----
Jumat, 17 Juni 2022
Guru
Menangis Terharu pada Perpisahan SD Inpres Banta-bantaeng I Makassar
Momen haru itu terjadi
saat murid-murid kelas 6 tampil membawakan lagu “Terima Kasih Guruku” yang
merupakan persembahan lagu mereka bagi guru-gurunya, apalagi setelah lagu
selesai, dan masing-masing murid yang bakal menamatkan sekolahnya itu
bersalaman dengan kepala sekolah dan guru-gurunya satu per satu.
“Ini bukan acara
penamatan tapi pelepasan, karena anak-anak melakukan lompatan dari kelas 6
lanjut ke kelas 7,” ujar Kepala UPT SPF SD Inpres Banta-bantaeng I, Hj Baena SPd
MPd.
Baena berharap anak-anak
harus terus bersekolah, meski mungkin sekolah yang dituju tidak sesuai yang
diinginkan. Karena ilmu yang diperoleh bukan hanya bermanfaat untuk diri
sendiri tapi juga bagi bangsa dan
negara.
Disampaikan bahwa pentas seni ini merupakan agenda tahunan yang dilakukan sekolahnya. Dari kegiatan ini terlihat potensi yang dimiliki orangtua siswa, guru, dan siswa dalam bekerja sama. Kegiatan ini, katanya, berbasis proyek yang menunjukkan hasil capaian dari apa yang sudah dilakukan.
Mengapa pelajar Pancasila? Karena menunjukkan karakter sebagai pelajar yang beriman, berkeadilan tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Semua anak diberi kesempatan sesuai bakatnya. Ada yang berbakat menari, menyanyi, di bidang teater, sastra, dan sebagainya.“Kegiatan ini hasil
kolaborasi dengan penggiat literasi dan kerja sama dengan adik-adik mahasiswa
program Kampus Mengajar,” papar Baena.
Ketua Panitia, Syamsu
Lawa SH, bersyukur dan bangga karena murid-murid kelas 6 lulus 100%. Sebagai
orangtua murid, dia berharap anak-anak dapat masuk ke sekolah jenjang SMP atau
sederajat, sesuai yang diimpikan. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada
orangtua yang sudah berpartisipasi mendukung acara ini.
Ketua Komite SD Inpres
Banta-bantaeng I, Arham Basri SPd MPd, mengapresiasi kepala sekolah dan
berharap Hj Baena tetap memimpin SD Inpres Banta-bantaeng I, yang dinilai
semakin maju, apalagi sekolah ini tengah berproses menuju sekolah Adiwiyata
Nasional.
Arham Basri meminta
anak-anak tidak putus asa meski mungkin nanti tidak tertampung di sekolah
negeri, karena sekolah swasta pun juga punya kualitas bagus. Dia mendorong
pengembangan bakat dan kreativitas anak-anak karena penting untuk menumbuhkan
kemandirian dan rasa percaya diri mereka.
Teaterikal
RW Monginsidi
Salah satu penampilan
dalam pentas seni ini berupa teaterikal yang mengisahkan pahlawan RW Mongisidi.
Pementasan ini dibimbing pendongeng Mami Kiko yang merupakan tim dari Rusdin
Tompo. Anak-anak tampil memanfaatkan bahan daur ulang sebagai properti, seperti
pistol dari kardus bekas, dan borgol dari gulungan botol air mineral. Anak-anak
juga menggunakan teknologi saat membaca naskah melalui smartphone mereka.
Tulus Wulan Juni,
pustakawan dari Dinas Perpustakaan Kota Makassar, mengapresiasi pembinaan dan
bimbingan para guru. Dikatakan, dalam kurikulum merdeka, murid diberi ruang
untuk bebas berkreasi. Karena mereka punya keunikan dan skill berbeda, tinggal
guru membimbing untuk menjamin tumbuh kembang anak.
“Kolaborasi ini bukan
hanya dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Perpustakaan, tapi dengan pemangku
kepentingan lain,” kata Wulan Juni.
Kabid Pemenuhan Hak Anak,
Amirai HM AP SSos MSi, yang mewakili Kadis Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP3A), mengaku penampilan anak-anak yang dilihatnya membuat
penonton terhibur. Dia mengaku, ini pertama kali dia menghadiri acara pelepasan
murid kelas 6, dalam kapasitas mewakili DP3A.
“Titip pesan dari Bu
Kadis, jagai anak ta’, sesuai pesan Bapak Walikota Makassar,” imbuh Amirai. (rt)