Rasulullah ﷺ menggantungkan pedangnya di pohon tersebut dan tertidur. Tiba-tiba muncullah seorang musyrik. Dengan cerdik ia berjalan tenang seolah-olah dirinya merupakan bagian dari pasukan muslim. Ditujunya tempat Rasulullah ﷺ berteduh, lalu dengan cepat ia mengambil pedang Rasulullah ﷺ dan menodongkannya ke dada beliau.
“Apakah engkau takut kepadaku?” seringai orang itu.
“Tidak,” jawab Rasulullah ﷺ tegas dan tenang.
-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 28 Juni 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (130):
Ketika
Seorang Musyrik Menodong Pedang ke Dada Rasulullah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Rasulullah
Melarang Hidup Meminta-Minta
Ketika kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah tiba
kembali ke Madinah, sekali lagi Rasulullah ﷺ melihat beberapa dari mereka biasa
hidup enak tanpa bekerja. Maklum selama di Habasyah, mereka hidup dari
pemberian-pemberian Najashi yang baik budi. Di Madinah, sebagian mereka bahkan
hidup dari zakat. Maka Rasulullah ﷺ pun menganjurkan agar mereka mau bekerja.
“Orang miskin itu bukanlah orang yang tidak
mendapatkan satu atau dua suap makanan, akan tetapi orang miskin adalah orang yang
tidak mempunyai harta kekayaan dan merasa malu meminta-minta kepada orang lain
secara paksa,” demikian nasihat Rasulullah ﷺ kepada orang-orang itu.
Ajaran yang dibawa Rasulullah ﷺ adalah ajaran
kebesaran jiwa. Tidak boleh ada orang hidup dari jerih payah orang lain,
walaupun hidupnya sendiri dihabiskan untuk beribadah di masjid. Alasannya tidak
ada orang yang lebih utama dibandingkan orang lain selain karena amal dan
pekerjaannya.
Sebaliknya Rasulullah ﷺ juga melihat ada orang yang
menghimpun harta kekayaan dari rampasan perang dengan perasaan khawatir
hartanya itu akan habis jika disedekahkan. Maka Rasulullah ﷺ melarang melakukan
penimbunan harta dan mengharuskan mereka bersedekah kepada orang yang miskin
dan sengsara.
“Tidaklah benar-benar beriman kepada Allah orang yang
mati dalam keadaan kenyang, sementara itu tetangganya kelaparan,” demikian
sabda beliau.
“Barangsiapa yang mempunyai kelebihan belanja, maka ia
harus menyisihkan bagi orang yang tidak cukup belanjanya. Barang siapa yang
mempunyai kelebihan harta, maka sisihkanlah kepada orang yang kekurangan.
Barangsiapa yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang-orang Islam, maka ia
bukan dari golongan mereka.”
Ajaran ini mengguncangkan hati para hartawan, bahkan
ada yang mau menyerahkan seluruh hartanya. Namun Rasulullah ﷺ juga mencegah
tindakan berlebihan seperti itu dengan bersabda, “Simpanlah sebagian hartamu
karena sebaik-baik sedekah adalah pemberian orang kaya.”
Muru’ah adalah harga diri. Salah satu yang termasuk
muru’ah adalah menjaga diri agar jangan memberatkan orang lain, harus belajar
cukup dengan apa yang ada, belajar menahan susah dan derita, jangan
menggantungkan harapan selain kepada Allah. Seperti disebut dalam pepatah Arab,
“Anjing kurap yang mencari makan lebih mulia dari singa besar dalam kandang.”
Kekuatan
Keyakinan Rasulullah
Rintangan demi rintangan terus diatasi Rasulullah ﷺ.
Beliau terus berupaya memperbaiki kehidupan Islami yang sedang dibangun bersama
pengikutnya. Salah satu rahasia besar kesuksesan beliau adalah keyakinan yang
amat kuat kepada Allah.
Suatu ketika dalam perang Dzaturriqa di tengah
perjalanan yang begitu melelahkan, pasukan muslimin menemukan sebuah pohon
rindang. Para sahabat meminta Rasulullah ﷺ beristirahat di bawah pohon itu,
sementara mereka sendiri berpencar mencari tempat berlindung dari sengatan
matahari.
Rasulullah ﷺ menggantungkan pedangnya di pohon
tersebut dan tertidur. Tiba-tiba muncullah seorang musyrik. Dengan cerdik ia
berjalan tenang seolah-olah dirinya merupakan bagian dari pasukan muslim.
Ditujunya tempat Rasulullah ﷺ berteduh, lalu dengan cepat ia mengambil pedang
Rasulullah ﷺ dan menodongkannya ke dada beliau.
“Apakah engkau takut kepadaku?” seringai orang itu.
“Tidak,” jawab Rasulullah ﷺ tegas dan tenang.
Orang itu merasa heran karena sudah pasti sesaat lagi
ia akan menusukkan pedangnya ke dada Rasulullah, “Lalu siapa yang bisa
menghalangi dari tindakanku?”
“Allah!” jawab Rasulullah ﷺ.
Seketika itu juga, orang musyrik itu gemetar,
pedangnya terlepas dan tanpa daya ia duduk di hadapan Rasulullah ﷺ. Dengan
tangkas, beliau segera mengambil kembali pedangnya dan mengacungkannya ke dada
orang itu.
“Sekarang siapa yang bisa menghalangi dari diriku?”
tanya Rasulullah ﷺ.
Orang itu menjawab, “Jadilah sebaik-baik orang yang
menjatuhkan hukuman.”
Beliau bersabda, “Kalau begitu bersaksilah bahwa tiada
ilah selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah.”
“Aku berjanji kepadamu untuk tidak memusuhimu dan
tidak akan bergabung bersama orang-orang yang memusuhimu,” kata orang itu.
Beliau memanggil para sahabatnya dan menceritakan apa
yang telah terjadi. Beliau sama sekali tidak memarahi orang itu. Bahkan beliau
melepaskan orang itu yang kemudian pulang dan berkata kepada kaumnya, “Aku baru
saja menemui orang yang paling baik.”
Keyakinan Rasulullah ﷺ berasal dari kekuatan cinta kepada Allah. Beliau berdoa, “Ya Allah aku memohon dan meminta agar aku selamanya mencintai-Mu, dan mencintai orang yang cinta kepada-Mu, serta mencintai pekerjaan yang dapat membawa aku untuk mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu itu lebih daripada aku mencintai diriku dan keluargaku dan lebih dari rinduku pada air yang tawar pada kala panas.” (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Kaum Muslimin Peroleh Pembagian Harta Rampasan dari Perang Khaibar
Pasukan Rasulullah Menang Besar Melawan Kaum Yahudi dalam Perang Khaibar