---
PEDOMAN KARYA
Selasa, 15 November 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (146):
Rasulullah
Hancurkan Masjid Yang Dibangun Orang Munafik
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Masjid
Dhirar
Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada
seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir. Ia adalah orang terpandang di suku
Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu Amir pun menunjukkan kebencian kepada
Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut
Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Namun ketika akhirnya Mekah ditaklukkan,
Abu Amir berpaling ke Romawi.
Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di
wilayah Romawi agar bisa bersama-sama menyusun rencana jahat terhadap
Rasulullah ﷺ.
Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat
kepada orang-orang munafik Madinah. Ia menceritakan bahwa Heraklius siap
membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas agar orang-orang
dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.
Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah
membangun sebuah markas. Markas tersebut bukan berbentuk rumah atau benteng
melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat situ sudah ada Masjid Quba yang
didirikan Rasulullah ﷺ. Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu
beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa
mendapat tempat shalat yang lebih dekat.
Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah
ﷺ berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik mendatangi Rasulullah ﷺ meminta agar
beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka adalah, jika Rasulullah
ﷺ mau shalat di sana maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai.
Namun ketika itu Rasulullah ﷺ bersabda, “Kami
sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang.”
Sebelum Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dari Tabuk,
Jibril turun membawa berita tentang Masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah
belah dan membuat orang kembali kafir.
Maka begitu tiba di Madinah beliau memerintahkan
kepada beberapa sahabat untuk menghancurkan masjid itu sampai rata dengan
tanah.
Ibrahim
Wafat
Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi
dan orang munafik, kembali kesedihan menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam.
Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk
Rasulullah ﷺ yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya meninggal ketika masih bayi
di pangkuan ibunya.
Setelah Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri
Rasulullah ﷺ meninggal hingga yang tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena
itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa sayang Rasulullah ﷺ kepada Ibrahim
anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan.
Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ﷺ
diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ﷺ berjalan sambil memegang dan
bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf.
Rasulullah ﷺ mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya
ke pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah remuk redam, tangan beliau menggigil
saat memeluk Ibrahim.
Dengan rasa pilu yang begitu mencekam sanubari
Rasulullah ﷺ bersabda, “Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak
Allah.”
Air mata Rasulullah ﷺ mengalir melihat bayinya
sedang menarik nafas terakhir. Mariyah dan adiknya Shirin menangis
menjerit-jerit. Namun Rasulullah ﷺ membiarkan mereka begitu. Setelah itu tubuh
Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah Subhanahu Wa
Ta'ala.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Oh Ibrahim, kalau bukan
karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi bahwa kami akan
segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan lebih
dalam daripada ini.”
Beliau diam sejenak kemudian bersabda lagi, “Air
mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa
yang telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu
wahai Ibrahim.”
Beliau memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh
kasih. Beliau meminta keduanya lebih tenang dan berkata, “Ia akan mendapatkan
inang pengasuh dari surga.”
Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para
sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim, namun
Rasulullah ﷺ bersabda, “Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang
tidak akan terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat
hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah kepada Allah dengan melakukan shalat.”
(bersambung)