KURIKULUM MERDEKA JALUR MANDIRI. Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Timur mengadakan kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri, di Hotel Lagaligo, Malili, Luwu Timur, Kamis, 24 November 2022. (ist)
-----
Sabtu, 26 November 2022
Komitmen
Majukan Pendidikan, Luwu Timur Berupaya Implementasikan Kurikulum Merdeka
LUWU
TIMUR, (PEDOMAN KARYA). Pemerintah Kabupaten Luwu Timur
sangat berkomitmen memajukan pendidikan di daerah tersebut. Komitmen tersebut
antara lain ditandatanganinya perjanjian kesepakatan kerjasama antara Pemkab
Luwu Timur dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset, dan Teknologi,
terkait implementasi kurikulum merdeka.
Hal itu diungkapkan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Timur, Drs La Besse, ketika membuka
pertemuan Pendampingan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri, di Hotel
Lagaligo, Malili, Luwu Timur, Kamis, 24 November 2022.
Kegiatan Pendampingan
Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri yang dilaksanakan oleh Balai Besar
Guru Penggerak (BBGP) Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten Luwu Timur itu, diikuti 40 peserta utusan sejumlah sekolah dan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Luwu Timur.
Peserta mendapatkan materi
pembelajaran dari dua narasumber dari Balai Besar Guru Penggerak Sulawesi
Selatan, masing-masing Dr Arwin, dan Dr Jamaluddin.
Kepada peserta, La
Besse mengingatkan agar serius mengikuti materi yang diberikan, karena yang
berat dilakukan dalam setiap kegiatan adalah implementasi, termasuk
implementasi kurikulum merdeka jalur mandiri ini.
“Yang berat dilakukan
itu adalah implementasinya. Tidak seberat dengan belajar teori dan hal lainnya,”
kata La Besse memotivasi peserta.
Kebijakan pendidikan di
Luwu Timur setelah penandatanganan MoU implementasi kurikulum merdeka, katanya,
terlihat pada konsistensi pemerintah menjalankan UUD 1945 dan UU Sistem
Pendidikan Nasional.
APBD Luwu Timur, lanjut
La Besse, sudah memenuhi amanat Undang Undang Sistem Pendikan Nasional. Alokasi
anggaran untuk mendukung pembangunan bidang pendidikan sudah di atas 25 persen.
Kendala
di Lapangan
Usai pembukaan, narasumber
dari Balai Besar Guru Penggerak Sulsel, Dr Arwin, memberi materi pengantar
kemudian membagi peserta menjadi sembilan kelompok berdasarkan kecamatan asal
sekolahnya.
Setiap kelompok
memaparkan potensi dan kendala yang dihadapi oleh masing-masing guru di
sekolahnya, terkait implementasi kurikulum merdeka jalur mandiri.
Dalam diskusi itu,
terungkap banyak hal, yang paling menonjol umumnya mereka terkendala di
ketersediaan jaringan internet yang kurang memadai, khususnya sekolah yang jauh
dari kota. Yang paling berat adalah, mereka yang sekolahnya berada di seberang
danau atau sungai.
Selain itu, banyak juga
guru yang sudah lanjut usia dan menjelang pensiun sehingga tidak bisa mengikuti
perkembangan teknologi. Seperti diungkapkan kelompok dari Kecamatan Towuti.
Bahkan, di daerah itu belum ada wi-fi.
Di daerah tersebut, banyak
kepala sekolah yang menjadi guru biasa, sehingga anjlok produktivitasnya.
Mereka sudah kurang bersemangat untuk mengembangkan diri lagi.
Kendala lainnya adalah,
partisipasi orang tua murid di wilayah itu nyaris tidak ada. Mungkin karena
mereka umumnya bermata pencaharian nelayan dan petani, sehingga perhatian
terhadap pendidikan anak-anaknya kurang memadai.
Pasokan listrik dari
PLN yang kadang-kadang putus tiba-tiba juga menjadi salah satu kendala yang
sangat mengganggu.
“Jika sementara login
atau melakukan pembelajaran, tiba-tiba listrik padam maka apa yang kami
kerjakan menjadi sia-sia,” ungkap salah seorang guru dalam diskusi itu.
Mengatasi
Kendala
Setelah memahami
potensi dan kendala yang dihadapi terkait implementasi kurikulum merdeka di
sekolah masing-masing, peserta pendampingan kemudian dipandu oleh pemateri
lainnya dari BBGP Sulsel, Dr Jamaluddin, untuk mengatasi setiap permasalahan, termasuk
membuat aksi nyata yang belum dipahami.
Mereka juga dimotivasi
agar bisa menjadi motor penggerak di sekolah masing-masing, bahkan di sekolah
lain di wilayah kerjanya untuk menyukseskan implementasi kurikulum merdeka
jalur mandiri ini.
Terkait manfaat
pendampingan yang berlangsung sejak pagi hingga sore itu, Sunarto, salah
seorang peserta dari PKBM Buludeceng, mengaku bersyukur mendapat pencerahan
untuk implementasi kurikulum merdeka ini.
“Sebelumnya, kami ini
ibarat bis malam yang berjalan tanpa lampu penerangan, sekarang kami sudah
paham dan merasa ikut terpanggil untuk mengimplementasikan ilmu yang kami
peroleh hari ini,” kata Sunarto.
Kendati demikian, dia
berharap, tim dari Balai Besar Guru Penggerak Sulsel terus memantau
perkembangan dan memberi arahan agar tujuan pendidikan tercapai.
Hal senada dikemukakan
juga peserta lainnya, Damaris, dari SD 194 Maleku, Kecamatan Mangkutana. Dia
mengatakan, pendampingan ini membuka wawasannya tentang implementasi kurikulum
merdeka.
“Sebelumnya, kami tak
paham sama sekali apa itu kurikulum merdeka, tetapi sekarang wawasan kami sudah
terbuka,” kata Damaris, seraya menambahkan bawa dirinya akan tetap bertanya
untuk menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi. (re)