-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 17 Oktober 2022
Erosi Perseroan Perguruan
Tinggi Muhammadiyah
Oleh: Maman A Majid
Binfas
(Akademisi, Sastrawan,
Budayawan)
Dalam seminar Asosiasi Program
Pascasarja Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Asyiyah (PTMA), tahun 2017 di UM Parepare,
saya menyajikan artikel bertopik “Erosi Perubahan Orientasi Pendidikan
Muhammadiyah dan NU.”
Dalam kajian itu,
dinyatakan sebagai berikut.
Dampak dari erosi
perubahan orientasi perguruann tinggi adalah menipisnya nilai kepercayaan publik
pada tata pengelolaan yang menyebabkan terjadinya degradasi, sehingga tidak
terjadi infiltrasi perguruan tinggi sebagaimana esensi yang diharapkan
manfaatnya, baik oleh pendirinya maupun publik.
Padahal, hakikat dari
orientasi asas peran pendidikannya adalah upaya pemberdayaan dan penguatan jama’ah
untuk memelihara dan mengelolanya, bukan sekadar penyelamatan aset fisik saja,
akan tetapi menemukan titik terang dalam pemanfaatannya.
Hal ini sehingga topik
Erosi Perubahan Orientasi Pendidikan Muhammadiyah dan NU, sangat menarik untuk
dikaji. Dengan menggunakan metodologi kualitatif bersifat deskriptif analitis,
berusaha menggambarkan data yang sesuai apa adanya dari beberapa narasumber
yang diwawancarai.
Muhammadiyah melalui
perguruan tingginya diharapkan oleh pendirinya adalah membantu dan memberdayakan
umat yang tidak mampu sehingga dapat memperbaiki kehidupannya di kemudian hari setelah
menyelesaikan pendidikannya.
Nahdlatul Ulama (NU)
sejak awal juga orientasi pendidikannya adalah mempertahankan prinsip prinsip
Aswaja (ahlussunnah wal jama’ah) dengan mengharamkan produk pendidikan ala
Barat dan tetap berupaya memberdayakan jama'ahnya, serta bangsa. Namun, kini
kedua lembaga tersebut, telah berubah manjadi erosi sebagai lahan pembisnisan
yang tidak jauh berbeda dengan pendidikan tinggi pada umumnya.
Bahkan dimensi perubahan
orientasi terjadi mengarah kepada pola bersifat modern dan profesional ala
Barat dan justru telah jauh menyimpang dari esensi prinsip asas sebagaimana
yang diharapkan oleh pendirinya.
Walaupun, selanjutnya di
dalam goresan ini akan membatasi nukilannya, yakni hanya amalan PTM saja, dan
tidak membahas pilar Perguruan Tinggi yang dikelolah oleh NU.
Di Antara Pilar Utama PTM
Bahkan menurut Prof Dr
Tabroni (2013) pada seminar nasionaldi Kendari, menjadi Pilar Kekuatan PTM,
sebagaimana jejak cita-cita pendirinya dan para tokoh yang berjasa dan
menjadi tonggak pengembangan PTM, misalnya di UM Solo pernah ada Drs
Djasman Al-Kindi, di UM Malang pernah ada Prof HA Malik Fadjar, di UM Palembang
pernah ada Prof Dja’far Murod, di UM Jakarta pernah ada Ir Umar Tusin, dan di Unismuh
Makassar pernah ada KH Djamaluddin Amien.
Penyebutan beberapa nama
ini, sebagai sampel yang patut diikuti jejaknya. Mungkin di PTM-PTM lain, pasti
ada juga terdapat tokoh pendiri/perintis/pengembang dan pembaharu PTM yang
berjasa bagi pengembanan eksistensi PTM.
Ini menggambarkan bahwa
SDM yang ada di PTM adalah pilar kekuatan PTM dan sekaligus aset persyarikatan
yang paling berharga.
Keberadaan PTM merupakan
salah satu pilar utama tegaknya persyarikatan Muhammadiyah dan sekaligus amal
usaha andalan dan menjadi kebanggaan. Sebaliknya, keberadaan dan kelangsungan
PTM akan sangat ditentukan oleh eksistensi persyarikatan Muhammadiyah.
Kesamaan visi,
kebersamaan, kerjasama dan saling tolong-menolong yang dilandasi semangat
al-Islam dan Kemuhammadiyahan menjadi pilar utamanya. Tentu, kerja tulus tanpa
ada erosi manipulasi menjadi kekuatan PTM.
Termasuk, di dalam
membangun amal usaha di dalam tubuh PTM mesti tulus, logis dan transparan
menjadi kuncinya dengan tidak memonopoli amalan persyarikatan sehingga terkesan
menjadi kerajaan siluman tersendiri. Terutama di dalam mengelola koperasi atau
Perseroan Terbatas (PT) dan usaha lain yang bersifat bisnis di PTM.
Manakala, mengelolanya
jangan menjadi tamengan erosi yang hanya memperalat dan juga mengkadali
institusi milik persyarikatan, demi kepentingan diri dan kelompoknya
masing-masing. Hal itu justru menjadi beban PTM yang menjadi ladang amal usaha
Muhammadiyah yang luhur dan berbudi pekerti lillahi. Namun, yakinlah bila
terjadi demikian, maka doa para pendirinya akan membayangi hidup berhingga
kiamat tanpa erosi pengampunan.
Perguruan tinggi apapun
yang dikelola di PTM, mesti berkomitmen nyata bukan sekadar konsep dinyatakan
dalam naskah divisikan, tetapi dalam tindakan justru erosi manipulasi.
Sebagaimana, di antaranya saya kutip komitmen PT Utama yang ada di Uhamka
(Universtas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka).
“PT. Usaha Terpadu UHAMKA
dilandasi komitmen semangat percaya diri, berkarya dan berdo’a kepada Allah
SWT, serta didukung tenaga kerja yang berpengalaman dan terampil di bidangnya,
sehingga membuat kami yakin mampu menjalankan dan mewujudkan bisnis yang
profesional. PT. Usaha Terpadu UHAMKA memiliki orientasi bisnis di bidang
konstruksi, manajemen gedung, publikasi & percetakan serta layanan makanan
dan minuman yang dikelola secara mandiri/swakelola.”
Esensi swakelola memang
diharapkan tujuan menawan, mungkin juga ada di PTM yang lain, dan berkomitmen
demikian pula. Namun, niatnya tentu tidak lain, ialah hanya untuk
mensejahterahkan dan mencerahkan semua dimensi akademisi pada lingkungannya
masing-masing.
Dimensi akhirnya bermuara
menjadi oleh bersama, semoga menjadi taman husnul khotimah tanpa erosi pula.
Manakala demikian, diharapkan aman dan amanah jangan saling usik dan gasak
saling mencegal. Nanti bisa tabrakan emosional yang tak rasional sehingga
berkelahi arogansi, baik bersifat nyata maupun tak kasat mata berkesilumanan.
Padahal esensi kita di
kebun amal usaha persyarikatan Muhammadiyah, adalah saling mencerahkan sehingga
tidak sesatan, dan menjauhkan sifat kesilumanan yang menjadi tujuan dakwahnya.
Terlebih di ladang amal usaha bersifat akademisan berdimensi mencerahkan
welasih kemanusian yang sesungguhnya.
Hal itu, dipanen bersama
menjadi oleh-oleh amal salehan di kemudian menanti jangan diumpentin bergaya
gunting dalam lipatan. Mungkin ini, pesan bersyukur lewat Muhammadiyah,
sebagaimana saya kutip diksi yang ditulis oleh Mas Izul Muslimin (2022) secara
utuh, dibaginya di dalam tautan facebook yang menjadi oleh-olehnya dari nonton
wayang orang di Muhammadiyah Expo, Yogya.
Bersyukur Lewat
Muhammadiyah
Untuk apa kita
berMuhammadiyah?
Ya, Muhammadiyah adalah
cara kita mengungkapkan syukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita
Karena Allah berfirman;
lainsyakartum laaziidannakum, walainkafartum inna adzabi lasyadiid...
Maka bergembiralah dalam
berMuhammadiyah
Jangan engkau hardik
orang-orang lewat Muhammadiyah
Tebarkanlah kasih sayang
kepada sesama
Lewat kegiatan, amal
usaha dan berbagai aktivitas lainnya
Muhammadiyah adalah jalan
kita
Untuk mengekspresikan ke-Islam-an
kita
Maka berfastabiqul
khairatlah...
Albirru manittaqa...
Nasrumminallah wa fathun qariib...
Wabassyiril mukminin...
Nuun, wal qalami wamaa
yasth’urun...
Muhammadiyah adalah jalan
kebahagiaan kita
Dengan beramal, berbuat,
dan bersedekah
Maka hidup-hidupilah
Muhammadiyah
Jangan menumpuk kekayaan
pribadi dari Muhammadiyah
Banyak jalan menuju
surga, dan Muhammadiyah adalah salah satunya
Jangan fanatik tapi
jangan pula tak peduli
Jangan berlebihan tapi
jangan pula mengabaikan
Jangan menjadikannya
berhala tapi tetap istiqamahlah memperjuangkannya
Muhammadiyah adalah jalan
keberuntungan kita
Jalan keberuntungan dunia
dan akhirat
Maka rawatlah dengan
penuh semangat
Jagalah dengan sepenuh
jiwa
Pertahankanlah dengan
penuh keyakinan
Waltakum minkum ummatun
yad una ilal khair waya'muruna bil ma'ruf wayanhauna anil munkar waulaika humul
muflihuun (Muhammad Izzul Muslimin, Banguntapan, 8 Oktober 2022).
Pesan dan kesan mas Izzul
Muslimin di atas, tidak lain demi oleh oleh amal shaleh, baik di dunia maupun
keakhiratan. Hal itu sehingga menjadi oleh-oleh yang berbuah husnul khotimah
tanpa beban, tetapi berbuah kebahagiaan sesunggunya.
Sebagaimana harapan KH
Ahmad Dahlan dengan cinta tiada terbatasi, adalah untuk membantu dan memberdayakan
umat yang tidak mampu sehingga dapat memperbaiki kehidupannya di kemudian hari setelah
menyelesaikan pendidikannya.
Menjadi pertanyaan
menarik dan menggelitik batin, apakah PTM kini masih tetap istiqamah dengan
cita-cita KH Ahmad Dahlan, atau justru telah terjadi erosi berperseroan utama
sebagai jeroan kiblatannya.
Dan tentu tidak
diharapkan akan tergiring erosi yang berdimensi kemasan hingga terkesan bagus
tapi bocor, dikarenakan proyekalisasi bertameng jos atas bekingan bos__
Tentu, harapan utama
kami, adalah PTM masih tetap berkiblatan pada pencerahan yang berahmatan lil
alamin.
......
Semoga UHAMKA tetap jaya
dan istiqamah dengan berkiblat pada nadi pencerahan pendirinya__ dikedepankan
dan diutamakan__💪