-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 27 September 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (142):
Rasulullah
Umumkan Perang Melawan Romawi
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Perang
Tabuk
Setelah bertempur dengan kaum muslimin di Perang
Mu'tah, Kaisar Romawi tahu bahwa seluruh penduduk Jazirah Arab sudah sangat
terpesona dengan kaum muslimin. Buktinya akhir-akhir ini semakin banyak kabilah
Arab yang memeluk Islam.
“Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di
wilayah-wilayah Arab yang kukuasai akan hancur,” demikian pikir Kaisar Romawi.
Ia kemudian menyimpulkan, “Tidak ada jalan lain selain
menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya.”
Maka orang Romawi segera menyiapkan sebuah pasukan
sebanyak 40.000 orang. Termasuk di dalamnya adalah kabilah-kabilah Arab yang
menganut agama Nasrani. Mereka akan memusnahkan tentara muslim dengan membuat
orang lupa akan pengunduran diri tentara muslim yang sangat cerdik pada Perang
Mu'tah.
Keadaan di Madinah pun menjadi genting. Orang-orang
munafik memperparahnya dengan menyebarkan desas-desus tentang kedatangan
pasukan Romawi. Begitu gawatnya keadaan sampai-sampai ketika orang Anshar
mengetuk pintu rumahnya, Umar Bin Khattab keluar sambil bertanya, “Apakah
orang-orang Romawi sudah tiba?”
Situasi tambah mengkhawatirkan karena saat itu adalah
musim panas menjelang musim gugur yang dikenal sebagai musim maut yang sangat
mencekam di padang pasir. Panas telah mencapai derajat tertinggi. Semua orang
lebih suka berdiam diri di rumah atau di kebun daripada bepergian sehingga
jalan-jalan di Madinah tampak lebih sepi daripada hari-hari biasanya.
Namun tidak ada jalan lain bagi Rasulullah ﷺ selain
mengumumkan keberangkatan perang. Beliau memberitahu kabilah-kabilah yang telah
memeluk Islam agar bersiap dengan pasukan sebesar mungkin. Keputusan Rasulullah
ﷺ ini sangat cermat dan bijaksana sebab jika beliau menunggu musim panas
berlalu orang Romawi akan masuk lebih jauh ke dalam wilayah Islam.
Akan tetapi ketika itu buah-buahan sudah mulai masak
dan siap dipanen. Perjalanan jauh di bawah panas matahari yang luar biasa ke
perbatasan Romawi akan merupakan perjalanan yang sangat sulit. Apalagi
Rasulullah ﷺ juga mengharapkan bahwa setiap orang memberikan hartanya untuk
pasukan yang memerlukan biaya besar. Maka ketika seruan jihad berkumandang,
bagaimanakah sikap kaum muslimin?
Ketika mendengar ada bahaya, Rasulullah ﷺ selalu
berusaha untuk menyerang lebih dahulu. Menyerang punya beberapa kelebihan
yaitu: leluasa menentukan sasaran, dapat menarik mundur pasukan jika situasi
tidak menguntungkan, prajurit penyerang biasanya lebih siap dan lebih
bersemangat dibandingkan dengan prajurit yang bertahan.
Persiapan
Rasulullah
Begitu sulit dan beratnya perjalanan yang akan
ditempuh kaum muslimin, membuat sikap orang terbagi dua golongan: kaum munafik
yang menolak pergi dan kaum beriman yang menyambut seruan Rasulullah ﷺ tanpa
ragu lagi.
Para sahabat yang berharta bahkan berlomba-lomba untuk
bersedekah. Utsman bin Affan yang sebelum itu telah menyiapkan kafilah ke Syam
sebanyak 200 ekor unta lengkap dengan barang dagangan ditambah uang 200 uqiyah,
memberikan 100 ekor unta beserta seluruh barang yang diangkutnya. Jumlah itu
masih ditambah dengan uang seribu dinar yang diletakkan dalam bilik Rasulullah ﷺ.
Beliau menerimanya dan bersabda,
“Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang
dilakukannya setelah hari ini."
Akan tetapi Usman tidak berhenti sampai disitu. Ia
mengeluarkan sedekah lagi, lagi, dan lagi sampai seluruhnya berjumlah 900 ekor
unta, 100 kuda dan sejumlah besar uang tunai. Abdurrahman bin Auf datang
menyerahkan 200 uqiyah perak.
Abu Bakar adalah orang yang pertama menyerahkan
sedekahnya ke tangan Rasulullah ﷺ. Abu Bakar menyerahkan seluruh harta yang
dimilikinya sejumlah 4.000 dirham.
“Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk
keluargamu?” tanya Rasulullah ﷺ.
“Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya,”
demikian jawab Abu Bakar.
Umar bin Khattab yang melihat hal itu dan hendak
menyerahkan separuh hartanya, berkata, “Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar
dalam perlombaan kebaikan untuk selama-lamanya.”
Orang-orang berdatangan menyerahkan apa saja yang
mereka miliki, banyak atau sedikit. Ada yang menyerahkan 70 wasaq kurma atau
hanya satu atau dua mud kurma karena hanya itu saja yang mereka miliki. Kaum
wanita berbondong-bondong menyerahkan perhiasan mereka tidak ada satupun orang
beriman yang merasa sayang pada hartanya demi perjuangan di jalan Allah.
Bahkan orang-orang yang paling miskin pun berdatangan
bukan untuk menyerahkan sesuatu namun minta agar disertakan dalam pasukan.
Dengan terharu, Rasulullah ﷺ terpaksa menolak mereka
dengan bersabda, “Aku sudah tidak punya lagi kendaraan untuk kalian.” Maka
orang-orang itu pun pulang sambil menangis.
Jadi nyatalah bawa harta benda itu perlu. Sangat perlu. Orang Islam harus berupaya menjadi kaya raya karena dengan kekayaan itulah dia akan mempertinggi kemuliaan budi, budaya, dan agamanya. Namun harta benda itu adalah alat, bukan tujuan. Tujuan sebenarnya ialah ingat pada Allah menuju Ridha Allah dan menegakkan jalan Allah Sabilillah. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Putri Rasulullah Zainab Wafat, Istri Rasulullah Mariah Melahirkan
Rasulullah Bagikan Harta Rampasan Perang kepada Orang Yang Baru Masuk Islam