NGOPI RONG. Usdar Nawawi (kiri) menyerahkan buku "Ngopi Rongg" (Seratus Esai Usdar Nawawi) kepada Ketua PWI Sulsel H Agus Salim
Alwi Hamu, di Warkop PWI, Jl AP Pettarani 31, Makassar, Sabtu, 22 Januari 2022. (Foto diambil dari akun Facebook Usdar Nawawi)
PEDOMAN KARYA
Senin, 26 September 2022
Sekilas
Pak Usdar Nawawi
Oleh:
Andi Wanua Tangke
(Jurnalis dan prosais)
Esai-esai karya Usdar
Nawawi merefleksikan pelangi. Beragam warna. Kemampuannya menangkap beragam
warna itu tak terlepas persentuhannya dengan jejak pilihan hidupnya sebagai
wartawan.
Tentu ini tidak gampang
lantaran lahir dari proses kesaksiannya dalam menjalani hidup. Kesaksian itu
terus berjejak hingga kini, hari ini.
Jejak-jejak sosial itulah
yang menjadi percik dalam esainya. Semuanya berdata. Kelak--boleh jadi--tulisan
itu menjadi catatan pelengkap sejarah.
Dua media pernah saya
bersentuhan dengan Usdar Nawawi. Keduanya: majalah Semangat Baru dan harian
BINABARU yang berganti nama menjadi BERITA KOTA.
Dari pengalaman itu saya
merasakan kedetailannya dalam meriset data. Setelah matang barulah diungkap ke
dalam tulisan atau berita. Dia kritis, berani, tetapi tidak sembrono. Tidak
frontal. Dia tak mau menulis berita kontrol sosial yang tak akurat datanya.
Karena itu jangan heran di rak meja kerjanya sangat rapi arsip dan dokumennya.
Saya tak meragukan
kepekaan sosial yang dimiliki seorang Usdar Nawawi. Dia penulis yang tenang.
Sebelum menjadi tulisan di media, dia tidak cerewet menceritakan
temuan-temuannya di lapangan. Selalu menawarkan kekagetan saat tulisan itu
muncul di media.
-------
Catatan ini adalah
testimoni Andi Wanua Tangke dalam buku esai Usdar Nawawi yang berjudul “NGOPI
RONGG”
-------
Baca juga:
Usdar Nawawi Telah Pulang: Rupanya Engkau Pamit Di Meja Solusi, Sahabatku