----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 02 Oktober 2022
In Memoriam:
Sahban
Liba: Kerja di Jakarta, Dirikan Kampus di Makassar
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Pemerhati Pendidikan)
Innalilahi wainna ilaihi
raji’un. Telah berpulang ke Rahmatullah, ayahanda kami, Dr H Sahban Liba, Sabtu,
01 Oktober 2022, pada pukul 07.00 Wita, di Jalan Abdullah Daeng Sirua, No.
106, Makassar.
Kami memohonkan maaf
Ayahanda kami kepada para tetua, keluarga, kerabat dan para sahabat apabila ada
kesalahan yang pernah diperbuat oleh Ayahanda kami.
Semoga Allah SWT
mengampuni seluruh dosa *Almarhum ayahanda kami*, dan semoga diterima seluruh
amal ibadahnya dan dijadikan kuburnya sebagai taman surga.
Aamiin...Aamiin...Aamiin
Yaa Robbal ‘Alamin......
Demikian postingan Hernita
Anindita Sahban di akun Facebook-nya, Sabtu, 01 Oktober 2022. Dr Hernita SE MM
yang saat ini menjabat Ketua STIM Lasharan Jaya Makassar adalah anak pertama
dari Dr Sahban Liba.
Sahban Liba adalah pendiri
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Lasharan Jaya Makassar. Sekolah tinggi ini
awalnya bernama Akademi Manajemen Perdagangan (Amdag) dan didirikan tahun 1998.
Amdag kemudian
ditingkatkan menjadi sekolah tinggi dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
Lasharan Jaya disingkat STIM-Lash Jaya Makassar, pada Juli 2001.
Letkol Marinir (Purn) Dr
H Sahban Liba meninggal dunia dalam usia 85 tahun. Ia lahir di Desa Kalosi,
Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, 18 Agustus 1937.
Setelah menamatkan
Sekolah Dasar di Kalosi, Enrekang, Sahban hijrah ke Makassar dan melanjutkan
sekolah di SMP Muallimin Muhammadiyah (Jl. Muhammadiyah) dan SMP Perindo (Jl.
Lamadukkelleng).
Jiwa petualang dan
keinginan yang kuat untuk sekolah kemudian mengantarnya berangkat ke Surabaya. Sahban
berhasil lulus pada ujian persamaan Sekolah Guru Bawah (SGB) Surabaya dan
kemudian lulus tes masuk Sekolah Guru Atas (SGA) Surabaya yang memberi beasiswa
ikatan dinas.
Setelah tamat SGA dan
sambil mengajar di beberapa sekolah, Sahban melanjutkan kuliah di IKIP Malang.
Di sana ia bertemu dan bersahabat dengan Malik Fajar (yang belakangan menjadi
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Nasional). Mereka berdua aktif di
organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selain kuliah di IKIP Malang, Sahban
juga kuliah di Universitas Merdeka Malang.
Sahban lalu ikut tes dan
lulus masuk Angkatan Laut. Ia diterima di Marinir dan masuk anggota Korps
Komando (KKO) Angkatan Laut. Sahban kemudian dikirim ke hutan di Jawa Timur
selama dua setengah tahun untuk latihan perang khusus. Pimpinan KKO ketika itu
adalah Mayor Pangalela yang belakangan meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat
terbang.
Setelah keluar dari
hutan, Sahban langsung mendapat pangkat Letnan (KKO) TNI AL. Beberapa tahun
kemudian, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mencari beberapa orang dari kalangan
tentara untuk membantunya di Pemda DKI Jakarta, terutama untuk menertibkan
guru-guru nakal. Dari marinir diambil 20 orang dan salah satu di antaranya
adalah Sahban Liba.
Beberapa tahun kemudian
ia diangkat menjadi staf pribadi Ali Sadikin dan sempat mondar-mandir di Istana
Presiden. Tahun 1977, Ali Sadikin pensiun, tetapi Sahban enggan kembali ke
kesatuannya di Angkatan Laut, karena mantan anak buahnya sudah banyak lebih
tinggi pangkatnya dari dirinya.
Sahban memilih tetap
dikaryakan dan menduduki beberapa jabatan struktural di Pemda DKI Jakarta
hingga pensiun pada 17 Agustus 1995.
Selama dikaryakan di
Pemda DKI Jakarta, Sahban melanjutkan kuliahnya yang terputus di IKIP Malang
akibat peristiwa G-30.S-PKI. Ia memilih lanjut di IKIP Muhammadiyah Jakarta,
dan kemudian lanjut ke program magister (S2) di Sekolah Tinggi Manajemen
(STIMA) IMMI Jakarta.
Setelah pensiun, ia
kemudian diangkat menjadi Manajer Personalia PT Betamix Jakarta di bawah
pimpinan Prof Dr Ir Bun Yamin Ramto.
Dirikan
Kampus
Atas anjuran beberapa
koleganya, antara lain Mendiknas Prof Wardiman, Sahban kemudian memutuskan
kembali ke Makassar dengan membuka usaha bisnis gedung serba guna Lasharan
Garden Jaya dan mendirikan perguruan tinggi swasta (PTS).
PTS yang didirikannya
yaitu Akademi Manajemen Perdagangan (Amdag) pada tahun 1998, yang kemudian
ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Lasharan Jaya (STIM-Lash
Jaya) pada Juli 2001.
Di STIM-Lash Jaya, Sahban
yang anak kedua dari Sembilan bersaudara, menerapkan disiplin semi-militer
tetapi mendidik mahasiswa menjadi orang yang berjiwa entrepreneurship.
Raih
Doktor di Usia 72 Tahun
Meskipun sudah tua dan
semua anaknya telah cukup berhasil, Sahban rupanya belum mau pensiun atau
berhenti beraktivitas. Tidak tanggung-tanggung, ia malah “nekad” melanjutkan
kuliah pada program doktoral (S3) di Universitas Negeri Jakarta.
Ia kemudian berhasil
menyelesaikan kuliahnya dan meraih gelar doktor pada 2009, dengan mengusung
disertasi berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan
Tinggi Periode 2003-2010.”
Itu berarti, Sahban
meraih gelar doktor dalam usia 72 tahun. Sungguh suatu pencapaian yang luar
biasa, karena amat sangat langka ada orang yang meraih gelar doktor di usia
leih dari 70 tahun.
“Saya kuliah sekaligus
untuk memotivasi anak-anak saya. Mereka saya minta terus-menerus belajar dan
meraih pendidikan setinggi-tingginya, karena Allah akan mengangkat derajat
orang-orang beriman dan berilmu,” tutur Sahban.
Selamat jalan Pak Sahban
Liba. Engkau telah memberikan pelajaran yang sangat berharga dan juga
meninggalkan perguruan tinggi yang insya Allah telah dan akan terus menerus
mencetak sarjana, magister, dan doktor.
Engkau memberikan
pelajaran bahwa kita harus punya tujuan hidup. Bahwa untuk mencapai tujuan,
kita harus berjuang tanpa kenal menyerah. Bahwa setelah sukses, kita juga harus
berbagi untuk kebaikan orang banyak. Semoga surga tempatmu. Amin.