-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 23 Agustus 2022
Surah
Al-Baqarah, Ayat 29:
Dialah
Allah Yang Menjadikan Segala Yang Ada di Bumi
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 2 / Al-Baqarah, ayat 29)
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Allah satu-satunya
yang telah menciptakan segala yang ada di muka bumi ini bagi kalian dari segala
jenis kenikmatan yang dapat kalian manfaatkan, kemudian Dia berkehendak
menciptakan langit-langit dan menjadikannya tujuh lapisan langit. Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. Dan ilmunya Allah subhana wata’ala meliputi
seluruh apa yang diciptakan-Nya
-----
Tafsir
Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
29. Hanya Allah yang
menciptakan semua yang ada di bumi untuk kalian, seperti sungai, pohon dan
lain-lain yang tidak terhitung jumlahnya. Sementara kalian memanfaatkan dan
menikmati apa yang telah Allah sediakan untuk kalian. Kemudian Allah
menciptakan langit sebanyak tujuh lapis. Dan pengetahuan-Nya meliputi segala
sesuatu.
-----
Tafsir
Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam
Madinah
29. Sebagian kenikmatan
Allah bagi kalian wahai manusia, bahwa Dia menciptakan segala yang ada di bumi
untuk kalian, agar kalian dapat mengambil manfaat darinya, kemudian Dia
menciptakan tujuh langit dan menyempurnakan penciptaannya. Dia meliputi segala
sesuatu dengan ilmu-Nya.
-----
Tafsir
Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah
Allah adalah satu-satunya
Dzat yang menciptakan untuk kalian segala sesuatu di bumi, agar kalian dapat
mengambil manfaat darinya, yaitu berupa hewan, tumbuhan, benda mati dan
lain-lain. Kemudian Allah beristiwa’ sesuai dengan kehendakNya. Istiwa’ adalah
naik dan berada di derajat paling tinggi di atas segala sesuatu, kemudian
menciptakan tujuh langit dengan sebaik-baik ciptaan sehingga tidak ada
penyimpangan di dalamnya. Samawat adalah langit-langit yang diangkat amat
tinggi dan memiliki karakteristik berbeda dengan bumi. Sedangkan Sama’ adalah
langit yang berhadapan langsung dengan bumi, dan Allah adalah Dzat yang Maha
Mengetahui atas segala urusan dan keadaanmu serta segala sesuatu yang
diciptakan di bumi dan langit. Ayat-ayat itu secara bertahap menyebutkan awalan
dan akhiran, mulai dari penjelasan bukti-bukti risalah sampai kemantapan diri
pada keimanan, karena hanya Allahlah yang berkuasa atas penciptaan dan
pembangkitan
-----
Tafsir
as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
29. Maksudnya, Dia
menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini sebagai suatu kebaikan dan kasih
sayang untukmu agar dapat di ambil manfaatnya, dinikmati, dan di jadikan
pelajaran.
Di dalam ayat yang mulia
ini merupakan sebuah dalil yang menunjukkan bahwasanya segala sesuatu itu pada
dasarnya adalah mubah dan suci, karena disebutkan dalam kerangka suatu
anugerah, dengan nash tersebut, maka hal-hal yang kotor tidak termasuk di
dalamnya, dan sesungguhnya keharaman hal-hal yang kotor itu pun telah di ambil
dari pemahaman utama ayat ini (fahwa al-ayat), penjelasan akan maksudnya dan
bahwasanya Allah menciptakan-nya untuk kemaslahatan kita. Maka apapun yang ada
bahaya nya dalam hal itu, maka tidak termasuk di dalamnya, dan sebagai
penyempurnaan nikmatNya, Dia melarang kita dari hal-hal yang kotor demi untuk
membersihkan kita.
Da firman-Nya : "
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit."
Kata ‘istawaa’ yang di
sebutkan dalam al-Qur’an hadir dengan tiga makna:
terkadang tidak dijadikan
kata kerja muta’addi (transitif yang membutuhkan objek) dengan huruf, maka
berarti kesempurnaan dan kepurnaan. Sebagaimana firman-Nya tentang Musa:
" Dan setelah Musa
cukup umur dan sempurna akalnya," (QS. Al-Qoshos : 14)
Terkadang juga bermakna
(tinggi dan jauh di atas), hal ini bila kata kerja ini dijadikan kata kerja
muta’addi dengan kaliamat 'ala , sebagaimana firman-Nya :
" (Yaitu) Tuhan Yang
Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy." (QS. Thoha : 5)
" Supaya kamu duduk
di atas punggungnya" (QS. Az-Zukhruf : 13)"
Dan juga terkadang
berarti, bermaksud, sebagaimana bila dijadikan kata kerja muta’addi (transitif)
dengan “ilaa” yaitu kepada, sebagaimana yang ada pada ayat ini. Maksudnya
ketika Allah ta’ala telah menciptakan bumi, Dia bermaksud menciptakan langit
dan dijadikannya tujuh langit, maka Dia menciptakannya, menyeimbangkannya dan
mengukuhkannya, dan Allah MahaTahu akan segala sesuatu, Dia mengetahui apa yang
masuk dalam bumi dan apa yang keluar darinya, mengetahui apa yang turun dari
langit dan apa yang naik kepadanya, dan Dia mengetahui juga apa yang kalian
sembunyikan dan apa yang kalian perlihatkan, dan Dia mengetahui yang rahasia
dan yang tersembunyi.
Sangat sering sekali
Allah menyandingkan penciptaanNya terhadap sesuatu dengan penetapan akan
ilmuNya. Karena penciptaan Allah terhadap makhluk-mahkluk adalah dalil yang
paling jelas akan pengetahuan, hikmah, dan kekuasaanNya.
-----
Sumber referensi:
Referensi : https://www.tafsirweb.com/287-surat-al-baqarah-ayat-29.html
----
Ayat sebelumnya: