Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (2021) mengingatkan anggota polisi agar bersikap bijaksana dan profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya. “Ke depan, saya inginkan polisi dicintai, karena kita melindungi dan mengayomi masyarakat. Karena itu, Polri hadir di tengah-tengah masyarakat itu yang ingin kita ciptakan.”
-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 11 Agustus 2022
OPINI
Kapolri,
Momongin Peluru Cinta
Oleh:
Maman A. Majid Binfas
(Akademisi, Sastrawan,
Budayawan)
Kehadiran polisi
sesungguhnya menjadi pamong; pengaman melindungi segenap masyarakat tanpa
kecuali sehingga negeri aman sentosa. Bukan menjadi momok yang menakutkan,
tetapi ia sebagai momong yang memomongi masyarakat bak anaknya sendiri.
Manakala diidentikkan dengan pengertian kata momongan itu sendiri.
Secara bebas dalam google
diartikan momong adalah suatu kegiatan, usaha dan tindakan seseorang untuk
mengasuh, membimbing, mengasihi, menyayangi, mengayomi dan menjaga anak, yang
dilakukan dengan sepenuh hati dengan tujuan agar anak bisa mendapatkan asuhan
dan pendidikan yang lebih baik dan lebih layak bagi sang anak.
Kalau demikian esensinya
menjadi citranya, maka apa yang dinyatakan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit
Prabowo (2021) yang mengingatkan anggota polisi agar bersikap bijaksana dan
profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Kapolri
Pun Dicinta
Lebih lanjut, saya
kutip pernyataan Kapolri yang ingin polisi dicintai sebagai pelindung dan
pengayom masyarakat.
“Ke depan, saya inginkan
polisi dicintai, karena kita melindungi dan mengayomi masyarakat. Karena itu,
Polri hadir di tengah-tengah masyarakat itu yang ingin kita ciptakan,”
Dikarenakan
tindakan tiap anggota polisi berpengaruh terhadap citra institusi Polri. Ia
menegaskan, agar semangat perubahan melalui konsep “Presisi”, yaitu prediktif,
responsibilitas, dan transparansi berkeadilan, diimplementasikan setiap saat.
Bahkan “Setiap tindakan
yang dilakukan oleh seorang polisi, hal itu akan berdampak pada citra dari
Polri”, maka menjadi gravitasi dicintai.
Gravitasi Kemerdekaan
Gravitasi
benturan
bintang langitan jingga
__berhingga
membumi
jadi
bara berdebu kasmaran kuburan
bukan
terkadang lagi, namun
telah
biasa terjadi, dan meteor pun terlintasi, __digadangi juga dikadalin, __dan
berserakan juga menjadi rongsokan
berhamburan.
Ini
tentu melukai esensi nilai asasi kemerdekaan sejati, Indonesia tanah air yang
kita cintai, diharap tetap abadi nan jaya.
Tentu,
tetap diharapkan berkibar menjadi dirgahayu kemerdekaan Indonesia.
Melirik
Tanda Cinta
Dirgahayu Kemerdekaanku,
dan diksi ini, mungkin tidak berkaitan dengan ucapan selamat kepada Kapolri,
atas kesuksesan telah turun langsung menangani masalah kasus pembunuhan
brigader Polisi yang kini sedang viral.
Tetapi pada tanda bintang
yang melekat di pundak itu, saya tetarik meliriknya.
Wajar dan boleh saja
mungkin sebagai warga negara tertarik pada hal demikian.
Apalagi, di saat
dirgahayu hari kemerdekaan, Indonesia tercinta yang tinggal beberapa hari lagi.
Dan semoga kasus
pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J dapat
dituntaskan oleh Kapolri sebelum hari dirgahayu kemerdekaan 17 Agustus
ini.
Maka, patut dihaturkan Bravo
kepada Kapolri dan menjadi kado Istimewa pada Hari Kemerdekaan Indonesia, __
tentu, yang bukan menjadi
gravitasi sebagaimana diksi berikut ini.
Butir
butir peluru cinta
dari
rongsongan cemburu buta
kasmaran
jadi bara api _🔥
__
biar teman kuburan bertaman
bintang
tertanda batu nisan...
Akhirnya, bukan jua citra
dari memomongin cinta berdasarkan butir butir peluru dalam rongsongan cemburu
membabi buta. Tetapi, diharapkan citra polisi menjadi pamong yang memomongi
keamanan negeri sehingga masyarakat merasa nyaman sentosa nan perlu diaminkan.
Dirgahayu kemerdekaan
sejati, demi Indonesia tercinta.
Wallahu a’lam
UHAMKA Jakarta, tetap
unggul mencinta Kemerdekaan Indonesia