Rasulullah ﷺ mendahulukan mereka yang baru masuk Islam dalam pembagian harta rampasan perang. Hati mereka masih lemah dan perlu diikat lebih erat ke dalam Islam dengan cara yang cerdik dan bijaksana.
Seratus ekor unta diberikan kepada Abu Sufyan yang masih juga bertanya, “Bagaimana dengan anakku Yazid? Bagaimana pula dengan anakku Muawiyah?”
Maka, Rasulullah ﷺ memberikan kepada Yazid dan Muawiyah masing-masing 100 ekor unta.
------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 30 Agustus 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (140):
Rasulullah
Bagikan Harta Rampasan Perang kepada Orang Yang Baru Masuk Islam
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Pembagian
Harta Rampasan
Rasulullah ﷺ mendahulukan mereka yang baru masuk Islam
dalam pembagian harta rampasan perang. Hati mereka masih lemah dan perlu diikat
lebih erat ke dalam Islam dengan cara yang cerdik dan bijaksana.
Seratus ekor unta diberikan kepada Abu Sufyan yang
masih juga bertanya, “Bagaimana dengan anakku Yazid? Bagaimana pula dengan
anakku Muawiyah?”
Maka, Rasulullah ﷺ memberikan kepada Yazid dan
Muawiyah masing-masing 100 ekor unta.
Demikianlah, begitu murah hatinya beliau, sampai
orang-orang yang baru memeluk Islam itu mengerumuni beliau untuk meminta harta
hingga Rasulullah ﷺ terdesak ke sebuah pohon dan mantelnya yang terlepas pun
diambil orang.
“Wahai saudara-saudara, kembalikan mantelku!” Sabda
Rasulullah ﷺ.
Kemudian beliau melanjutkan, “Demi diriku yang ada di
tangan-Nya. Andaikan aku memiliki semua tanaman di Tihamah, tentu aku akan
memberikannya kepada kalian hingga kalian tidak menyebut aku sebagai orang yang
kikir, takut, dan dusta.”
Beliau lalu berdiri di samping unta milik beliau
dengan sebelah tangan memegang punuk unta. Beliau mengangkat sebiji gandum dan
bersabda,
“Wahai semua orang, demi Allah aku tidak lagi
menyisakan harta rampasan kalian, termasuk pula sebiji gandum ini kecuali
seperlimanya, dan seperlimanya itu pun sudah kuserahkan kepada kalian.”
Keputusan Rasulullah ﷺ untuk memberikan sejumlah besar
harta kepada yang baru memeluk Islam sangatlah tepat. Karena tidak semua orang
memeluk Islam dengan akalnya. Banyak orang di dunia ini perlu ditarik kepada
kebenaran dengan perut dan nafsunya.
Setelah itu barulah beliau memanggil Zaid bin Tsabit
yang bertugas membagi-bagikan sisa harta rampasan kepada para sahabat Muhajirin
dan Anshar. Masing-masing mendapat 4 ekor unta dan 40 domba, sedangkan para
penunggang kuda masing-masing mendapat 12 ekor unta dan 120 domba.
Jumlahnya tentu tidak seberapa dibanding dengan yang
lain. Kebijakan Rasulullah ﷺ ini pun, mulanya tidak dipahami, sehingga ada
segolongan sahabat yang kecewa.
Kemenangan Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin bersumber
dari ketakwaan. Inilah janji Allah untuk orang bertaqwa: (1) Hidup berkah, (2),
Furqonan atau mampu memisahkan baik dan buruk, (3) Albusyro yaitu kegembiraan,
(4) Bersama Allah, (5) Dicintai Allah.
(6) Yusra atau diberi kemudahan, (7) Merajan atau
diberikan jalan keluar dari kesulitan, (8) Tidak sulit rezeki, (9) Mendapat
ampunan Allah, dan (10) Hasanah Khoiron yang mendapat kebaikan.
Orang-orang
Anshar
Rasulullah ﷺ mendengar para sahabat Anshar
berbisik-bisik tentang kebijakannya. Bukankah Anshar-lah yang bertempur gigih
sehingga mereka membalikkan keadaan menjadi kemenangan pada Perang Hunain?
Kemudian, mengapa orang lain yang justru melarikan diri dalam pertempuran yang
menikmati hasilnya?
“Rasulullah ﷺ telah bertemu dengan masyarakatnya
sendiri,” demikian kata mereka.
Maka Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam datang ke tempat
Anshar berkumpul dan bertanya, “Saudara-saudara Anshar, aku mendengar bahwa ada
perasaan kalian yang mengganjal terhadap aku. Bukankah dulu aku datang,
sementara kalian dalam keadaan sesat, atau Allah memberi petunjuk kepada
kalian? Bukankah kalian dulu miskin, lalu Allah membuat kalian kaya, lalu juga
menyatukan hati kalian?”
Anshar menjawab, “Memang Allah dan Rasulullah juga
yang lebih bermurah hati.”
Rasulullah ﷺ bersabda, “Saudara-saudara Anshar,
mengapa kalian tidak menjawab kata-kataku?”
“Dengan apa harus kami Jawab ya Rasulullah? Segala
kemurahan hati dan kebaikan itu ada pada Allah dan Rasul-Nya juga.”
Rasulullah ﷺ bersabda, “Ya sungguh, demi Allah, kalau
kamu mau, tentu kamu masih dapat mengatakan: engkau datang kepada kami dalam
keadaan didustakan orang, kamilah mempercayaimu, engkau ditinggalkan orang,
kamilah yang menolongmu, engkau diusir kamilah yang memberimu tempat, engkau
dalam kesengsaraan, kamilah yang menghiburmu.”
“Saudara-saudara Anshar, masih adakah sekelumit juga
rasa keduniaan itu dalam hatimu terhadap harta itu? Aku telah mengambil hati
satu golongan kaum supaya mereka sudi menerima Islam, sedang terhadap ke-Islam-anmu
aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela saudara-saudara Anshar apabila
orang-orang itu pergi membawa kambing membawa unta, dan kamu pulang membawa
Rasulullah ke tempat kamu?”
“Demi Dia yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak
karena hijrah, tentu aku termasuk orang Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan
di celah gunung dan Anshar menempuh jalan yang lain, niscaya aku akan menempuh
jalan Anshar. Allahumma Ya Allah rahmatilah, orang-orang Anshar, anak-anak dan
cucu-cucu Anshar.”
Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebenarnya perumpamaan sahabat yang baik dan buruk itu bagaikan pembawa parfum dan peniup api. Maka pembawa parfum adakalanya memberi engkau atau engkau memberinya atau engkau mendapat bau harum darinya. Adapun yang membawa api jika tidak membakar pakaianmu, maka engkau akan mendapat bau busuknya.” (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya: