----
Ahad, 10 Juli 2022
Agar
Anak Menjadi Saleh, Orangtua Harus Terlebih Dahulu Saleh
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Untuk
mendapatkan anak yang saleh, maka orangtua terlebih dahulu berusaha menjadi
orang yang saleh. Karena siap menjadi orangtua artinya siap menjadi teladan
untuk keluarga, bukan sekadar memberi makan dan mencukupi kebutuhan anak.
“Keberhasilan Ibrahim
‘alaihissalam mendapatkan karunia anak saleh seperti Ismail ‘alaihissalamadalah,
karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang
hamba yang saleh,” kata Direktur Pesantren Ulama Tarjih Unismuh Makassar, Dr KH
Abbas Baco Miro, saat membawakan khutbah Idul Adha 1443 H di Kampus Unismuh
Makassar, Sabtu, 09 Juli 2022.
Sekretaris Majelis Tarjih
Muhammadiyah Sulsel kemudian mengutip Surah Al-Mumtahanan, ayat 4, yang
terjemahannya, “Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri
Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.”
Pujian Allah Azza wa
Jalla untuk Ibrahim ‘alaihissalam, katanya, tentu saja didapatkannya setelah ia
berusaha dan berusaha menjadi sosok pribadi yang dicintai oleh Allah Azza wa
Jalla.
“Pertanyaannya sekarang
untuk kita semua adalah, siapakah di antara kita yang sejak awal menjadi
orangtua sudah berupaya belajar dan berupaya menjadi orangtua yang saleh?
Apakah kesibukan kita mensalehkan pribadi kita sudah menyamai kesibukan kita
mengurus rezeki dan urusan dunia lainnya?” tanya Kiai Abbas.
Selain berupaya menjadi orangtua
yang saleh, Nabi Ibrahim juga bersungguh-sungguh meminta kepada Allah Azza wa
Jalla agar diberikan anak yang saleh.
Allah Ta’ala mengabadikan
doa-doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang itu di dalam al-Qur’an, antara lain
Nabi Ibrahim berdoa, “Tuhanku, karuniakanlah untukku (seorang anak) yang
termasuk orang-orang shaleh.” (Al-Shaffat, ayat 100). Juga doa dalam Surah
Ibrahim, ayat 40, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat,
juga dari keturunanku. Ya Tuhan kami, kabulkanlah doaku.”
“Mungkin banyak di antara
kita yang sekadar mau memiliki anak yang saleh, tapi siapa di antara kita yang
sungguh- sungguh berdoa memintanya kepada Allah dengan kelopak mata yang
berderai air mata? Siapa di antara kita yang secara konsisten menyelipkan
doa-doa terbaiknya untuk keluarga dan anak-anaknya?” tanya Kiai Abbas.
Jika kita memang
sungguh-sungguh bercita-cita mendapatkan anak saleh, katanya, maka kita harus
berpikir dan berupaya sungguh-sungguh pula mencari jalannya, sama bahkan lebih
dari saat kita bercita-cita ingin mempunyai penghasilan yang besar, rumah
tinggal impian dan kendaraan idaman kita.
Karena itulah, kita
sebagai orangtua harus terus belajar dan belajar menjadi orangtua yang saleh
dan cakap, antara lain dengan mengetahui semua panduan dan petunjuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mendidik anak, serta memahami bagaimana
menghadapi karakter anak kita yang berbeda-beda.
“Kita tidak dilarang
mempelajari konsep pendidikan anak dari siapa saja, tapi selalu ingat bahwa
konsep pendidikan dan pembinaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
yang terbaik dan yang wajib untuk kita jalankan. Tentu saja kita tidak lupa
untuk meneladani jejak para sahabat Nabi dan Ahlul Bait beliau secara benar,
dan tidak berlebih-lebihan,” tutur Kiai Abbas.
Sesibuk apapun urusan
dunia kita, kita harus menyediakan waktu untuk belajar menjadi orangtua yang
shaleh dan cakap.
“Itulah harga yang harus
kita bayar untuk menyelamatkan keluarga kita dari kobaran api neraka yang
membara,” tandas Kiai Abbas.
Di akhir kutbahnya, Pengurus
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulsel mengutip sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Apabila seorang insan meninggal dunia, akan terputuslah
seluruh amalnya kecuali dari tiga hal, dari sedekah jariyah, atau dari ilmu
yang bermanfaat, atau anak saleh yang berdoa untuknya.” (HR. Abu Dawud dan disahihkan
oleh al-Albani)
“Melalui hadits ini, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa anak yang saleh adalah
investasi yang tak ternilai harganya. Anak yang saleh adalah pelita yang tak
padam meski kita telah terkubur dalam liang lahat. Anak yang saleh adalah
sumber pahala yang tak putus meski tubuh kita telah hancur berkalang tanah. Sebaliknya,
anak-anak yang tidak saleh kelak akan menjadi sumber bencana bagi kehidupan
kita para orangtua di akhirat, wal ‘iyadzu billah,” kata Kiai Abbas.
Belasan
Ribu Jamaah
Pelaksanaan Shalat Ied di
Halaman Kampus Unismuh, Jl Sultan Alauddin, Makassar, Sabtu, 09 Juli 2022,
dihadiri belasan ribu jamaah, termasuk sejumlah akademisi dan politisi.
Akademisi yang hadir
antara lain Prof Ambo Asse (Rektor Unismuh Makassar, Ketua Muhammadiyah
Sulsel), Prof Irwan Akib (Direktur Program Pascasarjana Unismuh Makassar), Prof
Zakir Sabara (Guru Besar Universitas Muslim Indonesia / UMI Makassar), Prof
Ridwan (Guru Besar Universitas Negeri Makassar / UNM).
Politisi yang hadir
antara lain Ashabul Kahfi Djamal (Anggota DPR RI / Fraksi PAN), Usman Lonta
(Anggota DPRD Sulsel / Fraksi PAN), Jamaluddin Jafar (Sekretaris DPW PAN Sulsel),
Hamzah Hamid (Ketua PAN Makassar / Anggota DPRD Makassar).
Juga hadir Ketua Palang
Merah Indonesia (PMI) Makassar / mantan Wakil Walikota Makassar, Dr Syamsu
Rizal MI, Direktur PT Prima Karya Manunggal, Abdul Rachmat Noer, Sekretaris
KAHMI Sulsel, Hidayat Muallim, Ketua Peradi Makassar, Jamil Misbach, serta Ketua
Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unismuh Makassar, Kamaruddin Moha.
Jamaah memadati halaman Unismuh mulai dari depan kantor rektorat lama, lapangan parkir depan FKIK, halaman Pascasarjana, halaman FKIP, pelataran Balai Sidang Muktamar 47, hingga lantai 1 dan lantai 2 Masjid Subulussalam Al-Khoory Unismuh. (asnawin)
-----
Baca juga:
Akademisi, Politisi, dan Belasan Ribu Jamaah Ikuti Shalat Idul Adha 1443 di Kampus Unismuh Makassar