Amarah dan kebencian meledak di hati Fadhalah bin Umair. Ia tidak menerima Mekah takluk begitu saja. Diam-diam, ia pergi mencari Rasulullah ﷺ. Ketika dilihatnya beliau sedang berthawaf, Fadhalah segera mengikuti dari belakang. Di balik bajunya tersembunyi sebilah pisau mengkilat siap dihunus dan dihunjamkan. Fadhalah semakin dekat dan semakin dekat kepada Rasulullah ﷺ. Tangan Fadhalah masuk ke balik bajunya untuk mencabut pisau.
-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 05 Agustus 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (137):
Ingin
Membunuh Rasulullah, Fadhalah bin Umair Malah Masuk Islam
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Hari ketika Makkah ditaklukkan Allah melalui tentara
Islam dikenal dalam sejarah dengan nama Fathu Mekah. Pada hari itu amarah dan
kebencian meledak di hati Fadhalah bin Umair. Ia tidak menerima Mekah takluk
begitu saja.
Diam-diam, ia pergi mencari Rasulullah ﷺ. Ketika
dilihatnya beliau sedang berthawaf, Fadhalah segera mengikuti dari belakang. Di
balik bajunya tersembunyi sebilah pisau mengkilat siap dihunus dan dihunjamkan.
Fadhalah semakin dekat dan semakin dekat kepada Rasulullah ﷺ. Tangan Fadhalah
masuk ke balik bajunya untuk mencabut pisau. Pikirannya dipenuhi hasrat membara
untuk membunuh Rasulullah ﷺ.
Tetapi tepat saat itu juga, Rasulullah ﷺ langsung
menoleh kepadanya dan menegur, “Apakah ini Fadhalah?”
Agak terkejut, Fadhalah menjawab, “Ya, Saya Fadhalah,
wahai Rasulullah.”
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Rasulullah ﷺ.
“Tidak memikirkan apa-apa. Aku hanya memikirkan Allah.”
Rasulullah ﷺ tersenyum. Beliau meletakkan tangannya
yang sejuk di atas dada Fadhalah sambil bersabda, “Mohon ampun kepada Allah....”
Perlahan-lahan hati Fadhalah menjadi tenang. Ia
kemudian berkata, “Begitu beliau melepaskan tangannya dari dadaku, aku merasa
tidak seorang pun yang lebih aku cintai daripada beliau.”
Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Fadhalah
dipanggil seorang wanita cantik. Wanita itu dulu pernah disukai oleh Fadhalah.
Wanita itu ingin mengajak Fadhalah bicara, namun Fadhalah berkata,
“Tidak, Allah dan Islam telah melarangku bicara bebas
dengan wanita yang belum halal bagiku. Aku baru saja melihat Rasulullah ﷺ
menghancurkan semua berhala. Agama Allah itu sangat jelas dan nyata, sedangkan
kemusyrikan adalah kegelapan.”
Sejak hari itu, Rasulullah ﷺ melarang orang berperang
di tanah suci Mekah. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya Mekah telah diharamkan oleh Allah, bukan
oleh manusia. Tidak boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir menumpahkan darah dan mencabut pohon di Mekah.”
Fadhalah bisa merasakan kasih sayang Rasulullah ﷺ yang
begitu besar. Kasih sayang betul-betul membanjiri hati beliau yang amat lapang
itu. Karena itu, tampak pada mulut beliau berupa keramahan, pada mata beliau
berupa air mata, dan pada tangan beliau berupa kedermawanan. Kasih sayang
adalah sifat Rasulullah ﷺ yang paling menonjol dan tak seorang pahlawan pun
berhasil menyamainya.
Shalat
Kemenangan
Rasulullah ﷺ bertamu ke rumah sepupunya Ummu Hani
binti Abu Thalib. Beliau mandi dan shalat kemenangan sebanyak 8 rakaat. Saat
itu, dua orang musyrik cepat-cepat meminta perlindungan kepada Ummu Hani. Ali
bin Abu Thalib berkeras ingin membunuh dua orang itu. Namun Rasulullah ﷺ
bersabda,
“Kami melindungi siapa pun yang engkau lindungi, wahai
Ummu Hani.”
Setelah itu beberapa penjahat besar yang paling keras
memusuhi Islam diadili. Sebagian diampuni dan sebagian dihukum mati. Istri
Ikrimah bin Abu Jahal menghadap Rasulullah ﷺ dan meminta agar suaminya
diampuni. Rasulullah ﷺ mengabulkannya. Istri Ikrimah pun menjemput suaminya
yang lari ke Yaman. Ikrimah kembali ke Mekah dan masuk Islam.
Miqyas bin Subabah dihukum mati. Miqyas pernah masuk
Islam, namun ia kemudian membunuh seorang Anshar dan kembali murtad setelah
bergabung dengan orang-orang musyrik.
Al Haris bin Nufail dihukum mati karena ia dulu sering
kali menyiksa dan mengganggu Rasulullah ﷺ.
Habbar bin Al Aswad diampuni. Ia dulu yang mengguncang
unta Zainab, putri Rasulullah ﷺ. Zainab yang saat itu sedang hamil, jatuh dan
keguguran. Setelah masuk Islam, Habbar menjadi seorang muslim yang taat.
Saat itu, muncullah kekhawatiran di kalangan orang
Anshar. Salah seorang di antara mereka bertanya kepada saudara Ansharnya,
“Apakah menurut kalian Rasulullah ﷺ akan menetap di
Mekah setelah Allah memberi kemenangan?”
Orang-orang yang ditanya saling bertatapan sedih.
Mereka sungguh tak ingin hal itu terjadi. Ketika itu, Rasulullah ﷺ sedang
berdoa di Shafa sambil mengangkat kedua tangan. Begitu selesai, beliau segera
menghampiri kerumunan Anshar dan bertanya,
“Apa yang kalian bicarakan?”
“Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah.”
Namun, karena kekhawatiran yang terus membesar, akhirnya
mereka menyampaikannya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau pun bersabda,
“Aku berlindung kepada Allah. Tempat hidupku adalah tempat hidup kalian dan tempat matiku adalah tempat mati kalian.” (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Pasukan Rasulullah Taklukkan Mekah, Kaum Quraisy Berbondong-bondong Masuk Islam
Pasukan Muslim Bergerak Menuju Mekah, Abu Sufyan Masuk Islam