-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 03 Juli 2022
Jejak
Sastrawan Sulawesi Selatan:
Siapakah
Sastrawan S. Daeng Muntu?
Oleh:
Mahrus Andis
(Sastrawan, Budayawan)
Nama S. Dg. Muntu dikenal
sebagai Sastrawan Angkatan Pujangga Baru (1933-1942). Ia sezaman dengan penyair
Indonesia A. M. Dg. Miyala asal Sulawesi Selatan (lahir, 02 Januari 1909).
Walaupun namanya dikenal, namun beberapa seniman dan budayawan di Makassar yang
sempat saya hubungi tidak mengetahui secara pasti, siapa S. Dg. Muntu itu.
Eddy Thamrin yang sering
menggunakan nama Yudhistira Sukatanya, M. Anis Kaba dan Fahmi Syariff
(ketiganya tokoh seni di Makassar) hanya mampu membenarkan bahwa S. DaEng Muntu
adalah sastrawan dari Sulawesi Selatan.
Bahkan Aspar Paturusi,
sastrawan asal Sulsel yang berkiprah di tingkat nasional pun hanya menjawab
pertanyaan saya di fesbuk dengan simbol tanda tanya ( baca: S. Dg. Muntu ?).
Sementara itu, Yohanes
Sehandi, seorang Kritikus Sastra Indonesia asal Flores, NTT, juga belum
memiliki referensi akurat tentang nama sastrawan tersebut.
Informasi dari gogelnet
terjadi dua versi. Versi pertama menyatakan bahwa Said DaEng Muntu adalah
seorang sastrawan asal Sulawesi yang dikelompokkan ke dalam Angkatan Pujangga
Baru. Dia bernama lengkap Haji Said DaEng Muntu dan biasa pula menggunakan nama
H.S.D Muntu.
Said Daeng Muntu lahir di
Padang, Sumatera Barat awal abad ke-20. Saat menginjak usia anak-anak, beliau
pindah ke Makasar. Kepindahannya itu mengikuti orang tuanya yang dibawa paksa
oleh Belanda.
Setelah dewasa S. Dg.
Muntu menjadi orang yang sangat berpengaruh. Dia menjadi Pemimpin Muhammadiyah
se-Sulawesi. Karena pengaruhnya yang besar itu, dia mendapat tambahan gelar “DaEng”,
yaitu sapaan kehormatan di kalangan masyarakat Bugis-Makassar.
Dua karya sastra S. Dg.
Muntu yang sempat saya catat, yaitu "Pembalasan" (Roman Sejarah,
1935) dan “Karena Kerendahan Budi” (Roman Sosial, 1941).
“Pembalasan” adalah
sebuah kisah berlatar sejarah yang terjadi di Gowa ketika Belanda menguasai
daerah itu. Roman ini bercerita tentang pengkhianatan seorang pembantu terhadap
kepercayaan tuannya.
Sedangkan roman “Karena
Kerendahan Budi” mengangkat tema sosial dan pendidikan modern. Roman ini
dilatarbelakangi oleh masalah kawin paksa. Selain itu, ceritanya pun
menyinggung pertentangan antara kaum muda dengan kaum tua dalam hal
pernikahan.*)
Versi kedua mengungkap
hal yang sebaliknya. S. Dg. Muntu bernama lengkap Andi Sewang DaEng Muntu. Ia
lahir di Kampung Baruwa, Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, 1903. Di usia 6
tahun, dia pindah mengikuti orang tuanya ke Labbakkang, Kabupaten Pangkajene
Kepulauan.
Di Labbakkang, S. Dg.
Muntu menyelesaikan pendidikan formalnya hingga volksschool. Lalu dia
meneruskan pendidikan ke vervolgschool di Pangkajene. Setelah tamat, DaEng
Muntu terpaksa merantau ke Sumatera Barat mengikuti orang tuanya yang dibuang
oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pembuangan itu karena orang tuanya dituduh
terlibat dalam usaha pemberontakan menentang penjajahan Belanda.
Menyangkut karyanya,
gogelnet versi kedua menjelaskan bahwa Andi Sewang. Dg. Muntu, sesungguhnya
dapat dikategorikan sebagai sastrawan. Dengan menggunakan nama samaran HASDAM,
yang merupakan singkatan Haji Andi Sewang DaEng Muntu, dia menulis dua buah novel,
yaitu: “Dari Makassar ke Sawah Lunto” dan “Si Cincin Stempel.”
Di kalangan orang
Muhammadiyah, S. Dg. Muntu adalah tokoh yang dihormati. Dia termasuk salah
seorang kader yang tulisannya sering dimuat dalam majalah Suara Muhammadiyah.
Daeng Muntu pernah menulis buku profil dan sejarah singkat perkembangan
Muhammadiyah Celebes Selatan pada tahun 1941 dengan judul “Langkah dan Oesaha
Kita.” **)
Nama S. DaEng Muntu
sebagai sastrawan Angkatan Pujangga Baru yang berasal dari Sulawesi Selatan ini
menjadi diskursus di kalangan masyarakat pencinta sastra. Kedua informasi versi
gogelnet penting dikaji ulang. Karena itu, tulisan ini sengaja saya beri judul “Siapakah
Sastrawan S. Dg. Muntu?”
Pertanyaan ini sengaja
saya lemparkan ke publik. Siapa tahu ada di antara pembaca yang memiliki
referensi berupa buku, kliping koran atau majalah tentang diri dan
karya-karyanya. Paling tidak, referensi
itu cukup akurat untuk dapat menjawab silsilah dan tempat kelahiran sastrawan
Said. Dg. Muntu atau Andi Sewang Dg. Muntu tersebut. Demikian, Selamat Hari Sastra Indonesia.
Bulukumba, 03 Juli 2022
Referensi:
*) Home Sastrawan
Angkatan Pujangga Baru -Muhamad Nurdin Fathurrohman.
**) Home-Berita: Redaksi Khittah.co -2016-04-05 (by Asnawin Aminuddin).
-----
Baca juga:
Andi Sewang Daeng Muntu memang kelahiran Galesong, silsilah keluarga besarnya ada disana. Salah satu anaknya adalah Andi Sofyan Hasdam, mantan Walikota Bontang
BalasHapusHaji andi sewang daeng muntu adalah bangsawan galesong dan labakkang pangkep, beliau adalah putra I Paga Daeng Pali Karaengta Lembayya. Beliau mengikuti kedua org tuanya yg di selong (asingkan) oleh Belanda ke Sumatera Barat
BalasHapusUntuk versi kedua, HASDAM (Haji Andi Sewang Daeng Muntu) adalah ayah kandung dari dr. Andi Sofyan Hasdam (Walikota Bontang dua periode 2001 - 2011) dan sebelum menjabat Walikota juga merupakan Ketua Muhammadiyah di Bontang. Keluarga besarnya berada di Labakkang Pangkep yang secara kultural sangat dipengaruhi oleh ajaran Muhammadiyah, HASDAM diabadikan menjadi nama Masjid di sana. nama beliau juga sempat disebutkan dalam buku Profil Andi Syamsu Alam (Mantan Hakim Agung/TUADA Mahkamah Agung RI) yang juga adalah ponakannya.
BalasHapusHaji Andi Sewang Daeng Muntu adalah bangsawan galesong (Takalar) dan Labakkang (Pangkep ).. beliau merupakan salah satu putra I Paga Daeng Pali Karaengta Lembayya (salah seorang Karaeng Di Labakkang yg diselong (diasingkan) ke Padang oleh Belanda.. alhamdulillah beliau adalah buyut dan untuk mengenang beliau oleh org tua memberi sy dengan nama HASDAM
BalasHapusSaya sedang menulis tesis terkait biografi beliau. Kita bisa berbagi informasi, Insyaallah. Sama saya ada beberapa informasi, mungkin itu bisa membantu.
BalasHapus