.
Materi Pelatihan
Mendongeng ini, antara lain tentang mengenal cerita, belajar menyebut vokal,
belajar jenis suara, dan membuat suara tokoh.
Mami Kiko meminta
anak-anak untuk membaca buku yang beragam. Disarankan, kalau baca buku, jangan
hanya satu buku. Karena semakin banyak buku dibaca maka semakin banyak cerita
yang diketahui. Ini bisa jadi bahan untuk mendongeng.
Ketika selesai memberikan
materinya, dia mengevaluasi kegiatan bersama Rusdin Tompo, Syahril Rani
Patakkai, dan Hj Baena SPd MP (Kepala UPT SPF SD Inpres Banta-bantaeng I).
Disampaikan bahwa
anak-anak punya kemampuan bercerita yang cukup bagus, cuma mereka kurang
memiliki bahan cerita.
Disarankan, nanti bisa
memanfaatkan grup WhatsApp kelas. Lalu ceritanya di-share ke guru, kemudian
guru akan teruskan ke orangtua. Biar orangtua juga punya referensi cerita yang
beragam, dan bisa jadi bahan obrolan dengan anaknya.
Hj Baena mengakui,
murid-muridnya memang cukup komunikatif dan interaktif. Hal ini bisa
mempermudah mereka untuk diarahkan ke Perpustakaan Ceria, yang merupakan
perpustakaan sekolah.
Disampaikan, kondisi
pandemi banyak mempengaruhi anak-anak. Pembatasan sosial membuat anak hanya
membaca buku pelajaran, setelah itu mereka main. Kesempatan ke perpustakaan
terbatas. Tapi kini, anak-anak diarahkan membaca buku digital, nanti dikasi
tugas untuk diceritakan bersama.
“Saya sejak masih kecil
sudah sering didongengkan orangtua. Pakai bahasa Makassar. Bahkan sampai saya
tertidur. Dongeng berupa cerita rakyat dalam bahasa Makassar itu disebut Rupama,”
kisah Baena.
Dalam diskusi
pasca-pelatihan itu, disepakati pentingnya memperkuat nilai budaya anak-anak
sebagai bagian dari pendidikan karakter. Untuk memotivasi anak-anak juga akan
dibuatkan kompetisi, biar mereka bertambah semangat untuk maju. (rt)