-----
Senin, 31 Oktober 2022
Alumni 87 Fakultas Hukum
Unhas Bernostalgia di Bira Bulukumba
BULUKUMBA, (PEDOMAN
KARYA). Bertemu, berkumpul, dan bernostalgia mengenang
masa-masa indah puluhan tahun lalu. Itulah yang dilakukan alumni Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, yang tergabung dalam Ikatan Keluarga
Alumni (IKA) FH UH Angkatan 87, di Pantai Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan,
28-30 Oktober 2022.
Reuni ke-35 tahun ini,
tak hanya diadakan di Pantai Bira, tapi juga di Pantai Bara. Kedua destinasi
wisata ini terkenal dengan pantai pasir putihnya yang memanjakan mata.
Sepanjang acara berlangsung hangat, akrab, dan penuh kekeluargaan, sesuai tema
yang diusung, “Merindu untuk Bersama”.
Acara diawali dengan
“Nostalgia 87” di area kolam renang Same Hotel, yang dari situ bisa dilihat
Pulau Liukang Loe, tempat penangkaran penyu, dengan keindahan bawah laut yang
cocok untuk diving dan snorkeling.
Acara dibuka oleh Ketua
IKA FH-UH 87, Prof Andi Suriyaman Mustari Pide SH MHum, yang menekankan
pentingnya alumni tetap menjaga nama baik almamater.
Sebagai sarjana hukum,
katanya, pasti lebih memahami hukum. Pakar hukum adat, yang akrab disapa Prof
Rury itu, menyatakan bangga dan mengapresiasi Angkatan 87 yang penuh semangat
dan senantiasa saling dukung.
Dr Gazalba Saleh SH MH,
mewakili alumni yang bermukim di luar Makassar, bernostalgia ketika masa-masa
mahasiswa, terutama dinamika sebagai aktivis kampus. Dia juga bercerita
perjalanan kariernya sebagai akademisi hingga menjadi Hakim Agung pada Mahkamah
Agung RI.
Andi Agus Patra,
berterima kasih karena diamanahkan menjadi Ketua Panitia Reuni ke-35. Meski dia
mengaku sempat ragu, tapi berkat kerja sama dan dukungan semua panitia, acara
berlangsung lancar.
Panitia reuni antara lain
Niny Savitry, Desy Firdausy, Andi Tenri Irawati Lantara, Nurjabal Rahma,
Ariyanti Arsyad, Masita Majadi, Wirma Nur Haryaksa, Ema Husain, Rahman Soeltan,
dan Nursalam.
Muhammad Ismak, Muhammad
Burhanuddin, dan Andi Agung Nurdin, ketiganya advokat, serta alumni lainnya,
banyak memberikan dukungan, selama persiapan sampai terlaksananya acara.
Selain pengacara, alumni
Angkatan 87 berkiprah di berbagai profesi, seperti di bidang perbankan/bankir,
perpajakan, akademisi, birokrat, anggota dewan, wiraswasta, jaksa, dan sebagai
anggota TNI di matra yang berbeda.
Reuni yang dikemas santai
dan penuh gelak tawa ini dipandu oleh Harun Al Rasyid. Beberapa alumni
menunjukkan bakat terpendamnya dengan membawakan lagu-lagu kenangan dan lagu
daerah Bugis-Makassar.
Sementara Rusdin Tompo
membacakan puisi “Gembira di Bira” yang dibuat khusus untuk acara reuni ke-35
tahun ini. Pada saat pembukaan, juga dilakukan pembacaan doa sekaligus
mengenang para sahabat yang telah berpulang ke haribaan Tuhan, Sang Maha
Pencipta.
Keesokan paginya,
dilakukan aksi bersih-bersih sampah di kawasan Pantai Bira, agar wisatawan
nyaman saat berekreasi.
Pada hari kedua ini,
peserta diajak ke Titik Nol Bulukumba, di Kawasan Pantai Tanjung Bira.
Eksotisme pemandangan dengan tebing karang yang curam, dinikmati peserta
setelah melewati anak-anak tangga yang dicat warna-warni. Tak henti-henti
peserta mengabadikan keindahan itu dengan smartphone-nya. Hampir semuanya
merupakan spot foto yang instagramable.
Sorenya, peserta
menikmati sunset di Bara diteman kelapa muda, sebelum diadakan “Malam Ramah
Tamah” dengan busana berkonsep Hawaii. Acara diawali dengan pembacaan doa oleh
Prof Dr Arfin Hamid, SH, MH. Nyala obor dan barbeque membuat susana reuni
terasa berbeda.
Beberapa alumni, di
antaranya Otniel FE Siwy, yang kini bermukim di Gorontalo, berbagi cerita
semasa masih menjadi mahasiswa. Muhammad Burhanuddin, yang pernah jadi
pengacara Bharada E—dalam kasus Irjen Pol Ferdy Sambo—ikut menyumbangkan
suaranya dalam acara yang penuh kegembiraan itu. Pada kesempatan itu, Muhammad
Ismak, langsung mengusulkan agar reuni tahun depan diadakan di Ubud, Bali.
Tema reuni ke-35,
“Merindu untuk Bersama”, benar-benar jadi momen lepas kangen antara sesama
alumni Angkatan 87. Peserta dari luar juga dimanjakan lidahnya dengan kuliner
khas Sulawesi Selatan.
Panitia menyuguhkan
sarabba, sanggara balanda, barongko, bolu cukke, roti berre, dan kudapan
lainnya sebagai pengobat kerinduan bagi mereka yang kini tinggal dan berkiprah
di luar Sulawesi Selatan. Lagu “Oto Ji” yang merupakan lagu ‘kebangsaan’ Opspek
87 dan lagu Mars Universitas Hasanuddin” menutup acara malam itu.
Keesokan paginya, sebelum
pulang ke Makassar, peserta reuni diajak ke pembuatan perahu Pinisi di Tana
Beru, Kelurahan Bonto Bahari. Destinasi wisata ini bukan hanya merupakan
ikoniknya Sulawesi Selatan, tapi juga Indonesia, bahkan dunia.
Badan PBB, UNESCO, telah
menetapkan Pinisi sebagai Memory of the World. Suasana kebersamaan dan saling
merindukan terus terbawa dalam percakapan yang riuh dan saling bersahutan di
grup WhatsApp IKA FH-UH 87. (win/r)