-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 04 November 2022
Andi Sukri Syamsuri Jadi
Profesor Setelah 16 Tahun Sandang Doktor (4):
Neologisme
Terus Menerus Muncul Sebagai Bagian Alami Evolusi Bahasa
Pada acara pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Linguistik (Bahasa) Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Senin, 31 Oktober 2022, Andi Sukri Syamsuri membacakan pidato pengukuhan dengan judul “Neologisme Linguistik di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia.”
“Topik ini merupakan
kristalisasi pemikiran dari kondisi yang dialami insan manusia semesta saat ini
di bidang linguistik,” kata Andis, sapaan akrab Andi Sukri Syamsuri, dalam kata
pengantarnya.
Materi yang ia paparkan dikemas
dalam empat bahasan, yaitu: (1) Neologisme dan Bahasa; (2) Perkembangan Bahasa
di Masa Pandemi Covid-19; (3) Perbandingan Neologisme yang Muncul di Indonesia
dan Malaysia; dan (4) Kesimpulan.
“Bahasa manusia dianggap
sebagai entitas kreatif dan bersifat dinamis atau tidak statis. Bahasa terus
berubah, berkembang, dan beradaptasi dengan kebutuhan penggunanya. Setiap
tahun, kata-kata baru diciptakan dan arti baru ditambahkan ke kata-kata yang
sudah ada. Kata-kata yang demikian itu biasanya disebut sebagai neologisme,” jelas
Andis.
Mengutip pendapat
sejumlah pakar, Andis mengatakan, neologisme berkaitan dengan proses
pembentukan kata atau makna baru. Neologisme merupakan bentuk linguistik yang
telah ada dengan makna baru, atau bentuk linguistik baru dengan makna baru, yang
belum memasuki kosakata aktif sebagian besar penutur asli bahasa tersebut.
Hal ini muncul karena adanya
kesenjangan terminologi dan konseptual atau pengenalan konsep baru dalam suatu Bahasa.
Secara umum, kata Andis, neologisme
fokus pada aspek linguistik. Neologisme diciptakan untuk menjawab tuntutan
tertentu yang sebagian besar memiliki makna tunggal.
“Dalam konteks sosial dan
budaya, neologisme mengacu pada variasi bahasa dalam masyarakat. Hal ini
membentuk kategori linguistik yang menandakan bahwa bahasa tidak bersifat
statis, tetapi bersifat dinamis,” kata Andis.
Bauer dan Laurie (1996)
membagi neologisme menurut tahap pembentukannya. Pertama, nonce formation
artinya tahap ketika leksem baru dibentuk oleh pengguna bahasa atau penulis
secara tiba-tiba karena adanya kebutuhan tertentu. Pada tahap ini, leksem tidak
stabil hanya diterima dan digunakan oleh kelompok kecil dan belum diterima
secara institusional.
Kedua, tahap
institusional yang membagi leksem menjadi dua fase, yaitu fase disfusi (leksem
sudah memiliki penggunaannya, tetapi belum diterima secara luas) dan fase saat
leksem telah diketahui dan dapat diterima.
Ketiga, leksikalisasi
yang berarti leksem telah diterima kebaruannya dan dapat dianalisis secara
linguistik dan telah menjadi bagian dari bahasa dan memiliki makna yang jelas.
“Neologisme yang terus
muncul dalam menanggapi perubahan keadaan memunculkan fenomena bahasa baru, misalnya
kosakata baru muncul dan digunakan oleh kelompok tertentu kemudian menyebar dan
menjadi bahasa yang diterima di masyarakat,” papar Andis.
Perkembangan kosakata
lebih banyak mengandung makna daripada kata-kata baru. Kehadiran neologisme
tidak menambah kualitas kata, tetapi merupakan upaya untuk memperkaya dan
memperbarui leksikon dalam suatu bahasa.
“Oleh karena itu,
neologisme mengakibatkan perubahan atau pembentukan bahasa baru. Dengan kata
lain, neologisme akan terus-menerus muncul dalam suatu bahasa tertentu sebagai
bagian alami dari evolusi bahasa,” kata Andis.
Penting untuk dipahami
bahwa salah satu aspek penting dalam memahami pembentukan istilah baru adalah
bentuknya.
Proses pembentukan
istilah biasanya bervariasi berdasarkan (1) jumlah morfem, (2) jenis morfem
(kata turunan atau majemuk), (3) kombinasi kata yang membentuk frase terminologis
atau majemuk, (4) unit bahasa yang disederhanakan seperti akronim dan
singkatan.
Namun ada juga yang membagi
proses pembentukan kata, peminjaman, dan variasi leksikal menjadi tiga
komponen.
Pertama, penyimpangan
leksikal terjadi ketika penutur menciptakan kata yang belum pernah ada
sebelumnya. Kedua, penyimpangan leksikal menghasilkan neologisme yang mengacu
pada penciptaan kata-kata baru di mana aturan-aturan yang ada (pembentukan
kata) diterapkan oleh generalisasi.
“Ketiga, kata-kata baru atau neologisme terbentuk di antara unit-unit linguistik, seperti kata dan frasa, klausa, atau domain leksikologis yang unik,” kata Andis. (asnawin / bersambung)
----
Artikel bagian 5:
Enam Kategori Bentuk Neologisme di Indonesia dan Malaysia
Artikel bagian 3:
Andi Sukri Syamsuri, Alumni Pertama Unismuh Makassar Yang Dibiayai Kuliah S2
Artikel bagian 2:
Andi Sukri Syamsuri Aktif Berorganisasi Sekaligus Mahasiswa Berprestasi
Artikel bagian 1:
Andi Sukri Syamsuri Jadi Profesor Setelah 16 Tahun Sandang Doktor