----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 05 Oktober 2022
Rindu
Yang Terlepas di Warkop Phoenam
Oleh:
AB Iwan Azis
(Wartawan Senior)
Dua hari berturut-turut
saya berkunjung ke Warkop Phoenam, Jl Jampea, Makassar. Hari Selasa, 04 Oktober
2022, dan hari Rabu, 05 Oktober 2022.
Pada kunjungan saya di
hari pertama, saya merasa sangat bersyukur karena dapat berkunjung kembali
setelah sekian lama tidak pernah nongol di Warkop Phoenam. Warkop Phoenam selama
ini menjadi markas pertemuan dengan teman-teman.
Saat berkunjung kembali, rasanya
jadi lain, karena sampai berjam-jam duduk menanti teman yang biasa datang dan
ngobrol pada jam yang sama, tidak terjadi, bahkan saya hanya menerima berita
yang kurang menyenangkan. Berita bahwa mereka sudah banyak yang “mendahului.”
“Sallona baru kuliatki’.
Banyak sekali yang pertanyakanki’ (maksudnya, banyak sekali yang sering
menanyakan kabar saya),” kata Sinar, salah seorang pelayan yang sudah tahu
persis kegemaran saya.
“Inai? (maksud saya, siapa-siapa
yang sering mencari dan menanyakan kabar saya),” tanya saya.
Tanpa menjawab pertanyaan
saya, ia langsung berjalan ke belakang sambil mengatakan, “Saya bikinkanmaki,
oke? (maksudnya, dia akan membuatkan minuman dan makanan ringan kegemaran
saya).”
“Banyak temanta’ tidak
datang karena sakit, tidak mampu lagi hadir bersama kita’, bahkan banyakmi juga
sudah mendahulu kita’,” kata Sinar setelah membawakan minuman dan makanan
kesukaan saya.
Dia menambahkan, “Banyakmi temanta’ tidak datang mereka mengalami sakit, tidak mampu lagi hadir bersama kita’, bahkan banyakmi juga sudah mendahulu kita’.”
Mendengar itu, saya langsung
berdo’a semoga teman-teman yang telah mendahului saya mendapat tempat yang
layak di sisi Allah SWT. Teman yang sakit semoga masih diberi kesembuhan untuk
bertemu lagi.
Selama beberapa jam duduk
di warkop, tak seorang pun menyapa saya. Dan memang tak satu pun pengunjung
warkop yang saya kenali, padahal saya pernah jadi “penguasa” di warkop ini,
he..he..he…
Saya mencoba menulis keprihatinanku
di Facebook sambil menerawang kejadian-kejadian yang pernah kualami di tempat
ini.
Komentar
Teman di Facebook
Rupanya keprihatinanku
yang kutulis di Facebook, mendapat perhatian dan dikomentari oleh beberapa
teman.
Teman Hasan Kuba berkomentar, “Saya juga rindu pertemuan di Poenam seperti yang lalu-lalu. Salama’ Pak Iwan, sehatki selalu. Banyak kenangan yang kita lewati bersama.”
Saya
membalasnya dengan mengatakan, “Aamiin Pak Aji, sehatki selalu, kapan waktu
kita bisa, sy tunggu.”
“Tabe... tarima kasih Pak
Iwan. Kutelpon jaki itu. Salamakki’,” balas Hasan Kuba.
Asnawin Aminuddin muncul
dengan komentar, “Panggilka'’ juga.”
Teman lain, Mustari
Abdullah, juga berkomentar dengan mengatakan, “Cocoki anjo pindukku (Pak Hasan Kuba),
semakin tua semakin kita kencangkan silaturrahim, sekalipun bukan di Phoenam,
kapan dan dimana saja.”
“Iye’ Pak Mustari, sy
juga sangat rindu bertemu Pak Mus, kapan bisa, sedangkan di FB sudah sangat
senang, apalagi kalau ketemu langsung dimana saja, aamiin ya Rabbil aalamin,”
balas saya.
Pada Rabu pagi, 05
Oktober 2022, adinda Asnawin mengirimi saya pesan lewat WhatsApp (WA) dan
menyampaikan rindu ngopi bareng dan mengajak serta Pak Hasan Kuba. Akhirnya
kami sepakat ngopi bersama pada sore hari ba’da ashar.
Nikmati
Rindu
Pada kunjungan saya di
hari kedua, Rabu, 05 Oktober 2022, suasananya sudah sangat berbeda, karena akhirnya
saya bertemu dua sahabat sesama jurnalis muda dulu, he..he..he…
Keduanya adalah Pak Hasan Kuba yang sekarang
sudah haji, dan adinda Asnawin. Dulu, Pak Hasan Kuba menjabat Ketua Seksi Film
di PWI (Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Sulawesi Selatan), dan saya jadi wakilnya.
Adinda Asnawin yang mantan
wartawan PR (harian Pedoman Rakyat), juga pernah bersama saya di PWI Sulsel. Ketika
itu, saya jadi Direktur Press Club PWI Sulsel, dan Asnawin sekretaris.
Jadilah keheboan
bernostalgia sampai lupa makan pesanan roti bakar isi kaya, begitu asyiknya
pertemuan ini. Kami bernostalgia, terutama dengan Pak Hasan Kuba karena kami
banyak kali melakukan kunjungan bersama di beberapa tempat sebagai pengurus PWI
Sulsel.
Pikiran saya sampai jauh menerawang ke masa silam sampai saya tidak mampu meneruskan cerita ini. Ayo mari kita nikmati rindu yang terlepas. Semoga kita semua punya waktu, amin.***