ROMAWI MUNDUR. Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ﷺ terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut mendengar kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas dengan bekal seadanya. Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing. (Foto tangkapan layar di youtube)
----
PEDOMAN KARYA
Senin, 17 Oktober 2022
Kisah Nabi Muhammad SAW (144):
Pasukan Romawi Mundur Sebelum Berperang Melawan Pasukan
Muslim
Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Perjalanan Pasukan Usro
Pasukan ini dinamakan pasukan Usro artinya
pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh kesulitan. Dalam perjalanan, pasukan
melewati Al Hijr. Dahulu tempat ini merupakan kediaman kaum Tsamud yang
durhaka. Di lembah itu, orang-orang mengambil air untuk persediaan minum
mengingat jalan masih sangat jauh.
Namun, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Janganlah kalian minum air di sini dan
jangan pula dipergunakan untuk berwudhu. Adonan gandum yang telah kalian
campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan kalian makan sedikit
pun. Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu dipergunakan kaum Tsamud
untuk menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan tertimpa musibah
seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka
menangis jika mengingat dosa.”
Rasulullah ﷺ segera mempercepat jalannya
melewati lembah tersebut sambil menundukkan kepala.
Di suatu tempat, pasukan berkemah dan
Rasulullah ﷺ berpesan,
“Malam ini janganlah kalian keluar jika
tidak disertai seorang teman.”
Pesan itu disampaikan karena Rasulullah ﷺ
tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui orang, dan hembusan pasir yang ganas
sering mengubur orang maupun binatang.
Akan tetapi malam itu ada dua orang yang
melanggar pesan Rasulullah ﷺ. Salah seorang menghilang dibawa angin dan yang
satu lagi tewas tertimbun pasir.
Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi
para sahabat sangat khawatir karena persediaan air mereka kini tidak cukup.
Maka Rasulullah ﷺ pun berdoa. Dengan izin Allah سبحانه وتعلى awan hitam datang
bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan semua orang.
Pada lain saat, dalam perjalanan itu
persediaan makanan menipis dan para sahabat menderita kelaparan. Mereka meminta
izin kepada Rasulullah ﷺ agar diperbolehkan menyembelih unta-unta. Namun
Rasulullah ﷺ memerintahkan agar semuanya mengumpulkan makanan yang tersisa.
Setelah terkumpul Rasulullah ﷺ berdoa. Setelah itu beliau berkata,
“Ambillah dan penuhilah kantong-kantong
kalian.”
Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong
mereka sampai penuh. Kemudian mereka makan sampai kenyang, namun makanan itu
masih tersisa. Rasulullah ﷺ pun mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda,
“Tidaklah seorang hamba pun yang
mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika berhadapan dengan Allah,
ia pasti akan masuk surga.”
Keberanian Rasulullah ﷺ dan para
sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar, bersumber pada rasa
percaya diri. Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya kepada diri
sendiri. Sebab kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada kekuatan
yang mengatur alam, yaitu Allah سبحانه وتعلى.
Pasukan Romawi Mundur
Akhirnya Rasulullah ﷺ tiba di Tabuk.
Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur. Di hadapan pasukannya,
Rasulullah ﷺ berpidato dengan penuh semangat. Beliau mengingatkan akan kebaikan
dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-sungguh. Beliau
juga memberi kabar gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya begitu
letih, kini berubah menjadi pasukan berhati baja yang siap mati membela Islam.
Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ﷺ ini
terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut mendengar kehebatan pasukan Muslim
menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas dengan bekal
seadanya.
Tidak akan ada satu pun kekuatan yang
mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang
tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka berpencar
dan kembali ke daerah masing-masing.
Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan
nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para pembesar di daerah-daerah perbatasan
Romawi mendatangi Rasulullah ﷺ untuk berdamai.
Para penduduk Jarba, Adzruh dan Aila
menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim.
Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada
pemerintah muslim namun tetap mempertahankan agama mereka, wajib membawa jizyah
berupa sejumlah uang. Dengan demikian pasukan muslim akan datang membela
apabila suatu saat musuh menyerang daerah itu.
Penduduk Aila yang beragama Nasrani adalah
termasuk di antara mereka yang membayar jizyah. Yuhanah bin Ru'bah pemimpin
Aila datang dengan salib emas di dadanya. Ia membawa hadiah dan menandatangani
perjanjian damai.
Rasulullah ﷺ pun memberinya mantel tenunan
Yaman dan menerima Yuhanah dengan santun.
Namun Ukaidir bin Abdul Malik Al Kindi,
orang Nasrani yang memimpin penduduk Dumatul Jandal, malah meminta bantuan
pasukan Romawi untuk melawan tentara muslim. Maka, Rasulullah ﷺ memerintahkan
Khalid bin Walid beserta 500 pasukan berkuda untuk melawannya.
Dengan diam-diam tapi sangat cepat Khalid
bin Walid menyerang pada waktu malam. Ia berhasil menawan Ukaidir yang tengah
berburu lembu liar. Maka Dumatul Jandal pun takluk. Mereka menyerahkan 2.000
unta, 800 kambing, 400 wasaq gandum, dan 400 baju besi.
Ukaidir pun masuk Islam di hadapan
Rasulullah ﷺ dan menjadi sekutu kaum muslimin.
Keperkasaan pasukan muslim bersumber dari
rasa percaya kepada .Allah سبحانه وتعل. Siapa saja yang percaya kepada Allah سبحانه
وتعلى, maka dia tidak akan merasa takut mengarungi lautan kehidupan. Dia tidak
percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup merintanginya kalau
tidak diizinkan oleh Allah سبحانه وتعلى
Dia tidak percaya bahwa dia akan ditimpa
bahaya, kalau tidak telah tertulis lebih dahulu dalam ilmu Allah. Dia selalu
berbaik sangka kepada Allah سبحانه وتعلى. (bersambung)