-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 01 November
2022
Kisah Nabi Muhammad SAW (145):
Pasukan Rasulullah Pulang ke Madinah Setelah Menang pada
Perang Tabuk
Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Tiba di Madinah
Duapuluh hari lamanya Rasulullah ﷺ tinggal
di Tabuk. Setelah itu beliau pulang bersama ribuan pasukan muslim. Mereka
berhasil meraih kemenangan tanpa mengalami serangan sedikit pun. Namun bahaya
sebenarnya belum berakhir. Khususnya bagi Rasulullah ﷺ sendiri.
Dalam perjalanan pulang ini Rasulullah ﷺ
melewati jalan di sebuah bukit. Saat itu beliau ditemani oleh Ammar bin Yasir
yang memegang tali kekang unta Rasulullah ﷺ dan Hudzaifah bin Al-Yaman yang
berjalan di depan.
Diam-diam 12 orang munafik yang ikut pasukan
muslim datang mengendap-endap. Mereka berniat membunuh Rasulullah ﷺ. Ini adalah
kesempatan baik yang telah lama mereka tunggu dari sejak berangkat. Ketika itu
pasukan muslim justru sedang berada di lembah jauh di bawah mereka.
Namun Rasulullah ﷺ dan kedua sahabatnya
mendengar gerakan 12 orang itu. Mereka bertiga menoleh ke belakang. Orang-orang
munafik itu terkejut dan melarikan diri.
Rasulullah ﷺ memerintahkan Hudzaifah untuk
mengejar. Pengajaran itu sampai hampir berhasil karena Hudzaifah sudah bisa
menjangkau unta-unta mereka dengan pukulan tongkatnya. Namun orang-orang itu
berhasil berbaur di tengah pasukan muslim sehingga tidak terlihat lagi.
Walaupun mereka berusaha menutupi wajah,
Hudzaifah berhasil mengetahui nama-nama mereka dan memberitahukannya hanya
kepada Rasulullah ﷺ saja. Sejak itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang yang dapat
memegang rahasia Rasulullah ﷺ.
Setelah 55 hari meninggalkan Madinah,
pasukan muslim kembali. Dari jauh terlihat samar-samar sebuah gundukan gunung.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Itu adalah Gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami pun
mencintainya.”
Orang-orang di Madinah mendengar
kedatangan pasukan dari kejauhan. Maka para wanita dan anak-anak keluar rumah
untuk menyongsong pasukan dengan gembira. Mereka mengucapkan syair seperti yang
dulu pernah dikumandangkan ketika Rasulullah ﷺ berhijrah dan tiba di Madinah.
Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk pada bulan
Rajab dan tiba pada bulan Ramadhan. Ini merupakan peperangan terakhir bagi
beliau.
Apa yang kemudian terjadi pada orang yang
meninggalkan perang? Tidakkah mereka malu berhadapan dengan pasukan yang
kembali dengan kemenangan ini?
Keempat macam sifat hati itu adalah:
- Hati yang bersih di dalamnya ada pelita
yang bersinar, itulah hati orang mukmin.
- Hati yang tertutup, adalah hati orang
kufur
- Hati yang terbalik, adalah hati orang
munafik, dia mengetahui kemudian mengingkari, dia melihat kemudian buta.
- Hati yang di dalamnya terkandung iman
dan nifaq.
Orang-orang Yang Tidak Ikut Berperang
Begitu tiba di Madinah, Rasulullah ﷺ
langsung masuk ke masjid dan shalat dua rakaat. Orang-orang munafik menjadi
gelisah. Maka berduyun-duyunlah mereka menghadap Rasulullah ﷺ dan mengemukakan
berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah. Jumlah mereka mencapai 80 orang lebih.
Meskipun tahu bahwa semua alasan itu
dibuat-buat, Rasulullah ﷺ menerimanya, tetapi beliau serahkan apa yang ada di
hati mereka kepada Allah سبحانه وتعلى.
Sedangkan Kaab bin Malik, Murarah bin Ar
Rabi, dan Hilal bin Umayyah berterus-terang bahwa mereka lalai. Sebenarnya
mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka memutuskan untuk tidak
berangkat.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apa yang kalian
katakan memang tidak bohong. Pergilah sampai Allah سبحانه وتعلى menentukan sendiri persoalanmu.”
Kemudian Rasulullah ﷺ melarang kaum
muslimin bercakap-cakap dengan ketiganya. Kaab menuturkan, “Semua orang
menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap kami, sehingga aku
merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!”
Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal
bin Umayyah menghabiskan hari-hari mereka dengan berdiam diri di dalam rumah
dan terus menangis penuh rasa sesal. Kaab yang masih muda dan berwatak keras
tetap keluar rumah.
Puluhan hari sudah ketiganya terasing entah
sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun diperintahkan menjauh. Ketika itu
datanglah sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab bin Malik,
“Kudengar Muhammad telah mengucilkan
dirimu. Tuhan tidak akan membuat dirimu hina dan nista. Datanglah kepadaku
engkau pasti kuterima dengan baik.”
Kaab berkata pada dirinya sendiri, “Ini
juga termasuk cobaan!”
Setelah itu, dilemparkannya surat itu ke
dalam api. Berbeda dengan kedua temannya, Kaab masih terus datang ke masjid
untuk shalat berjamaah. Dia bahkan memberi salam kepada Rasulullah ﷺ. Namun
Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasulullah ﷺ membalas salamnya atau tidak.
Kaab menuturkan, “Kemudian aku shalat di
dekat Rasulullah ﷺ sambil melirik ke arah beliau. Ternyata pada saat aku masih
shalat beliau memandangku, namun setelah selesai shalat dan aku menoleh
kepadanya beliau yang memalingkan muka.”
Baru setelah 50 hari kemudian turunlah
firman Allah yang memberi ketiganya ampunan. Bagi Kaab bin Malik, Murarah Bin
Ar-Rabi’, dan Hilal bin Umayyah, hari itu adalah hari paling membahagiakan
sejak mereka dilahirkan ke dunia!
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah سبحانه وتعلى mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya.” (hadits riwayat muslim dari Anas). (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Pasukan Romawi Mundur Sebelum Berperang Melawan Pasukan Muslim