Malam hari pun tiba, Khalid bin Walid segera menyusun pasukannya untuk menjalankan strategi baru. Keesokan harinya rencana Khalid itu membuat musuh gentar. Mereka melihat debu bertebangan tanda adanya pergerakan pasukan besar yang datang dari mana-mana di belakang pasukan muslim.
“Mereka mendapat bantuan besar!” seru orang-orang Romawi.
-------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 21 Juli 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (133):
Khalid
bin Walid Ditunjuk Pimpin Pasukan Muslim Melawan Pasukan Romawi
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Rasulullah ï·º bersabda, “Zaid dan Ja’far telah diangkat
kepadaku di surga di atas ranjang emas. Aku juga melihat ranjang Abdullah,
tetapi agak miring dibanding ranjang kedua temannya.”
“Mengapa, ya Rasulullah?” tanya para sahabat
keheranan.
“Sebab yang dua orang itu terus maju, tapi Abdullah sempat
agak ragu walau ia terus maju juga.”
Rasulullah ï·º tahu benar betapa penting dan
berbahayanya perang kali ini. Karena itu, beliau sengaja memilih 3 panglima
perang yang pada waktu malam bertaqorrub mendekatkan diri kepada Allah, sedang
pada siang hari menjadi pendekar pejuang agama. Tiga orang ini tidak
berkeinginan kembali karena mereka bercita-cita mati syahid dalam perjuangan.
Khalid
Bin Walid Menjadi Komandan
Di Madinah kaum muslimin mendapat gambaran jalannya
pertempuran dari wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah ï·º.
Beliau bersabda, “Zaid mengambil bendera lalu dia
gugur. Kemudian Ja’far mengambilnya dan dia pun gugur. Selanjutnya Abu Rawahah
mengambilnya dan dia pun gugur...”
Air mata menetes menuruni kedua pipi Rasulullah ï·º.
Setelah itu beliau bersabda lagi, Salah satu dari Pedang Allah mengambil
bendera itu dan akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada mereka. Siapakah
Pedang Allah yang dimaksud Rasulullah ï·º.
Di Mu’tah, Tsabit bin Akram meraih bendera sambil
berseru, “Saudara-saudara kaum muslimin! Mari kita mencalonkan salah seorang
dari kita!”
“Engkau sajalah.”
“Tidak saya tidak akan mampu.”
Kaum muslimin kemudian menunjuk Khalid bin Walid yang
baru saja memeluk Islam. Khalid mengubah taktik dengan menimbulkan berbagai
pertempuran kecil. Ia mengulur-ulur waktu sampai tibanya perang.
Sementara itu, Khalid bertempur dengan gagah sampai
sembilan pedangnya patah dan yang tersisa hanya sebatang pedang lebar model
Yaman.
Malam hari pun tiba, Khalid bin Walid segera menyusun
pasukannya untuk menjalankan strategi baru. Keesokan harinya rencana Khalid itu
membuat musuh gentar. Mereka melihat debu bertebangan tanda adanya pergerakan
pasukan besar yang datang dari mana-mana di belakang pasukan muslim.
“Mereka mendapat bantuan besar!” seru orang-orang
Romawi.
Padahal yang tampak sebagai gerakan pasukan besar itu
adalah akibat strategi Khalid yang menarik pasukan depan ke belakang dan
menaruh pasukan belakang ke depan pasukan yang berada di belakang.
Mereka berpencar dan melakukan gerakan seolah-olah
datang pasukan besar dari Madinah. Setelah bertempur dengan saling mengintip
kekuatan, pelan-pelan Khalid bin Walid menarik mundur pasukannya dengan tetap
mempertahankan susunan tempur.
Pasukan Romawi pun mengundurkan diri dengan perasaan
lega. Kalau 3.000 orang saja sudah sedemikian tangguh, apalagi jika pasukan
bantuannya datang, demikian pikir mereka.
Dampak
Pertempuran Mu'tah
Sementara itu rasa haru memenuhi hati Rasulullah ï·º
karena gugurnya ketiga panglima muslim.
Mereka pergi ke rumah Ja’far dan melihat istrinya Asma
bin Umair sedang membuat adonan roti sementara itu anak-anaknya sudah
dimandikan diminyaki dan dibersihkan. Saat itu Asma belum tahu nasib yang
menimpa suaminya. Rasulullah ï·º memeluk dan mencium anak-anak Ja'far dengan air
mata berlinang.
“Ya Rasulullah demi ayah bundaku,” tanya Asma gelisah.
“Mengapa Anda menangis? Apakah ada hal-hal yang
menimpa Ja’far dan kawan-kawannya?”
“Ya hari ini mereka gugur,” jawab Rasulullah ï·º dengan
air mata yang terus bergulir membasahi pipinya.
Maka menangislah Asma, begitu sedih sehingga para
wanita berdatangan menghiburnya.
Rasulullah ï·º pulang dan berkata kepada para istrinya, “Keluarga
Ja’far jangan dilupakan, buatkan makanan untuk mereka. Mereka sekarang dalam
kesusahan.”
Kemudian ketika dilihatnya putri Zaid bin Haritsah
datang, beliau membelainya sampai menangis. Ketika para sahabat bertanya, “Mengapa
Rasulullah ï·º menangisi para syuhada yang masuk surga?” Rasulullah menjawab
bahwa itu adalah air mata seseorang yang kehilangan sahabatnya.
Di Madinah orang-orang tidak menyetujui penarikan
mundur itu. Pasukan Khalid pun dicemooh, “Hai orang-orang pelarian! Kamu lari
dari jalan Allah!”
Namun Rasulullah ï·º bersabda, “Mereka bukan pelarian
melainkan orang-orang yang akan tampil kembali, Insya Allah.”
Sementara itu, pertempuran Mu'tah telah menimbulkan
rasa kagum yang luar biasa di kalangan suku-suku Arab kepada kaum muslimin.
Selama ini, mereka menganggap siapa pun yang berniat memusuhi Romawi sama saja
dengan mencari mati.
Namun melihat pasukan kecil muslim mampu bertempur dan
bisa mengundurkan diri tanpa kerugian besar membuat mereka yakin bahwa pasukan
muslim pasti mendapat pertolongan Allah dan pemimpin mereka benar-benar utusan
Allah.
Maka berbondong-bondonglah Bani Sulaim, Asyja,
Ghafatan, Fazarah, dan lainnya masuk Islam, padahal sebelumnya mereka sangat
keras memusuhi Islam.
Rasulullah ï·º amat prihatin dengan anak-anak Ja'far
karena beliau penyayang anak-anak dan sering memberi mereka nasehat.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah ï·º pernah menasehati seorang anak yang sedang berjalan dengan
ayahnya,
“Ingatlah, kamu jangan berjalan di depannya, dan kamu jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena marah, dan kamu jangan duduk sebelum ia duduk, dan kamu jangan panggil ia dengan namanya.” (bersambung)
----
Kisah sebelumnya: