----
Jumat, 21 Oktober 2022
Kesantunan Berbahasa
Semakin Menurun, Termasuk di Lingkungan Pembelajaran
Dosen Bahasa Indonesia
Unismuh Makassar Wahyu Ningsih Raih Doktor
TESTIMONI. Wakil Rektor II Unismuh Makassar Prof Andi Sukri Syamsuri, memberikan testimoni pada Ujian Promosi Doktor, Wahyu Ningsih, di Kampus Pascasarjana UNM, Makassar, Rabu, 19 Oktober 2022. (ist)
------
MAKASSAR, (PEDOMAN
KARYA). Kesantunan berbahasa semakin menurun. Parahnya hal
ini tidak hanya terjadi di kalangan umum, tetapi juga terjadi di lingkungan
pembelajaran.
“Tidak dapat dipungkiri,
mahasiswa zaman sekarang mengalami pelunturan budaya sopan santun,” kata Dr
Wahyu Ningsih SPd MPd, dalam pengantarnya saat mengikuti ujian promosi doktor (S3) dalam
bidang Pendidikan Bahasa, di Kampus Program Pascasarjana Universitas Negeri
Makassar (UNM), Rabu, 19 Oktober 2022.
Mengutip Bona Sardo
(2017), ia mengatakan, gaya bahasa mahasiswa berubah karena semakin gencarnya
media sosial. Kosakata ala milenial yang sangat sederhana, serba cepat, dan
efisien.
Cara komunikasi dengan
teman sejawat terbawa saat komunikasi dengan dosen yang usianya lebih tua. Dua
akar masalah penyebab lunturnya kesantunan berbahasa mahasiswa, yaitu kebebasan
berekspresi di dunia maya dan pola asuh.
Sehubungan dengan itu, ia
menyarankan agar kesantunan dalam berbahasa terus-menerus dijaga, termasuk
dalam proses belajar mengajar mahasiswa di lingkungan kampus.
“Mahasiswa sebagai
masyarakat akademis, memiliki tuntutan yang lebih besar dalam menjaga kesopanan
dan kesantunan bahasanya. Mahasiswa merupakan pionir pengembangan ilmu
pengetahuan yang segala perilaku dan tutur katanya, akan mendapatkan penilaian
bahkan akan menjadi anutan ketika terjun dalam kehidupan masyarakat,” papar Ningsih.
Upaya menjaga kesantunan
berbahasa tersebut, katanya, harus dilakukan terus menerus dalam segala
situasi, termasuk interaksinya antarsesama mahasiswa maupun dengan dosen.
“Peran mahasiswa dalam
menjaga kesantunan seharusnya dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar
kelas,” tandas wanita kelahiran Bulukumba, 10 Juni 1987.
Menurut dia, menggunakan
bahasa yang baik dan benar sudah menjadi ciri mahasiswa yang memilih mendalami
bahasa Indonesia. Bahasa yang benar terkait pematuhan kaidah ejaan, sedangkan
berbahasa yang baik terkait pematuhan terhadap norma yang berlaku tentunya hal
tersebut mengarah ke kesantunan dalam berbahasa.
“Pada proses
belajar-mengajar, berbahasa yang baik dan benar menjadi hal pokok yang mesti
diperhatikan karena situasi tersebut merupakan situasi formal, sangat
dianjurkan berbahasa Indonesia sebagaimana fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara,” kata Ningsih.
Dia menambahkan, kampus
sebagai institusi pendidikan, yaitu tempat pendidikan berlangsung, proses
belajar-mengajar atau proses komunikasi edukasi antara mahasiswa terhadap
mahasiswa, mahasiswa terhadap dosen, dan dosen terhadap mahasiswa, harus
menjadi tempat yang menyenangkan sehingga tercipta suasana belajar yang
benar-benar mengedepankan etika dan kesantunan sebagai jati diri bangsa
Indonesia.
Dalam ujian promosi doktor
tersebut, Wahyu Ningsih mempertahankan disertasinya yang berjudul “Kesantunan
Berbahasa Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Daring Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.”
Tim penguji dalam ujian
promosi doktor terdiri atas Prof Hj Johar Amir (promotor), Prof Akmal Hamsa (kopromotor),
Prof Muhammad Rapi (Ketua Program Studi S-3 Pendidikan Bahasa Indonesia PPs
UNM), Prof Hamsu Abdul Gani (Direktur PPs UNM), Dr Muhammad Saleh (penguji
internal), dan Prof Lukman (penguji eksternal).
Ujian promosi turut
dihadiri dan sekaligus memberikan kata sambutan oleh Wakil Rektor II Unismuh
Makassar, Prof Andi Sukri Syamsuri (Guru Besar Linguistik), serta sejumlah
dosen Unismuh, dan keluarga Wahyu Ningsih.
Wahyu Ningsih adalah anak
dari pasangan A Hasanuddin Hamsah (almarhum) dan A Rosmaniar Patawari. Istri
dari Dr Aprizal SKom SE MM, dan ibu dari dua anak ini meniti Pendidikan formalnya
dari TK Handayani Palampang Bulukumba (1993), kemudian SD 211 Palampang Bulukumba
(1999), SLTPN 2 Bulukumpa/SMP 39 Bulukumba (2002), serta SMK Negeri 1 Bulukumba
(2005).
Ia kemudian melanjutkan Pendidikan
di STKIP Muhammadiyah Bulukumba (sekarang
Universitas Muhammadiyah Bulukumba, dan meraih gelar sarjana tahun 2009), dan
lanjut program magister (S2) Pendidikan Bahasa Indonesia di Program Pascasarjana
Universita Negeri Makassar, selesai tahun 2014), dan juga S3 Pendidikan Bahasa
di PPs UNM (2022). (asnawin)