PEDOMAN KARYA
Ahad, 11 September 2022
CERPEN
Menanti Surganya Pendidikan
M. Agus
(Dosen Unismuh Makassar)
Senja itu matahari sore telah bersiap-siap menuju ke peraduannya. Saya mulai juga mempersiapkan diri untuk mandi sembari menunggu masuknya waktu shalat magrib. Sebagai seorang siswa pada salah satu MTs Negeri yang bergengsi di Jeneponto, saya selalu menyiapkan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas selepas makan malam bersama dengan keluarga.
Ayahku selalu berpesan bahwa belajarlah dengan giat, jika ada PR-mu kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh. Siapa yang bersungguh-sungguh, insya Allah cita-citamu akan tercapai. Maklum ayahku juga seorang pendidik dengan bersekolah yang susah payah hingga akhirnya mencapai cita-citanya.
Beliau kini telah menikmati surganya pendidikan, telah merasakan buah hasil perjuangannya dulu.
Saya juga tidak mau ketinggalan, ingin seperti ayahku dan kakak-kakakku. Ingin juga mengenyam pendidikan setinggi langit. Karena pendidikan bagi saya dan keluargaku menjadi nomor satu. Maklum ayahku sudah merasakan pahit getirnya selama beliau sekolah, tidak peduli biarlah keluarga kami miskin, yang penting pendidikanmu semua mencapai puncak.
Semenjak saya sekolah, saya mulai sadar betapa pentingnya pendidikan, karena mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pokoknya bagiku, pendidikan merupakan rajanya kehidupan.
Seseorang tidak akan pernah dihargai di masyarakat jika pendidikannya rendah atau tidak pernah sama sekali sekolah. Allah sendiri berpesan dalam Al Qur’an bahwa orang yang beriman dan berilmu diangkat derajatnya. Mungkin inilah cerita fantasi dalam dunia nyata, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan mendapatkan surganya dunia.
Pernah saya mendengar sebuah cerita fantasi dari langit bahwa orang yang punya pendidikan yang tinggi tempatnya di surga? Tapi benarkah cerita ini atau hanya sekadar cerita dari langit saja? Malam itu saya tidak bisa tidur membayangkan bagaimana jika betul cerita fantasi itu terjadi? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tak pernah sekolah atau mengecam pendidikan?
Saya terhenti dalam lamunanku setelah jam dinding berdetak menunjukkan pukul 24.00, itu berarti saya harus segera memejamkan mata. Esok harinya saya akan sekolah takutnya nanti terlambat bangun.
Saya terlelap tidur dalam tidurku yang indah, memimpikan indah di surga bersama orang-orang yang cerdas, bersama orang-orang yang mempunyai pendidikan tinggi. Alangkah senang dan bahagianya, walaupun kusadar bahwa saya hanya bermimpi.
Akhirnya, saya terbagun, jam dinding menunjukkan pukul 05.30 wita, waduh gumanku dalam hati, saya sudah terlambat bangun.
Matahari sudah mulai menampakkan dirinya, itu pertanda sudah pagi. Saya segera pergi mandi, sesudah itu saya pakaian. Setelah pakaian saya pergi sarapan apa adanya, saya tak pernah menyusahkan ibuku karena kutahu dia juga sedang sibuk mempersiapkan diri.
Ibuku juga seorang guru, setiap hari harus mempersiapkan makanan untuk keluarga dan mempersiapkan diri untuk pergi mengajar. Alangkah senangnya diriku, berangkat dari rumah dengan riangnya, sampai di sekolah saya bersenda gurau dengan teman-temanku. Saya tak lupa juga membersihkan pekarangan sekolah, bersama teman-temanku membersihkan kelasku.
Hampir setiap hari kebersamaanku menjadi hiasan yang indah, kami rukun dan bangga mempunyai teman yang baik serta ramah. Saya berharap suatu saat nanti semuanya sukses.
Saya ingin menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Saya ingin berbakti untuk nusa dan bangsa. Bagiku, pendidikan merupakan hal yang utama dan selalu hadir dalam mimpi-mimpiku. Tak heran jika saya selalu mengigau dalam mimpiku dan selalu berteriak hore, pendidikan…. pendidikan…..pendidikan.
Alangkah senangnya diriku mengenyam dunia pendidikan dan saya punya mimpi besar menjadi Duta Pendidikan. Akhirnya, rinduku terbalaskan setelah saya tamat di madrasah ini ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Kota bergengsi.
Selamat berjumpa pendidikanku, di pintumu saya akan menunggumu, itulah kata-kata terakhirku yang terngiang dalam mimpi terakhir sebelum meninggalkan MTsN-ku.
Kurindu surga pendidikan, biarlah pendidikan menjadikan diriku sabar dan tekun mencapai cita-citaku. Saya ingin jadi dokter, semoga pendidikanku menjadi surganya dokter. Akhirnya, suatu saat dokterku menjadi surganya pendidikan dan membuatku bahagia selama-lamanya tanpa melupakan sang pencipta, amin yra.
Banyak orang yang ingin sukses tapi tak pernah sekolah, tidak ada gunanya. Banyak orang yang mau jadi dokter, polisi, tentara, pegawai negeri, guru, dan sebagainya, tapi tidak berhasil karena malas belajar. Lebih parah lagi mereka malas datang ke sekolah. Saya ingin menikmati surganya pendidikan, menikmati kebahagiaanku dengan jerih payahku sendiri.
Pendidikan menjadi surganya dunia, seperti cerita dongeng dalam negeri Antah-berantah. Dalam dongeng itu diceritakan, ada seorang anak yang miskin tinggal pada sebuah perkampungan yang jauh terpencil dari kota. Tak ada listrik, tak ada telepon lebih-lebih lagi jaringan hp, bahkan hidup mereka pun susah.
Hampir setiap hari mereka hanya makan nasi dan garam. Sekali-kali hanya makan ikan sungai jika pergi memancing. Namun, tekad dan semangatnya yang membuatnya dia sukses. Dia bersabar menerima cemoohan orang bahwa harus berkaca pada dirimu, siapa kamu, engkau tak perlu sekolah tinggi-tinggi tak ada gunanya. Kamu anak seorang petani, kamu mau ke mana, pasti nanti kamu ke kebun dan ke sawah juga.
Saya sadar diriku bukanlah siapa-siapa dan tak punya apa-apa, namun karena ketekunanku membuatku bersemangat belajar dan belajar terus.
Di sekolah lanjutan atas tempatku bersekolah setelah tamat MTsN 1 Jeneponto, saya mulai dikenal sebagai anak rajin, santun, dan disiplin. Bagiku inilah modalku yang menjadikan diriku ingin menikmati surganya pendidikan.
Biarlah diriku miskin, toh ayahku dulu juga miskin di kampung dihina, tapi pada akhirnya beliau juga berhasil meraih cita-citanya. Bahkan ayahku yang dihina kini terbalik, ayahku sudah mulai menjadi contoh di kampung dan disanjung-sanjung. Itulah hidup gumanku dalam hati, saya juga ingin seperti itu. Biarlah cerita dalam dongeng yang terjadi di negeri Antah-berantah menjadi cerita inspirasiku.
Biarlah pendidikan menjadikan surgaku di dunia ini. Suatu saat jika seseorang tekun dalam belajar akan menemukan kebahagian dalam hidup, mencapai kesuksesan.
Negeriku adalah negeri yang penuh kebahagiaan, saya menikmati surganya pendidikan. Karena dengan pendidikan, semua orang akan menikmati dunia seperti cerita dalam khayalanku.
Dunia ini terasa sempit, pergi pulang menuju suatu negeri dalam hitungan menit. Inilah yang disebut surganya pendidikan. Surga yang memberikan kehidupan yang layak karena pendidikan.
Sekolahlah tinggi-tinggi supaya kalian dapat menikmati surganya hidup ini sebagai jerih payah dalam menuntut pendidikan. Karena pendidikan merupakan kunci keberhasilan di dunia dan menjadi amal jariah selamanya, demikianlah tuturku dalam menutup ceritaku.