- Maman A. Majid Binfas -
----
PEDOMAN KARYA
Senin, 13 Juni 2022
Cermin
Compassion
Oleh:
Maman A Majid Binfas
(Penulis, akademisi)
Sikap welas asih (compassion)
menjadi sikap moral yang berkarakter, tidak lain tindakan rasa toleran untuk
menolong sesama yang rentan dan menderita, dan berupaya merasakan. Termasuk,
seputar sikap welas asih yang dapat menjadikan diri sebagai bagian dari sikap
simpati dan beretika pada sesama makhluk Tuhan.
Sikap beretika tinggi
dengan tulus saling mencintai sesama makhluk Tuhan yang menjadi compassion,
sehingga berwujud manusia pilihan, dan dikenang tanpa terbatas oleh ruang
berwaktu.
Tentu, mereka bisa menjadi
makhluk pilihan Tuhan karena dimensi ketulusannya telah berada di atas
rata-rata, sebagaiman dicontohkan Nabi Muhammad SAW, dan juga tokoh yang lain,
berhingga dikaji oleh Karen Amstrong.
Ketulusan berdimensi
belas kasih yang berakar dari lubuk hati suci dan hanya mengharap ridho Ilahi,
tentu akan berkesan tak berakhiran. Bahkan terukir indah sepanjang masa dan
melintasi rotasi zaman.
Mungkin itu juga sehingga
Karen Amstrong (2013) melukiskan makna berbelas kasih (compassion) dengan
dimensi “menanggungkan bersama orang lain, menempatkan diri kita dalam posisi
orang lain, untuk merasakan penderitaannya seolah-olah itu adalah penderitaan
kita sendiri dan secara murah hati masuk ke dalam sudut pandangnya.”
Esensi belas kasih yang
sesungguhnya menjadi tindakan nyata, dan ini telah dilakukan oleh KH Ahmad
Dahlan, sejak didirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912, dan KH Hasyim
Asy’ari sebagai seniornya mendirikan pesantren Tebuireng 1899 sebagai gerakan
mencerahkan umat dan bangsanya.
Mengupayakan gerakan kesadaran
beragama Islam yang sesungguhnya, __tentu muaranya mencerahkan. Gerakan untuk
bersedia memenuhi hak dan berlaku adil kepada orang-orang yang kurang mampu,
baik kepada anak yatim maupun orang-orang terlantar dalam dimensi pencerahan.
__berhingga mereka mampu bangkit memaknai diri dari kehidupan terlantar.
Sesungguhnya, gerakan
demikian tentu akan melahirkan etika compassion, seperti yang disebutkan di
atas. Hal itu, dapat disebut sebagai paradigma pembaharuan mencerahkan dalam
merealisasikan ajaran agama Islam yang rahmatan lil’aalamin.
Tentu, dipahami dengan
logika kecerdasan dalam praktik kehidupan dan bertauhid sosial yang lebih luas.
Sekalipun, belas kasih
untuk melepas burung sendirian karena dikerangkeng tanpa teman dan kandang tak
memadai pula__
...
Compassion
dengan Diri Sendiri
Ada menarik pula, tulisan
pesan Compassion dengan diri yang dibagi oleh Bapak Muchdie M Syahrun, di
dalam tautan Facebook, tanggal 12/6/2022, tentang nasehat diri, sebagaimana
berikut ini.
Nasehat ini berlaku
untuk diri sendiri, disimpan di sini dari seseorang:
Didedikasikan bagi
Sahabat-sahabat yang berusia 65 tahun ke atas.
Kalau kita dapat hidup
hingga 80 tahun, itu hanya tinggal sekitar 14 tahun lagi. Karena pada hari-hari
yang tersisa ini sewaktu-waktu kita dapat jatuh sakit.
Oleh karena hari yang
tersisa tidak banyak lagi, apalagi sewaktu kita meninggalkan dunia ini, apapun
juga tidak ada yang dapat dibawa,
maka kita tidak usah
terlalu berhemat.
Uang yang memang harus
dikeluarkan, keluarkanlah, apa yang dapat dinikmati, nikmatilah.
Jika, memiliki niat untuk
melakukan amal, lakukanlah segera. Tidak usah terlalu banyak memikirkan urusan
yang akan terjadi setelah kematian.
Karena saat kita telah di
dalam tanah, kita sudah tidak dapat lagi merasakan segala pujian & kritikan
orang lain. Tidak usah terlalu banyak memikirkan urusan anak-anak.
Anak cucu kita mempunyai
rezeki mereka sendiri. Setelah mereka mempunyai anak, biarkanlah mereka
mengurus sendiri atau menggunakan uang mereka sendiri untuk membayar suster
guna mengurus anak-anaknya.
Jangan biarkan mereka
merampas lagi : - Hak kesehatan, hak istirahat, hak kesenangan & hak
liburan orang tuanya.
Jangan terlalu banyak
berharap pada anak-anak kita. Anak yang berbakti, memiliki niat untuk berbakti.
Tetapi karena pekerjaannya terlalu sibuk, apalagi bekerja di kota, maka tidak
juga akan dapat membantu kita. Apalagi anak yang tidak berbakti, sewaktu kita
masih hidup saja susah.
Anak anak beranggapan
bahwa jika harta kita berikan kepada mereka itu adalah hal wajar.
Tapi uang mereka bukanlah
uang kita. Jika kita ingin minta uang kepada mereka akan tidak mudah bukan ...?
Kita yang berusia 65 -70
tahun, jangan lagi menukarkan kesehatan kita dengan benda lain, karena saat ini,
belum tentu kita dapat membeli kesehatan dengan harta kita.
Mencari uang sampai
kapanpun, sehari ya hanya dapat makan 3 (tiga) piring saja. Memiliki banyak
rumah/gedung, untuk tidur di malam hari hanya membutuhkan tempat dua setengah
meter saja.
Maka, cukup makan, cukup
uang ya sudahlah.
Ini yang Lebih Penting
...!
Kita harus menjalani
hidup ini dengan bahagia serta gembira, meskipun setiap keluarga mempunyai
problem rumah tangga masing-masing.
Kita jangan lagi berebut
nama & kedudukan dengan orang lain, memikirkan bagaimana masa depan anak
cucu kita & hal lain.
Tetapi harus
membandingkan dengan orang lain bahwa siapa yang hidupnya lebih gembira, lebih
bahagia.
Untuk hal yang tidak
mampu kita ubah, janganlah terlalu dicemaskan, karena cemas juga tidak ada
gunanya, malah akan mempengaruhi kesehatan diri sendiri.
Setiap hari dengan
mencari kesenangan sendiri, setiap hari kita pasti dapat menjalani hidup ini
dengan perasaan gembira.
Lewat sehari,
berkuranglah sehari,
bergembiralah sehari,
bergembira sehari, __
Untunglah sehari.
Memiliki semangat yang tinggi, penyakit dapat disembuhkan. Suasana hati harus
selalu yang gembira.
Olahraga diwajibkan untuk
jantung sehat, seperti : senam ringan, jalan pagi, bersepeda, lebih dianjurkan
lagi bersifat permainan seperti pingpong, bulutangkis, dan sering terkena sinar
matahari,
Makan jenis makanan yang
beragam (perbanyak sayuran & buah-buahan), menyerap bermacam-macam vitamin
& sedikit elemen logam yang seimbang, dan
minum jenis minuman yang
memberikan nuansa rileks, seperti : kopi, teh, hot chocolate dan seterusnya.
Dengan demikian,
diharapkan dapat tetap hidup sehat sampai 20, 30 tahun lagi.”
Ataupun tanpa diduga
sekalipun, boleh lebih cepat dari itu.
Compassion
Buya Syafi’i Ma’arif
Mungkin itu yang menjadi
karakter Compassion yang berkesan terdalam atas kesederhanaan hidup almarhum
Buya Syafi’i Ma’arif, sebagaimana dilukiskan oleh banyak pihak yang
mengaguminya. Di antaranya, saya pribadi mengukir sepintas tentang cerminan kehidupannya
dengan diksi goresan berikut ini.
Iya,
Buya Syafi’i Ma’arif
Iya
Jelas paling pantas
‘tuk Buya Syafi’i Ma’arif,
__ lebih arif
diidentikkan dengan diksi
cerdas
tak bisa ditangkis
sungguh kritis,
baik kata maupun perilaku
Iya
kesannya
tentu sungguh bermutu
tampil apa adanya
bah pesanmu
Cermin untuk semua
Iya
di sini terkoleksi,
karyamu masih menawan
dulu selepas sholat duhur
di Masjid Menteng Raya enam dua__
engkau menyapaku dengan
penuh santun___ sungguh lekat di hati
Apa Maman sudah memiliki
buku ini, __
kujawab telah ada
Buya__
lalu engkau senyum simpul
penuh bahagia
Iya
Padahal ku_faham engkau
hendak membelikanku
buku karyamu dengan
uangmu
di toko kang Agus tri
Lalu,
melangkah tertuju pada
karyamu
engkau membeli untuk
temanmu yang lain, __akan menjumpai hari itu
Padahal engkau ketua umum
Muhammadiyah dan penasehat Presiden Indonesia
tetapi
engkau tak perdulikan
jabatan apapun, demi persahabatan __ sekalipun menyakitkan
Iya
masih tampak ingatan,
bukan sekali itu aku
bersama
guna menimba cerminan
walau
terkadang engkau lebih
paham aku masih kurang elokan __juga nakalan berkata kata
tetapi
engkau menganggap wajar__
masih belajar
Iya
hingga kini
aku masih belajar
Iya
Beliau laku
dicintai karena terbukti
karya
nyata terbaca oleh
siapapun berilmu dan bermata hati
Iya
Tidak, hanya diriku
berutang budi
juga materi padanya
mungkin juga misteri
boleh jadi kritisi
tetapi beliau tetap
tawadhu
tanpa dendam dedemit
melumatin
bah komat kamit yang lain
Iya
memang Buya Syafii Maarif
Selalu mencintai
kearifan__
hanif
dan patut dicontohin
Iya
Kami bersaksi
engkau orang baik
bukan lagi ditebak
Bijak
tak mungkin serentak
kita jua akan bersua di
sana
hanya soal waktu
pulang kembali pada
kalamullah
Yaa ayyatuhan nafsul
muthmainnah
Irji'ii ilaa rabbiki
raadhiyatam mardhiyyah:
“ ... Wahai jiwa yang
tenang!__Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."
Iya
Selamat jalan Buya,
walau kami cinta
namun Allah lebih
mencintai
semoga husnul khotimah
__ insya Allah
Aamiin ... ya Allah
__
Dan
karyamu tanpa lekang
waktu
di lemari kaca buku ini
__
,terbaca
untuk mengingat kembali
__ jejak bercermin juga
padamu
..
Semoga, bagian goresan
dapat menjadi letera logika berpikiran dan bertindak Compassion yang lebih
cemarang di dalam mengisi kehidupan ini.
Uhamka, Jakarta, 13 Juni
2022