MANAJEMEN KEBENCANAAN. Rektor Unismuh Makassar Prof Ambo Asse (kedua dari kanan) didampingi Direktur Ma'had Al-Birr Lukman Abdul Samad (paling kiri) dan Sekretaris Ma'had Al-Birr Muhammad Ali Bakri (paling kanan) menyerahkan piagam penghargaan kepada Pendiri AMCF, Dr (HC) Syekh Mohammad MT Al-Khoory, pada Seminar Internasional Pra-Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah, di Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah, Kampus Unismuh, Jl Sultan Alauddin, Makassar, Senin, 23 Mei 2022. (ist)
-----
Selasa, 24 Mei 2022
Pendiri
AMCF Usulkan Unismuh Makassar Buka Prodi Manajemen Kebencanaan
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Pendiri Asian Muslim Charity Foundation
(AMCF), Dr (HC) Syekh Mohammad MT Al-Khoory, mengusulkan kepada Universitas
Muhammadiyah (Unismuh) Makassar membuka Pusat Studi Kebencanaan dan Program
Studi Manajemen Kebencanaan.
Usulan itu ia sampaikan
saat menjadi pembicara pada Seminar Internasional Pra-Muktamar Muhammadiyah –
‘Aisyiyah, di Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah, Kampus Unismuh, Jl Sultan
Alauddin, Makassar, Senin, 23 Mei 2022.
Seminar dihadiri Rektor
Unismuh Prof Ambo Asse, para wakil rektor, para dekan dan pimpinan lembaga, para
Ketua prodi, ratusan mahasiswa Ma’had Al Birr Unismuh.
Syekh Khoory yang
berbicara dalam Bahasa Arab dan diterjemahkan oleh Direktur Ma’had Al Birr
Unismuh Makassar, Lukman Abdul Shamad, mengatakan, Indonesia merupakan salah
satu negara yang kondisi geografisnya cukup rentan terhadap bencana.
“Kehadiran program studi Manajemen
Kebencanaan bakal menyiapkan sumber daya manusia yang handal untuk mitigasi
bencana,” kata Syekh Khoory.
Dalam berbagai kejadian bencana,
katanya, banyak relawan yang datang, tetapi mereka tidak tahu harus berbuat apa,
karena mereka tidak memiliki keterampilan manajemen kebencanaan.
“Saya menyaksikan
bagaimana tim kemanusiaan dari Australia dan Turki bekerja sangat baik dan
terorganisir dalam situasi bencana. Mereka tahu betul, apa yang mesti
dikerjakan,” ungkap Syeikh Khoory.
Sejak itulah, Syeikh
Khoory mulai melibatkan AMCF dalam program kemanusiaan di Indonesia.
“Kita tidak tahu kapan
bencana tiba, namun kita tahu bahwa bencana pasti datang. Oleh karena itu,
semuanya harus dipersiapkan, perencanaannya, pengorganisasiannya, termasuk
semua perlengkapan yang dibutuhkan,” kata Syekh Khoory.
AMCF selama ini terlibat
dalam program kemanusiaan dalam kondisi normal maupun darurat. Dalam kondisi
normal, program kemanusiaan dapat berupa mengunjungi masyarakat (rihlah) dengan
melihat langsung kebutuhan mereka, misalnya perbaikan rumah atau pelayanan
kesehatan. Hal ini bisa dilakukan secara bertahap, namun berbeda dalam kondisi
darurat, yang membutuhkan tindakan segera.
“Ketika terjadi bencana
Palu, relawan kami sudah tahu dan siap mengambil tindakan. Dengan sigap ada
yang bergerak lewat darat, maupun lewat laut untuk membawa bantuan, atau pun
terjun ke lapangan untuk mengambil langkah yang dibutuhkan,” papar Syeikh
Khoory.
Dalam seminar ini, Syeikh Khoory menayangkan video kiprah relawan kemanusiaan dalam kondisi normal, saat terjun ke Jawa Barat, maupun dalam kondisi bencana ketika terjadi gempa dan tsunami di Palu. (has)
-----
Berita terkait: