-----
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 23 Juli 2022
In
memoriam Abdi Satria (1):
Abdi
Satria, Wartawan Olahraga Berpengalaman Internasional Nan Rendah Hati
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wartawan)
“Saya dan keluarga
menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya saudaraku Abdi Satria Aspar,
kiranya Allah SWT menerima amal kebaikan semasa hidup. Kepada keluarga yang
ditinggalkan diberikan ketabahan.”
Demikian kalimat yang
diposting Zulkarnain Hamson (wartawan senior dan akademisi) di grup WhatsApp (WA),
SATUPENA Sulsel, Jumat malam, 22 Juli 2022, pukul 20.43 Wita.
“Abdi Satria meninggal?”
tanya saya.
Zulkarnain Hamson
kemudian membalas dengan mengirim foto Abdi Satria bersama pemain timnas
sepakbola Argentina, Carlos Teves, disertai kalimat, “Masih di UGD Akademis.”
Saya kemudian membuka
grup WA, Media Koni Sulsel, dan ternyata Agus Nyomba (wartawan Sindo News),
sudah memposting gambar almarhum Abdi Satria di Rumah Sakit Akademis Makassar, pada
pukul 20.20 Wita, dengan disertai kalimat, “Turut berdukacita atas meninggalnya
saudara kita Abdi Satria di RS Akademis. Semoga husnul khotima. Jenazah akan
disemayamkan di Kompleks Unhas Jalan Sunu Makassar.”
Setelah itu, saya melihat, pemberitaan dan ucapan duka cita banyak diposting di beberapa grup WA, begitu pun di akun Facebook, Abdi Satria.
“Kemarin dulu dia nelpon pagi-pagi. Kami ngobrol lama. Tentang banyak hal. Itu jarang kami lakukan. Biasanya lewat WA. Mungkin dia pamit,” tulis Aspar Paturusi.
Innalillahi wainna ilaihi
raji’un. Semoga segala amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT dan dosa-dosanya
diampuni, serta kuburnya dilapangkan dan diterangi, amin…..
Mengapa begitu banyak orang yang memberitakan dan juga mengucapkan belasungkawa disertai do’a untuk almarhum Abdi Satria? Jawabannya, karena beliau orang baik dan luas pergaulannya, serta karya-karya jurnalistiknya banyak. Abdi Satria juga banyak berbagi ilmu melalui pelatihan-pelatihan jurnalistik.
Abdi Satria sudah menjadi
wartawan sejak tahun 1991. Waktu itu, ia masih kuliah pada Program Studi (S1) Ilmu
Komunikasi, Fisip, Unhas. Abdi pertama kali jadi wartawan di Harian Fajar
Makassar (1991-1992), kemudian pindah ke Tabloid BOLA (1992-1994).
Selanjutnya pindah ke
Tabloid GO (1994-2008), kemudian kembali ke Makassar dan menjadi wartawan
Harian Ujungpandang Ekspres (2008-2009). Setelah bergabung kembali ke Tabloid
BOLA (2010-2014), dan terakhir di Bola.com, dan Nusakini.com.
Total, Abdi Satria
menjadi wartawan selama 31 tahun, dan tetap menjadi wartawan hingga akhir
hayatnya dalam usia 52 tahun. Ia benar-benar wartawan sejati.
Pria kelahiran Makassar,
18 Mei 1970, meninggalkan seorang istri, Anik Armadani, dan tiga orang anak,
yakni Ahmad Rajendra Paturusi, Ahmad Latando Paturusi, dan Azzahra Siti Fatima.
Dalam curriculum vitae yang
dikirimkan kepada saya pada Januari 2021, Abdi menulis jenjang pendidikan
formalnya yakni dimulai dari SDN Tanggul Patompo Makassar, SMPN 1 Makassar, SMAN
1 Makassar, dan Fisip Unhas Makassar.
Pengalaman
Internasional
Selama kurang lebih 31
tahun menjadi wartawan olahraga, Abdi Satria telah meliput berbagai event
olahraga nasional dan internasional.
Tahun 1992, ia meliput putaran
sepakbola Final Piala Perserikatan, dan juga Kejurnas Bulutangkis. Tahun 1993,
ia meliput Kejuaran Panahan Asia di Makassar, Pekan Olahraga Nasional (PON) di
Jakarta.
Pada tahun yang sama, Abdi
Satria juga sempat wawancara khusus dengan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur
(mantan Presiden RI), Hamzah Haz (mantan Wapres RI), Ali Sadikin (mantan
Gubernur DKI Jakarta) dan Maladi (mantan Menteri Penerangan, mantan Menteri
Negara Pemuda dan Olah Raga, dan juga mantan Ketua Umum PSSI).
Tahun 1994, Abdi meliput
event sepakbola internasional Piala Dunia di Amerika Serikat, dan juga event
sepakbola Piala Toyota di Jepang (Piala Toyota ketika itu mempertemukan Juara
Piala Eropa versus Juara Piala Amerika Latin).
Tahun 1995, ia meliput Pra
Olimpiade 1996 di Hongkong. Tahun 1996, meliput PON di Jakarta, Piala UEFA di
Prancis, Piala Champions di Italia, meliput kegiatan PSSI Baretti di Italia.
Pada tahun yang sama,
Abdi melakukan wawancara khusus dengan Franz Beckenbauer (mantan Pelatih Timnas
Jerman), Zinedine Zidane (pemain terbaik Piala Dunia 2006 asal Perancis, serta pelatih
klub sepakbola Real Madrid, Spanyol), Enrico Chiesa (mantan pemain Timnas
Italia), dan Louis van Gaal (mantan pelatih Timnas Belanda).
Tahun 1997, Abdi meliput Piala
Afrika di Afrika Selatan, SEA Games di Jakarta, serta Kejuaraan Gulat Asia di
Malaysia.
Tahun 2001, ia meliput Undian
Piala Dunia 2002 di Busan, Korea Selatan, serta wawancara khusus dengan Michel
Platini (Pemain Terbaik Eropa 1983, 1984, 1985, mengantarkan Timnas Perancis
meraih juara Piala Eropa Tahun 1984, serta mantan Presiden UEFA), Johan Cruyff (mantan
pemain dan pelatih Timnas Belanda, serta Pemain Terbaik Dunia pada musim
1970/71 dan 1972/73) dan Rudi Voeller (mantan pemain dan pelatih Timnas
Jerman).
Tahun 2004, Abdi Satria
meliput pesta olahraga Olimpiade di Athena, dan terakhir tahun 2005, meliput Final
Piala Tiger di Singapura.
Komentator
Sepakbola
Selain menjadi wartawan olahraga, Abdi Satria juga pernah menjadi Komentator Sepakbola di TPI, La Tivi, Anteve, dan Mustang FM. Abdi juga pernah menjadi penulis lepas di Harian Fajar dan Harian Tribun Timur Makassar, Penyiar Radio Suara Celebes FM, serta menjadi narasumber pelatihan jurnalistik di Makassar. (bersambung)
-----
Artikel berikutnya: