- Dr. KH Abbas Baco Miro Lc MA -
-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 10 Juli 2022
OPINI
Ikhtiar
Mencetak Generasi Unggul dan Bermartabat (2):
Teladan
di Tengah Keluarga, Mencari Rezeki Halal
Oleh:
Dr KH Abbas Baco Miro Lc MA
(Komisi Fatwa MUI Sulsel, Sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah Sulsel, Direktur Pesantren Ulama
Tarjih Unismuh Makassar)
Saya kira hampir semua
dari kita mengikuti bagaimana anak-anak remaja kita yang bergabung dalam
geng-geng motor mulai berani melakukan tindakan-tindakan anarkis yang tidak
pernah diduga sebelumnya.
Kita semua juga nyaris
menyaksikan setiap hari di sudut-sudut jalan raya, bagaimana anak-anak kita
dieksploitasi dan diperalat menjadi anak jalanan, mengemis dan meminta-minta
sambil mengisap lem dari balik bajunya yang lusuh dan kotor.
Saya kira kita juga tahu
hasil-hasil survey mutakhir yang menunjukkan bagaimana jumlah ABG yang hamil di
luar nikah terus meningkat dalam jumlah yang sangat memprihatinkan. Dan itu
semua barulah segelintir masalah dan problem anak- anak kita di masa kini…
Wallahul musta’an.
Harus kita akui dengan
jujur bahwa salah satu penyebab utama terjadinya ini semua adalah orangtua itu
sendiri. Tidak sedikit orangtua yang terjebak dalam dua sikap ekstrem yang
saling bertolak belakang: sikap yang memanjakan terlalu berlebihan dan sikap
pengabaian yang menelantarkan anak-anak.
Ada orangtua yang
menganggap bahwa kasih sayang kepada anak harus ditunjukkan dengan pemberian
dan pemenuhan segala keinginannya. Bahkan ada juga orangtua yang memanjakan
anak dengan segala fasilitas untuk mengangkat gengsinya sendiri sebagai
orangtua.
Pada sisi yang lain,
tidak sedikit orangtua yang tidak peduli dengan anak-anaknya. Atau menunjukkan
kepedulian dengan melakukan kekerasan demi kekerasan kepada anak.
Marilah kita berhenti
sejenak, membuka hati untuk sejenak belajar dari ayahanda para nabi dan rasul,
Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam. Belajar tentang betapa pentingnya nilai
keluarga kita, tentang betapa pentingnya nilai seorang anak bagi orangtuanya di
dunia dan akhirat.
Teladan
di Tengah Keluarga
Pelajaran berharga dari
kisah Ibrahim ‘alaihissalam adalah bahwa untuk mendapatkan anak yang saleh,
maka orangtua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang saleh. Karena siap
menjadi orangtua artinya siap menjadi teladan untuk keluarga, bukan sekadar
memberi makan dan mencukupi kebutuhan anak.
Keberhasilan Ibrahim
‘alaihissalam mendapatkan karunia anak saleh seperti Ismail ‘alaihissalamadalah,
karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang
hamba yang saleh.
Allah Azza wa Jalla menegaskan:
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang
yang bersamanya.” (Al-Mumtahanah: 4)
Pujian Allah Azza wa
Jalla untuk Ibrahim ‘alaihissalam ini tentu saja didapatkannya setelah ia berupaya
menjadi sosok pribadi yang dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.
Pertanyaannya sekarang
untuk kita semua adalah: siapakah di antara kita yang sejak awal menjadi
orangtua sudah berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi orangtua yang saleh?
Apakah kesibukan kita mensalehkan pribadi kita sudah menyamai kesibukan kita
mengurus rezeki dan urusan dunia lainnya?
Tarbiyah dan pembinaan
keluarga yang kita capai itu adalah gambaran tentang bagaimana pembinaan
pribadi kita sendiri!
Pelajaran berharga lainnya
dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah jika ingin memiliki anak yang saleh,
maka bersungguh-sungguhlah meminta dan mencita-citakannya dari Allah Azza wa
Jalla.
Allah Ta’ala mengabadikan
doa-doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang itu di dalam al-Qur’an: “Tuhanku, karuniakanlah
untukku (seorang anak) yang termasuk orang-orang saleh.” (al-Shaffat: 100)
“Ya Tuhanku, jadikanlah
aku orang yang menegakkan shalat, juga dari keturunanku. Ya Tuhan kami,
kabulkanlah doaku.” (Ibrahim: 40)
Mungkin banyak di antara
kita yang sekedar “mau” memiliki anak yang saaleh. Tapi siapa di antara kita
yang sungguh-sungguh berdoa memintanya kepada Allah dengan kelopak mata yang
berderai air mata? Siapa di antara kita yang secara konsisten menyelipkan
doa-doa terbaiknya untuk keluarga dan anak-anaknya?
Jika kita memang
sungguh-sungguh bercita-cita mendapatkan anak saleh, maka kita harus berpikir
dan berupaya sungguh- sungguh pula mencari jalannya, sama bahkan lebih dari
saat kita bercita-cita ingin mempunyai penghasilan yang besar, rumah tinggal
impian dan kendaraan idaman kita.
Mencari
Rezeki Halal
Beberapa hal yang
sungguh-sungguh harus kita jalankan untuk mewujudkan impian “anak saleh, unggul,
dan bermartabat”, pertama, konsisten mencari rezeki yang halal untuk keluarga.
Dalam pandangan Islam,
apa yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan berpengaruh terhadap perilakunya.
Karena itu, Islam mewajibkan kepada setiap orangtua untuk memberikan hanya
makanan halal yang diperoleh melalui harta yang halal kepada anak-anak mereka.
Bahkan nafkah yang halal untuk keluarga akan dinilai sebagai sedekah.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim itu jika ia memberi
nafkah kepada keluarganya, maka itu akan menjadi sedekah untuknya.” (HR. Ibnu
Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani)
Upaya memberikan nafkah
yang halal tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Dan untuk
itu, kita harus selalu mengingat peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang tantangan tersebut.
Beliau bersabda: “Akan
datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak lagi peduli apa yang
ia kumpulkan; apakah dari yang halal atau dari yang haram?” (HR. al-Bukhari)
Apakah kita termasuk yang
disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini? Orang
yang tidak peduli dari mana mengais dan membawa pulang nafkah untuk keluarga;
apakah itu dari hasil suap, korupsi dan manipulasi?
Dan Rasulullah telah berpesan: “Tidak akan masuk surga daging tumbuh dari harta haram, karena neraka lebih pantas untuknya.” (HR. al-Tirmidzi dengan sanad yang shahih) (bersambung)
----
Artikel sebelumnya: