AKU MENCARI SOMBAYYA. Presiden Fosait, Muhammad Amir Jaya tampil membacakan puisi “Aku Mencari Sombayya” pada Diskusi Buku yang digelar Forum Sastra Indonesia Timur (Fosait), di Kafebaca, Jl Adhyaksa Makassar, Sabtu, 05 November 2022. (Foto-foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 07 November 2022
Diskusi
Puisi “Aku Mencari Sombayya” Karya Asia Ramli Prapanca (1):
Asia Ramli Prapanca dan Puisi
“Aku Mencari Sombayya”
Oleh: Asnawin Aminuddin
(Wartawan Pedoman Karya)
Asia Ramli sejatinya
seorang guru. Ia adalah guru Aparatur Sipil Negara (ASN) di SMKN 1 Galesong
Selatan, Kabupaten Takalar, dan kemudian beralih menjadi dosen Pendidikan Seni
Drama Tari dan Musik, Fakultas Seni dan Desain (FSD), Universitas Negeri
Makassar (UNM).
“Saya cukup lama berjuang
untuk beralih dari guru menjadi dosen, dan setelah meraih gelar doktor, barulah
permohonan saya disetujui beralih jadi dosen,” kata Ram Prapanca, sapaan akrab Dr
Asia Ramli SPd MPd, kepada penulis saat berbincang-bincang akhir Oktober 2022
di Kafebaca, Jl Adhyaksa, Makassar.
Ia menyelesaikan studi
doktoralnya setelah mempertahankan disertasi berjudul, “Pertunjukan Teater
Rakyat Kondobuleng: Bentuk Representasi Identitas, Nilai dan Fungsi
Sosiokultural pada Masyarakat Pesisir Bugis Makassar”, di Universitas Negeri
Semarang (Unnes) pada 14 November 2018.
Ram, saparan akrab Asia
Ramli, menyelesaikan studi doktoral program studi Pendidikan Seni dalam tempo 3
tahun dan 2 bulan, dengan IPK 4.0 dengan predikat “cum laude”.
Atas prestasi akademiknya
tersebut, Asia Ramli dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik Universitas Negeri
Semarang pada acara wisuda periode IV Tahun 2018.
Meskipun secara de jure
tercatat sebagai guru dan kemudian beralih menjadi dosen, Asia Ramli sesungguhnya
tidak seratus persen menjadi guru dan dosen.
Sejak kuliah (S1) di
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujungpandang (sekarang Universitas
Negeri Makassar / UNM), ia sudah aktif dalam berbagai kegiatan seni dan sastra.
Bakat seni dan sastranya
bahkan sudah terlihat sejak ia masih sekolah dengan terlibat dalam visualisasi
puisi dan pertunjukan drama bila ada pementasan di lapangan, serta mengikuti
lomba baca puisi sebagai perwakilan sekolahnya.
Saat kuliah di IKIP
Ujungpandang, Ram memang sudah aktif di dunia teater. Ram menjadi aktor di
Sanggar Merah Putih dan terlibat dalam sejumlah drama yang disutradarai Yudhistira
Sukatanya.
Selain berteater yang
kemudian mengantarkannya menjadi sutradara pertunjukan seni dan teater, Asia Ramli
juga banyak menulis puisi dan puisinya sudah banyak yang dimuat di media massa serta
dimuat dalam buku puisi.
Sebagai teaterawan dan sastrawan,
ia kemudian lebih dikenal dengan nama Asia Ramli Prapanca atau sering disingkat
Ram Prapanca.
Puisinya yang cukup
terkenal dan banyak dibacakan di berbagai pertunjukan yaitu puisi berjudul “Sukmaku
di Tana Makassar.”
Salah satu puisi
terbarunya yang ia beri judul “Aku Mencari Sombayya”, yang ditulisnya di Makassar,
24 September 2022, kemungkinan juga akan banyak dibacakan dalam berbagai pertunjukan
seni budaya, khususnya di Sulawesi Selatan, atau oleh orang Sulawesi Selatan.
Tanda-tanda ke arah itu
sudah terlihat dengan dijadikannya puisi “Aku Mencari Sombayya” tersebut
sebagai materi pembahasan pada Diskusi Buku yang digelar Forum Sastra Indonesia
Timur (Fosait), di Kafebaca, Jl Adhyaksa Makassar, Sabtu, 05 November 2022.
Diskusi Buku menghadirkan
kritikus sastra Mahrus Andis dan seniman Ishakim Art sebagai pembincang, Dr Asia
Ramli Prapanca sebagai penulis puisi “Aku Mencari Sombayya”, dengan moderator Anwar
Nasyaruddin.
Presiden Fosait, Muhammad
Amir Jaya tampil membacakan puisi “Aku Mencari Sombayya” sebagai pembuka acara
diskusi.
Puluhan sastrawan dan seniman
hadir dalam diskusi tersebut, antara lain Yudhistira Sukatanya, Rusdin Tompo, Suradi
Yasil, Andi Ruhban, Armin Mustamin Toputiri, Bahar Merdhu, Nawir Sulthan, Syahril
Rani Patakkai, Maman Rumaday, Rusdy Embas, Dr A Nojeng Galla Nonci, dan Maysir Yulanwar. Penulis terselip hadir sebagai wartawan
yang juga dimasukkan sebagai anggota Fosait, he..he..he..
Sebelum membahas lebih jauh
materi dan suasana diskusi, berikut kami tampilkan secara utuh puisi “Aku
Mencari Sombayya” karya Asia Ramli Prapanca.
AKU MENCARI SOMBAYYA
Karya: Asia Ramli
Prapanca
Bertitahlah wahai titisan
To Manurung:
Gendang gendang gendang gendang
gendang gendang gendang gendang gendang Gendang gendang gendang gendang gendang
gendang gendang gendang gendang Gendang gendang gendang gendang gendang gendang
gendang gendang gendang Gendang gendang gendang gendang gendang gendang gendang
gendang gendang Gendang gendang gendang gendang gendang gendang gendang gendang
gendang
Genderang perang ditabuh
berkali-kali
Pekakkan tebing Gunung
Lompobatang
Tulikan lembah-lembah
Bawakaraeng
Pecahkan gelombang laut
Benteng Panakukang dan
Somba Opu bergetar
Gendang gendang gendang
gendang gendang gendang
Ganrang pabundukang
ditabuh berkali-kali
Di sini
Aku mencari Sombayya
Ke mana kutemukan lagi
Sukma I Mallombasi DaEng
Mattawang
Ke langit siapa menggema
kembali titah Ayam Jantan dari Timur
Ke telaga apa kelak kuhapus
dahaga kerinduan pada sosok Sultan Hasanuddin Pemimpin tubarani
Maju ke medan perang
Menggempur musuh durjana
Menumpas kekejaman
Meluluhlantakkan
kebiadaban
Gendang gendang gendang
Genderang perang bertalu
kembali
Ganrang pabundukang Mangkasara
memanggil sukmamu
Di balik senyap bukit
Tamalate
Adakah engkau
mendengarnya?
Bertitahlah wahai titisan
To Manurung
KaraEng berselempang
siriq na pacce
Mahkota Alam dari timur
matahari terbit
Bakarlah kami dengan api
kejantanan
Agar kehormatan negeri
ini tidak lagi terinjak-injak
Menjadi lusuh bagai
setumpuk ikan mairo dalam keranjang
Sejak di rahim bunda
kami menggenggam
bismillah
Kepada Ilahi Rabbi
kami menyandang fardu
amanah
Siap bertaruh seluruh
hidup
Membela bumi leluhur
Butta Mangkassara
Ganrang pabundukang telah
ditabuh
Maka bertitahlah wahai
sukma KaraEng
Lihat dan dengarkanlah
kuda-kuda Jeneponto
Sejak subuh meringkik di
halaman istana Gowa-Tallo
Tombak dan badik telah
menyatu dengan diri
Menjadi batang-batang
tubuh yang tak akan goyah
Mantera-mantera nenek
moyang telah menggema bersama takbir Allahu Akbar
Di sini telah bertahta
Buraqnena buraqnea
Rasakan arus gaib yang
mengalir dalam darah kami!
Bertitahlah wahai
Somabayya Karaeng Lompo
Berabad-abad sudah kami
impikan suaramu!
Sekali berkata untuk
kebenaran
Tak akan kami ingkari
selamanya
Kun
fayakun!
Gendang gendang gendang
gendang gendang gendang gendang gendang gendang Gendang gendang gendang gendang
gendang gendang gendang gendang gendang Gendang gendang gendang gendang gendang
gendang gendang gendang gendang Gendang gendang gendang gendang gendang gendang
gendang gendang gendang Gendang gendang gendang gendang gendang gendang gendang
gendang gendang
Bertitahlah wahai titisan
To Manurung Di sini
Di hamparan bumi Butta Mangkasara
Aku mencari
Sombayyaaaaaa...!
Makassar, 24 September
2022. (bersambung)