GENDER DAN PSIKOLOGI memiliki banyak hubungan. Gender berasal dari bahasa latin “Genus” yang berarti jenis atau tipe. Gender merupakan sifat serta perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya. Gender adalah perbedaan peran, status, tanggung jawab, dan fungsi perilaku antara pria dan wanita, dan merupakan konstruksi sosial. Gender tidak didasarkan pada perbedaan biologis.
-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 25 Oktober 2022
ARTIKEL ILMIAH
Gender dan Psikologi
Oleh: Andi Sabrina Fasha
R Sokku
(Mahasiswa Psikologi
Universitas Negeri Makassar)
Gender dan psikologi
memiliki banyak hubungan. Gender berasal dari bahasa latin “Genus” yang berarti
jenis atau tipe. Gender merupakan sifat serta perilaku yang dilekatkan pada
laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya.
Gender adalah perbedaan
peran, status, tanggung jawab, dan fungsi perilaku antara pria dan wanita, dan
merupakan konstruksi sosial. Gender tidak didasarkan pada perbedaan biologis.
Definisi gender juga
diartikan sebagai konsep budaya yang bertujuan membedakan peran, perilaku, cara
berpikir dan karakteristik emosional laki-laki dan perempuan yang berkembang
dalam masyarakat (Women's Studies Encyclopedia).
L'asswell mendefinisikan
gender sebagai pengetahuan dan kesadaran, sadar atau tidak bahwa seseorang
termasuk dalam satu jenis kelamin dan bukan milik yang lain. Perbedaan
psikologis, sosial dan budaya antara pria dan wanita.
Perbedaan gender dan
jenis kelamin (seks) adalah jenis kelamin merupakan perbedaan ciri biologis
antara laki-laki dan perempuan, terutama dalam reproduksi (Ann Oakley 1972),
sedangkan gender ialah sifat laki-laki atau perempuan yang dikonstruksi secara
sosial dan budaya sedemikian rupa sehingga tidak ada hubungannya dengan seks (Sofyan
Sulaiman dan Lutfi Hamid, 2009).
Menurut Santrock
(2003:365), jenis kelamin dan gender berbeda dalam ukuran. Istilah jenis
kelamin (seks) mengacu pada dimensi biologis laki-laki dan perempuan, sedangkan
gender mengacu pada dimensi sosial budaya laki-laki dan perempuan. Gender
didefinisikan sebagai konstruksi sosiokultural yang membedakan antara
karakteristik laki-laki dan perempuan.
Studi Green (1987)
mengungkapkan bahwa laki-laki yang bertingkah feminim dan perempuan yang
bertingkah maskulin secara spontan dipengaruhi keluarga yang mendorong anak-
anak mereka untuk berperilaku bertentangan dengan jenis kelamin mereka dan
berlangsung relatif lama.
Jika kondisi ini
terus-menerus didukung oleh keluarga, maka mendorong penderitaan untuk
memuaskan perilaku yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya. Individu dengan
disforia gender memiliki kadar testosteron dan estrogen yang lebih tinggi
dibandingkan individu normal (Gladue et al, 1984).
Disforia gender ditandai
oleh fakta bahwa hal itu ditemukan pada masa kanak-kanak antara usia 18 bulan
dan 3 tahun dan mulai mempertanyakan jenis kelamin fisik mereka.
Ketidaknyamanan, ketidakpuasan dengan jenis kelamin seseorang, dan kekhawatiran
dengan menghilangkan karakteristik seks primer dan sekunder yang mengakibatkan
stres atau kecacatan.
Namun, terkadang disforia
gender mulai terjadi ketika seseorang beranjak dewasa. Biasanya hal ini
diakibatkan oleh keadaan sekitar yang membuat seseorang mengalami hal tersebut.
Kita dapat mengambil
contoh dalam film yang di angkat dari kisah nyata ‘The Danish Girl’ dimana
disforia gender terjadi ketika seorang pria yang awalnya dipaksa mengenakan
baju istrinya untuk menjadi objek lukisan namun akhirnya ia merasa nyaman akan
hal tersebut dan membuat ia ingin menjadi seorang wanita.
Banyak yang mempengaruhi
terjadinya disforia gender mulai dari pengaruh pengasuhan. Peran pengasuhan
orang tua mempengaruhi perkembangan gender anak melalui perilaku dan
teladannya.
Ibu dan ayah secara
psikologis penting untuk perkembangan gender anak. Ibu lebih konsisten diberi
tanggung jawab untuk perawatan fisik, dan ayah lebih mungkin untuk terlibat
dalam interaksi yang menyenangkan karena mereka bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa putra dan putri mereka mematuhi norma dan budaya yang
ditetapkan meningkat.
Ayah lebih terlibat dalam
mensosialisasikan anak laki-laki daripada anak perempuan. Ibu berperilaku
berbeda dengan anak laki-laki dan perempuan.
Pengaruh sosial juga
dapat berpengaruh pada perkembangan gender. Orang tua hanyalah salah satu dari
banyak sumber yang melaluinya orang belajar tentang peran gender. Itulah
mengapa penting untuk tidak melangkah terlalu jauh ke arah ini, terutama selama
tahun-tahun pembentukan, orang tua adalah pemberi pengaruh penting dari
perkembangan gender.
Budaya, sekolah, teman
media dan anggota keluarga lainnya juga mendukung sumber lain. Misalnya, dalam
budaya kita, orang dewasa membedakan jenis kelamin setelah seorang anak lahir.
Merah muda untuk
perempuan dan biru dikenakan oleh anak laki-laki saat lahir sebelum
meninggalkan rumah sakit. Demikian pula perbedaan mainan, gaya rambut, pakaian.
Ini akan terjadi sampai evolusi orang-orang di sekitarnya akan melihat
perbedaan ini.
Gender adalah suatu
konsep yang dibentuk oleh masyarakat dalam kaitannya dengan hubungan antara
laki-laki dan perempuan. Konsep gender sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai,
baik sosial maupun budaya.
Oleh karena itu
kedudukan, tugas, peran laki-laki dan perempuan dalam satu bidang, berbeda
dengan bidang lainnya. Dengan demikian, pemahaman gender dapat berubah karena
pengaruh migrasi historis dan perubahan politik, ekonomi, sosial budaya atau
kemajuan pembangunan di tempat yang berbeda atau berubah menurut ruang dan
waktu.
Kita dapat
mengidentifikasi diri sebagai perempuan atau laki-laki yang dapat di
definisikan sebagai identitas gender, perempuan atau laki-laki, berada dalam
interaksi yang kompleks dengan berbagai karakteristik perilaku yang berkembang
sebagai hasil dari proses sosial. Identitas gender mengacu pada persepsi dan
interpretasi yang kita miliki tentang pribadi dan citra lain yang diharapkan
dari pria dan wanita (Ting-Toomey).
Budaya memainkan peran
penting dalam menentukan identitas gender individu. Budaya mempengaruhi apa itu
kecantikan gender dan bagaimana hal itu direpresentasikan dalam budaya.
----
Daftar Pustaka
Sovitriana, R. (2020).
“Kajian Gender Dalam Tinjauan Psikologi” .Sidoarjo : Uwais Inspirasi Indonesia
Susanto, N.H. (2015).
“Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Gender Dalam Budaya Patriarki”.
Vol.7 No. 2. Desember
2015. Diakses 23 Oktober 2022
Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. (2015). “Analisis Gender Dalam Pengelolaan Konflik Sumber
Daya Hutan : Pengertian Gender”. Diakses 23 Oktober 2022
https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/854/mod_resource/content/1/analisis%20gender/
index.html
Kementrian Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak. (2017). “Amansipasi Dan Kesetaraan Gender”.
Diakses 23 Oktober 2022.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1373/emansipasi-dan-kesetaraan-gender