Setelah mendengar apa yang dikatakan Kisra, Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah akan mencabik-cabik kerajaannya.”
-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 10 Juni 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (126):
Menghina
Rasulullah, Raja Persia Dibunuh oleh Putranya Sendiri
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Surat
Kepada Kisra, Raja Persia
Jika surat Rasulullah ﷺ dibaca dan diterima dengan
hormat oleh orang Romawi, tidak demikian halnya dengan orang-orang Persia.
Surat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Kisra, Raja Persia itu
berbunyi
“Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra, pemimpin Persia.
Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan
utusan-Nya, bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah semata yang tiada sekutu
baginya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Aku menyeru tuan dengan seruan Islam. Sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk memberi peringatan kepada
orang yang hidup dan orang yang membenarkan perkataan atas orang-orang kafir.
Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Namun jika
tuan menolak, maka dosa orang orang Majusi ada di pundak tuan.”
Setelah membaca surat itu, Kisra merobek-robek surat
Rasulullah ﷺ sambil berkata, “Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah
menulis namanya sebelum aku berkuasa,”
Setelah mendengar apa yang dikatakan Kisra, Rasulullah
ﷺ bersabda, “Allah akan mencabik-cabik kerajaannya.”
Setelah itu Kisra menulis surat kepada Badzan,
Gubernur di Yaman. Isinya, “Utuslah dua orang yang gagah perkasa untuk menemui
orang dari Hijaz ini (maksudnya Rasulullah ﷺ) dan setelah itu, hendaklah mereka
berdua membawanya untuk menemuiku.”
Ketika dua orang suruhan itu tiba di hadapan
Rasulullah ﷺ, beliau menyuruh mereka menemuinya lagi besok. Ternyata pada saat
yang sama, Kisra dibunuh oleh Syiruyyah, putranya sendiri.
Terbuktilah sabda Rasulullah ﷺ bahwa kerajaan Kisra
akan tercabik-cabik. Rasulullah ﷺ mengetahui hal ini dari wahyu dan
meneruskannya kepada kedua utusan itu.
Rasulullah ﷺ meminta kedua utusan itu pulang dan
menyampaikan surat yang mengajak Badzan (Gubernur Yaman) memeluk Islam.
Penghujung surat berbunyi, “Apabila tuan mau masuk
Islam, kuberikan apa yang menjadi milik tuan dan mengangkat tuan sebagai
pemimpin kaum tuan.”
Syiruyyah sendiri melarang Badzan menyerang Rasulullah
ﷺ jika tidak ada perintah darinya. Hal inilah yang membuat Badzan dan seluruh
rakyat Yaman memeluk Islam.
Surat
Kepada Muqauqis, Raja Mesir
Selain kepada kedua kerajaan besar itu (Raja Romawi
dan Raja Persia), Rasulullah ﷺ juga menulis surat kepada para penguasa yang
lain. Hatib bin Abi Balta'ah
diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk menyampaikan surat beliau kepada Juraij bin
Mata, penguasa Mesir dengan gelar Muqauqis. Surat beliau berbunyi,
“Bismillahirrahmanirrahim,
Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada
Muqauqis, Raja Qibti (Mesir). Keselamatan bagi siapa pun yang mengikuti
petunjuk. Amma Ba'd.
Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, niscaya Allah
akan memberikan pahala kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling
maka tuan akan menanggung dosa seluruh penduduk Qibti.”
Surat Rasulullah ﷺ itu kemudian ditutup dengan ayat ke
64 Surat Ali Imron, seperti yang juga disampaikan kepada Heraklius.
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا
وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا
فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah). (Surah Ali 'Imran 3:64)
Hathib menambahkan,
“Kami mengajakmu kepada Islam yang Allah telah
mencukupkannya dari agama yang lain. Sesungguhnya nabi ini menyuruh semua
manusia yang paling ditekan Quraisy, yang paling dimusuhi Yahudi, dan yang
paling dekat dengan orang Nasrani (Muqauqis dan rakyatnya adalah pemeluk Nasrani).
Setiap nabi yang sudah mengenal suatu kaum, maka kaum itu adalah umatnya yang
pasti mereka harus menaatinya. Tuan termasuk orang yang sudah mengenal nabi
ini.”
Muqauqiss menjawab, “Memang aku telah memperhatikan
agama nabi ini dan kutahu bahwa dia tidak memerintahkan untuk menghindari agama
Almasih, tidak pula seperti tukang sihir yang sesat atau dukun yang suka
berdusta. Kulihat dia membawa tanda kenabian dengan mengeluarkan yang
tersembunyi dan mengabarkan yang rahasia. Aku akan mempertimbangkannya.”
Kemudian, Muqauqis menulis surat yang isinya,
“Bismillahirrohmanirrohim,
Kepada Muhammad bin Abdullah dari Muqauqis, pemimpin
Qibti. Kesejahteraan bagi Tuan. Amma Ba'd.
Saya telah membaca surat tuan dan bisa memahami
isinya, serta apa yang tuan serukan. Saya sudah tahu bahwa ada seorang nabi
yang masih tersisa. Menurut perkiraan saya, dia akan muncul dari Syam. Saya
hormati utusan tuan dan kini kukirim dua gadis yang mempunyai kedudukan
terhormat di masyarakat Qibti, dan beberapa lembar kain. Saya hadiahkan pula
seekor baghal agar dapat tuan pergunakan sebagai tunggangan. Salam sejahtera
bagi tuan.”
Nah dua gadis itu adalah Maria dan Shirin. Maria kemudian menjadi istri Rasulullah ﷺ dan Shirin menikah dengan Hasan bin Tsabit al-Anshari. (bersambung)
------
Kisah sebelumnya:
Jazakumullah
BalasHapus